youngster.id - Chickin, startup budidaya unggas yang berbasis di Indonesia, telah mengumpulkan pendanaan awal (seed funding) dengan nominal yang tidak diungkapkan. Pendanaan yang dipimpin oleh East Ventures ini akan mempercepat misi Chickin dalam meningkatkan ketahanan pangan Indonesia.
“Kami senang menyambut Chickin ke dalam ekosistem East Ventures. Agrikultur merupakan salah satu sektor yang kurang terdigitalisasi tapi penting untuk Produk Domestik Bruto (PDB) kita. Sektor ini memiliki potensi yang sangat besar mengingat ayam merupakan salah satu kebutuhan pokok untuk konsumsi sehari-hari masyarakat Indonesia. Kami yakin dengan misi ini dan percaya bahwa solusi yang dihadirkan oleh tim Chickin akan membawa peluang ekonomi yang lebih besar bagi para peternak ayam,” kata Melisa Irene, Partner East Ventures dalam keterangan pers, Jumat (15/7/2022).
Chickin didirikan pada tahun 2020 oleh Ashab Alkahfi (Co-Founder & President), Tubagus Syailendra (Co-Founder & Chief Executive Officer), Ahmad Syaifullah (Co-Founder & Chief Technology Officer).
“Perusahaan akan mengalokasikan dana untuk fokus pada peningkatan pertumbuhan, sumber daya manusia, teknologi, akuisisi mitra, dan pemberdayaan peternak demi memastikan kualitas terbaik dan tingkat produksi yang maksimal,” kata Ahmad.
Dia mengungkapkan, Chickin bertujuan untuk mendemokratisasikan industri perunggasan dengan memanfaatkan dan mengintegrasikan teknologi Internet of Things (IoT) dan manajemen data untuk meningkatkan pendapatan peternak dengan menghemat biaya pakan melalui pengendalian iklim. Selain itu, Chickin menyediakan pembiayaan dalam input peternakan serta saluran untuk menjual ayam berkualitas tinggi kepada pelanggan business-to-business (B2B) melalui transparansi data (pencocokan pasokan-permintaan).
Chickin juga memberikan solusi teknologi berupa software berbasis cloud bagi para peternak, memungkinkan mereka melakukan manajemen budidaya yang efektif dengan dashboard monitoring, transparansi pengawasan ternak, dan alat manajemen kandang. Bahkan Chickin memproduksi hardware dengan integrasi IoT dalam menciptakan FCR (Food conversion ratio) yang optimal. Hardware tersebut memungkinkan penyesuaian dan pengaturan iklim yang cocok untuk ayam dalam memastikan peningkatan produktivitas.
“Semua alat ini diciptakan seefisien mungkin, terjangkau oleh para peternak, dan mudah digunakan. Kami memiliki tujuan besar untuk menciptakan ketahanan pangan dalam konsumsi ayam broiler di Indonesia,” kata Ahmad lagi.
Chickin telah memberikan dampak pada ribuan peternak dan telah mengakuisisi lebih dari 150+ lokasi peternakan dengan kapasitas populasi lebih dari 2,6 juta ayam. Chickin juga telah dipercaya oleh lebih dari 200 klien yang terdiri dari berbagai merek food and beverage (F&B) terkemuka, food catering, bahkan food processing. Chickin juga telah mengalami pertumbuhan pendapatan lebih dari 50 kali lipat dalam 1 tahun terakhir.
STEVY WIDIA
Discussion about this post