Coding Camp DBS Foundation 2025 Target Latih 6000 Calon Talenta Digital

Peluncuran Coding Camp powered by DBS Foundation 2024-2025. (Foto: stevywidia/youngster.id)

youngster.id - Perkembangan teknologi harus diiringi dengan ketersediaan sumber daya manusia yang mumpuni. Hasil riset yang dilakukan Bank Dunia dan McKinsey menunjukkan bahwa Indonesia membutuhkan 9 juta talenta digital hingga 2030. Hal ini mendorong DBS Foundation untuk kembali menggelar program Coding Camp 2025.

Head of Group Strategic Marketing and Communications PT Bank DBS Indonesia Mona Monika mengatakan,Coding Camp adalah inisiatif DBS Foundation yang bertujuan untuk memperluas akses pada literasi digital bagi peserta didik di seluruh Indonesia. Pada program Coding Camp 2025 menargetkan akan menjaring 6.000 peserta dari perguruan tinggi, termasuk mahasiswa program diploma D3 dan D4 serta pelajar SMK sebagai peserta prioritas.

“Melalui program ini, kami berharap dapat memberdayakan generasi muda dengan keterampilan digital yang relevan dan siap pakai. Ini adalah langkah penting untuk mencetak talenta masa depan yang siap bersaing di era teknologi (future-ready) dan akan membantu menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan berdaya,” kata Mona pada peluncuran Coding Camp powered by DBS Foundation, Kamis (7/11/2024) di Jakarta.

Mona memaparkan, pada tahun 2023, Bank DBS mengucurkan SGD 1 miliar dalam 10 tahun ke depan untuk mendukung komunitas rentan dan meningkatkan dampak sosial, termasuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang berpenghasilan rendah dan kurang beruntung untuk membina komunitas yang lebih inklusif. Program Coding Camp powered by DBS Foundation adalah bagian dari SGD 100 juta pertama yang diluncurkan pada 2024.

Alumni Coding Camp powered by DBS Foundation 2023-2024. (Foto: stevywidia/youngster.id)

Peserta program ini akan mendapatkan pelatihan teknologi terstruktur selama lebih dari 900 jam atau sepanjang 1 semester yang dimulai di awal tahun 2025. Tidak hanya mendapat tech skills, pengalaman peserta akan semakin lengkap dengan belajar di kelas soft skills seperti komunikasi dan berjejaring, personal branding, dan persiapan wawancara kerja), bahasa Inggris untuk percakapan dan presentasi bisnis, serta literasi keuangan.

“Melalui program ini, seluruh peserta tidak saja belajar coding tapi juga softskill yang dapat menjadi bekal untuk terjun ke dunia kerja di masa depan,” ujar Mona.

CEO dan Founder Dicoding Narendra Wicaksono menambahkan, para peserta terpilih akan dapat memilih dari dua alur belajar, yakni Front-End & Back-End atau Machine Learning. Keduanya masuk dalam daftar 10 pekerjaan paling dicari menurut Linkedin.

“Di alur belajar front-end dan back end, peserta akan mempelajari pemrograman web baik dari sisi front-end maupun back-end dengan peluang kerja menjadi Front-End Developer, Back-End Developer, hingga Fullstack Developer. Sementara itu di alur belajar machine learning, peserta akan mendalami topik mengenai data, machine learning, deep learning hingga generative AI (Artificial Intelligence) yang akan membuka kesempatan karier mereka menjadi AI/Machine Learning Engineer,” paparnya.

Hal ini diakui Hani Amany Elisadi (24) salah satu lulusan Coding Camp powered by DBS Foundation yang merupakan seorang teman tuli menungkapkan, pengalaman mengikuti program ini membentuk kesiapan karier Hani sebagai staf IT di Perum Peruri.

“Belajar di Coding Camp yang difasilitasi oleh DBS Foundation  membuat saya punya skills tambahan di bidang Front-End sehingga dapat kesempatan untuk punya karier yang maju,” katanya.

Demikian juga dengan Mohamad Aji Hermansya (21), alumni Coding Camp powered by DBS Foundation tahun 2024 yang masih menempuh studi Teknologi Rekayasa Perangkat Lunak di Politeknik Negeri Banyuwangi. Dia bahkan mengembangkan Puspa Daya, sebuah aplikasi yang dapat merekam status gizi bayi secara otomatis.

“Pengalaman belajar saya di program ini memperluas wawasan saya di bidang Front-End dan membuat saya percaya diri untuk membangun Puspa Daya,” ucap Aji. Inovasi ini kemudian didanai oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi dan didukung oleh The University of Sydney.

Selama hampir dua tahun berjalan, Coding Camp powered by DBS Foundation telah memberikan pembelajaran teknologi yang inklusif. Pelatihan yang digelar Dicoding telah menjangkau lebih dari 114.000 peserta, 56 persen merupakan mahasiswa pendidikan tinggi dan pelajar pendidikan menengah. Turut serta di antaranya, 17.000 peserta dari studi diploma dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merepresentasikan jenjang pendidikan vokasi.  Program ini telah merangkul 26.000 perempuan, 946 penyandang disabilitas, dan lebih dari 22.000 peserta dari keluarga pra-sejahtera.

 

STEVY WIDIA

Exit mobile version