Deteksi TBC Dengan AI Bawa Startup Indonesia Masuk Final Kompetisi LKYGBPC Singapura

Perwakilan tim Oculab di LKYGBPC 2025. (Foto; tirto)

youngster.id - Startup Oculab dari Indonesia berhasil masuk final 12th ajang Lee Kuan Yew Global Business Plan Competition (LKYGBPC) ke-12 di Singapura. Ajang kompetisi startup yang digelar Singapore Management University (SMU), Institute of Innovation & Entrepreneurship ini mempertemukan 60 finalis dari 1.200 universitas di 91 negara.

Oculab menghadirkan terobosan di bidang kesehatan dengan teknologi AI-powered analysis yang dipasang pada mikroskop melalui smartphone. Teknologi ini mempercepat proses deteksi tuberculosis (TBC) dalam waktu 10 menit dengan tingkat akurasi 87%. Inovais ini berpotensi besar memperkuat monitoring TB di lapangan, khususnya di wilayah dengan fasilitas medis terbatas.

“Kami tertarik pada isu kesehatan setelah melihat langsung teknisi laboratorium yang harus menghitung bakteri secara manual hingga satu jam per sampel. Padahal, Indonesia memproses lebih dari satu juta tes TBC setiap tahunnya, dengan kapasitas laboratorium yang sangat terbatas,” kata Bunga Aura Prameswari, co-founder Oculab dikutip Tirto Rabu (1/10/2025).

Bunga adalah alumni Ilmu Komputer 2021 Universitas Bina Nusantara. Selain Bunga ada Muhammad Rasyad Caesarardhi (Magister Sistem Informasi 2022, Institut Teknologi Sepuluh Nopember), Alifiyah Nur Rochmah Ariandri (Sistem Informasi 2020 UI), Annisa Az Zahra (Sistem Informasi 2021 UI), Dyah Laksmi Mahyastuti (Teknik Elektro 2021 UI), Indri Klarissa Ramadhanti (Sistem Informasi 2019 UI), Luthfi Misbachul Munir (Teknik Komputer 2021 UI), dan Rangga Yudhistira Brata (Sistem Informasi 2021 UI).

Final 12th LKYGBPC akan berlangsung pada 29 September – 2 Oktober 2025 di kampus SMU, Singapura. Para finalis akan bersaing memperebutkan hadiah senilai lebih dari S$2,5 juta dengan kategori yang mencakup Teknologi Iklim, Transisi Energi, Material Berkelanjutan, Mobilitas Perkotaan, hingga Kesehatan Masyarakat.

Tahun ini, kompetisi startup ini  mencatat rekor dengan 1.572 pendaftar dari 91 negara. Juara yang terpilih akan mendapat dukungan non-tunai, serta mentorship dari mitra terkemuka seperti Antler, Indorama Ventures, dan mitra yang kembali mendukung seperti Sino Group dan The GEAR by Kajima.

Singapore Management University, Institute of Innovation & Entrepreneurship (SMU IIE) juga meluncurkan Urban SustaInnovator di ajang LKYGBPC ini.

Profesor Lim Sun, Vice President of Partnerships and Engagement SMU sekaligus Chair USI Programme Management Council mengungkapkan, program ini didedikasikan untuk menghimpun dan membina startup inovatif terbaik.

“Peluncuran Urban SustaInnovator mencerminkan komitmen SMU untuk menyalurkan riset dan inovasi menjadi dampak nyata, serta bekerja sama dengan para mitra strategis kami dalam menjawab tantangan global yang paling mendesak. Menghubungkan talenta startup global dengan ekosistem Singapura tidak hanya dapat memicu lahirnya solusi revolusioner untuk masa depan yang lebih adil dan berkelanjutan, tetapi juga memperkuat pertukaran pengetahuan dan keterampilan bagi tenaga kerja lokal,” paparnya dikutip

Menurut Prof Lim Sun, kehadiran Urban SustaInnovator (USI) menegaskan peran SMU yang kian berkembang sebagai pusat pengembangan deep tech sekaligus pintu gerbang penting menuju ekosistem inovasi dan kewirausahaan Asia yang terus berkembang.

“Urban SustaInnovator adalah sebuah program akselerator yang pertama dan difokuskan untuk mendorong pertumbuhan serta memperkuat terobosan di bidang solusi perkotaan dan keberlanjutan,” ujarnya.

SMU konsisten mendukung pertumbuhan startup berbasis keberlanjutan. Hampir 40% startup dari inkubator SMU IIE, Business Innovations Generator, berfokus pada solusi yang sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau Sustainable Development Goals (SDGs) untuk mendorong inovasi berkelanjutan.

Dalam lima tahun terakhir, startup-startup tersebut berhasil menghimpun pendanaan lebih dari S$1,15 miliar.

 

 

STEVY WIDIA

Exit mobile version