youngster.id - Sampah kerap menjadi sumber penyakit di masyarakat. Namun siapa bisa mengira, limbah dari kegiatan manusia ini dapat menjadi solusi bagi pemenuhan biaya kesehatan masyarakat.
Tingkat kesehatan masyarakat di Indonesia masih rendah. Sebagai gambaran, pada tahun 2009 saja, Malaria masih merupakan penyakit utama di sebagian besar Indonesia. Belum lagi wabah skala besar demam berdarah dengue dilaporkan setiap tahun. Kondisi kronis seperti kanker, penyakit jantung, gangguan metabolisme dan ketergantungan tembakau juga jadi beban nyata untuk negara dalam hal biaya, penderitaan dan kehidupan manusia. Tak heran jika Indonesia masih menempati urutan ketiga dalam hal beban global.
Di sisi lain, total pengeluaran kesehatan per kapita di Indonesia (2010) adalah US$ 112, dan jumlah pengeluaran untuk kesehatan dalam persen dari PDB (2010) adalah 2,6%.
Indikator itu menunjukkan perlu dukungan dari banyak pihak untuk kebijakan kesehatan masyarakat yang efektif di Indonesia. Salah satu solusi adalah lewat klinik asuransi sampah yang dikembangkan oleh seorang dokter muda asal Kota Malang, Jawa Timur bernama Gamal Albinsaid.
Berbeda dengan klinik kesehatan lainnya, pelayanan kesehatan di kota Malang ini menerapkan sistem pembayaran berobat dengan sampah.
“Sampah adalah solusi terbaik karena hampir setiap hari setiap orang, setiap rumah memproduksi sampah yang tidak digunakan. Dan apa yang kami lakukan adalah membuat masyarakat memobilisasikan sumber daya mereka yang terbuang dan tidak digunakan, yaitu sampah dan meningkatkan akses kesehatan,” papar Gamal kepada Youngsters.id.
Berkat inovasi tersebut Gamal mendapat berbagai penghargaan, termasuk anugerah “The Prince of Wales Young Sustainability Entrepreneur” dari Pangeran Charles di Inggris pada tahun 2016 ini. Program Gamal ini bahkan menyisihkan 511 peserta wirausaha dari 90 negara untuk mendapatkan penghargaan bergengsi tersebut. Bahkan sistem asuransi kesehatan dengan sampah ini akan dijadikan model untuk diterapkan di kota-kota lain di dunia.
Motivasi Awal
Sesungguhnya motivasi Gamal dalam membangun klinik layanan kesehatan berbasis sampah ini adalah ingin jadi pengusaha.
“Saya belajar entrepreneur dari kakak saya yang nomer dua. Pertanyaan paling menohoknya adalah ‘kamu kan dokter nih, gajinya berapa di RS bagus? Rp10 juta? Setahun? Rp 120 juta. Sepuluh tahun? Rp 1,2 miliar. Jadi, kamu sepuluh tahun baru bisa beli rumah kan?’ Itu turning point saya untuk melakukan entrepreneur,“ ungkap Gamal.
Tetapi Gamal tak ingin sekadar berbisnis. Ia ingin memberikan impact sosial kepada masyarakat di sekitar.
Sebuah kejadian telah menggugah hatinya saat media ramai memberitakan balita yang meninggal dunia akibat terserang penyakit diare. Balita berusia 3 tahun itu adalah putri seorang pemulung bernama Triyono. Penghasilan sang ayah yang hanya Rp 10 ribu membuat anaknya tak bisa berobat, setiap hari hanya diajak memulung hingga akhirnya menghembuskan napas terakhir.
“Dalam menanggapi fenomena sosial yang ada, sangat menghancurkan hati. Maka saya mulai berpikir untuk bisa membuat model pembiayaan kesehatan yang diizinkan semua orang untuk mendapatkan akses kesehatan yang mudah,” ungkap pemuda kelahiran Malang, 8 September 1989 itu lagi.
Dan sampah dinilai sebagai solusi terbaik. Misalnya, daerah perkotaan seperti Malang, di mana program ini telah dikembangkan, menghasilkan lebih dari 55.000 ton limbah padat sehari-hari, tetapi hanya 50% – 60% yang dikumpulkan. Mengapa tidak sisa sampah itu menjadi semacam investasi kesehatan.
Dokter lulusan universitas Brawijaya Malang ini lalu membuat Klinik Asuransi Sampah (Garbage Clinical Insurance/GCI). Ini adalah program asuransi mikro kesehatan yang menggunakan sampah sebagai sumber daya keuangan untuk asuransi. Jadi layanan klinik ini dilakukan masyarakat dengan membayar sampah.
Ide untuk mendirikan Klinik Asuransi Sampah ini digagas Gamal bersama empat rekannya dan dosen dr Rita Rosita dari Universitas Brawijaya di tahun 2010. Mereka mendapati fakta bahwa masih banyak masyarakat Indonesia yang belum memiliki asuransi kesehatan.
Awalnya, GCI dimulai dengan asuransi senilai Rp100 dalam bentuk sampah. Setelah itu mulai banyak yang ikut serta. Masyarakat cukup bawa sampah ke Klinik dan diolah menjadi uang sebagai “dana kesehatan”. Gamal mencontohkan untuk dapat asuransi senilai Rp 10 ribu maka masyarakat harus menyetorkan 5 kg sampah.
“Secara umum, warga harus membayar biaya untuk membuang sampah mereka. Sementara kami menawarkan kepada warga untuk menyerahkan sampah mereka kepada kami, dan mereka bisa pergi untuk pengobatan gratis,” papar Gamal. Program ini telah diterapkan bagi warga di Kabupaten Gadang, Kota Malang, Jawa Timur.
Caranya, pertama, untuk sampah organik diolah menjadi pupuk menggunakan metode Takakura. Sedangkan sampah anorganik dijual ke kolektor. Dana dikumpulkan digunakan untuk perawatan kesehatan secara holistik.
Dengan cara ini, menurut Gamal, masyarakat memobilisasi sumber daya mereka sendiri untuk meningkatkan akses kesehatan dan menerobos penghalang antara fasilitas kesehatan dan masyarakat.
Terus berinovasi.
Gerakan GCI ini dikampanyekan lewat sosial media. Targetnya masyarakat urban yang kurang mampu di kota Malang. Pesertanya terus bertambah hingga kini. “Hebatnya, mereka bayar pakai sampah banyak tapi yang dibayarkan sakit cuma 20%. Kan asuransi,” ujarnya. Gamal mengaku telah meraih laba 60 kali lipat dari modal awal.
Gamal tak berhenti di sana. Bersama tim Indonesia Medika dia terus melakukan berbagai inovasi bagi sistem pelayanan kesehatan masyrakat. Bekerja sama dengan Fathi Yazzid Attamimi (Kepala Yayasan Bantuan Medis dan Kemanusiaan) lahir program rumah sakit bergerak. Konsepnya adalah rumah sakit berbentuk kendaraan yang menggantikan kebutuhan untuk rumah sakit standar, seperti suite bedah, apotek, laboratorium, dan ruang perawatan pasien darurat. Dengan begitu, rumah sakit ini dapat dengan mudah dibongkar, diangkut, dan kemudian dibuka kembali di lokasi lain di beberapa tempat.
“Kami termotivasi mengembangkan fokus perusahaan ini untuk mengembangkan produk kesehatan inovatif untuk mengatasi masalah kesehatan di Indonesia,” ungkap Gamal.
Kini, Indonesia Medika punya banyak program. Antara lain mengembangkan asuransi buat peternak petani, supaya mereka dapat asuransi kesehatan juga. “Mirip aplikasi grab atau gojek, tapi buat kesehatan,” ucap Gamal.
Melalui program ini, menurut Gamal, peternak membayar perlindungan ternak dengan menggunakan limbah dalam skema asuransi. Hal ini dapat membuat peternak yang memobilisasi sumber daya mereka dan, meningkatkan kesejahteraan peternak. Di sisi lain, program ini menjadi insentif bagi peternak untuk memulai pengelolaan sampah yang benar, limbah kewirausahaan, dan juga memberikan kontribusi untuk perbaikan sanitasi setempat.
Selain itu, Indonesia Medika juga memiliki aplikasi layanan bagi ibu hamil (mother care), aplikasi kesehatan fisik dan mental ibu serta anak-anak (care for mother), aplikasi audio terapi untuk meningkatkan otak bayi (baby belt enhancer).
Menurut Gamal, penelitian yang dilakukan oleh Indonesia Medika menunjukkan bahwa 70% orang mencoba untuk menemukan informasi dan mengambil pengobatan sendiri tanpa membuat konsultasi dengan dokter atau petugas kesehatan. “Berdasarkan fenomena ini, kami mengembangkan aplikasi berbasis Android yang terintegrasi dengan sistem website untuk memberikan informasi tentang kesehatan,” ucapnya.
Gamal mengaku dalam perjalanan membangun Indonesia Medika yang palings sulit adalah bertahan pada keikhlasan. “Saya beruntung punya tim yang bagus. Jika lupa dengan misi awal kami saling mengingatkan. Karena wirausaha itu harus belajar kecerdasan berbagi pujian,” ungkapnya.
Indonesia Medika juga sedang mengembangkan Hospital Information System (HIS) Based Data Processing. “Kami menciptakan sistem informasi yang terintegrasi untuk mengelola pelayanan medis, administrasi, keuangan dan juga aspek hukum dari pekerjaan medis. Dalam bidang ini kami mengubah pendekatan tradisional dengan informasi berbasis kertas menjadi informasi berbasis komputerisasi dengan kerja yang efisien dan efektif,” papar Gamal.
Tak hanya di bidang kesehatan, Indonesia Medika menjalankan program ini sebagai upaya untuk memberdayakan perusahaan Usaha Kecil dan Menengah dan membuat keberlanjutan ekonomis. Juga, program pengembangan hibah pendidikan yang menggunakan sampah sebagai sumber daya keuangan. Program ini dapat membantu masyarakat miskin untuk mendapatkan beasiswa dengan cepat dan sederhana. Termasuk pengembangan aplikasi Ayotolong.com untuk menggalang donasi bagi mereka yang membutuhkan.
Kerjasama juga dilakukan dengan sejumlah universitas mulai dari UI, Harvard University, hingga Cambrige University. Juga, ada dukungan dari pemerintah seperti Kemenkes, Kemenpora, KemenPU, dan KLH. Dan, dari luar negeri seperti dari Inggris, Australia dan Amerika. Termasuk dari Yayasan Pangeran Charles.
“Ternyata influence-nya besar sekali. Poin kami ada tiga hal: impact, innovative, dan international. Jadi semua project harus inovatif, punya impact walaupun skalanya kecil dan go international. Target kami Indonesia Medika bisa jadi bisnis internasional yang kompetitif, khususnya di bidang kesehatan,” pungkas Gamal.
==============================================
Gamal Albinsaid, MD.
• Tempat Tanggal Lahir : Malang, 8 September 1989
• Pendidikan : Master Degree of Biomedical Major, Universitas Brawijaya Malang
• Perusahaan : Indonesia Medika
• Jabatan : CEO Indonesia Medika
• Modal Awal : –
• Laba/Omset/BEP : 60 kali lipat dari modal awal
Prestasi :
1. The HRH Prince of Wales Young Sustainability Entrepreneur
2. People of The Year 2015
3. People Choice Award 2015 from California University
4. Unilever Sustainability Living Young Entrepreneur Award
5. Sustainable Housing Campaigners Habitat Award Category Creative Idea 2014
6. Inventors Creative Waste Management from Mayor of Malang City
7. AusAID Indonesian Social Innovator Award 2013
8. Promising Social Innovator Award 2013
9. GSVC South East Asia Award 2015
10. People Choice Award 2013
11. Kastria Bakti Husada from Ministry of Health Republic Indonesia
12. Innovative Health Award from Brand’s Company
13. Indonesia MDG Awards 2013 from “Utusan Khusus President Republic of Indonesia”
14. The Outstanding Volunteers dari Bulan Sabit Merah Indonesia
15. Ashoka YoungChangeMaker 2012
16. Social Transformation Leaders Award from Anugerah Seputar Indonesia
17. Change Leaders Award 2013 from Republika Post
18. Inspiring Young Leaders 2014 from Berita Satu
19. Indonesia Youngster Inc. Startup Champion 2014
20. Caring Humanitarian Work Award from Central Executive Council of Golkar Party,
21. Pioneer Youth National Award 2014 from Ministry of Youth and Sports of the Republic of Indonesia,
22. Community Entrepreneur Challenge from British Council
23. Hasanah Nations Pearl Ambassador of National Environmental Health 2014,
24. Gatra Icon Award 2014
25. The Best Medical Student 2011
26. National Medsmotion Accupunture Award, first place for paper competition, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta
27. National Medical Fiesta Award, first place for Poster Competition
28. National Scientific Medical Student Olympiad Award, Second place for paper competition, Faculty of Medicine, Universitas Sriwijaya, Palembang
29. National Tetralogy of Fallot Award, Third place, Faculty of Medicine, Universitas Atmajaya, Jakarta
30. National MITI Paper Challange Award,
31. National Medical Fiesta Scientific paper Award, University of Brawijaya
32. Student Writing Competition finalist of National Scientific Atmosphere, Faculty Of Medicine, University of Udayana
33. ISPC, first place, Medical Student
34. Scientific Paper of Student Creativity Program, Medical Student
35. Pioneers of Anti TobaccoCampus, Medical Student
================================================
MARCIA AUDITA
Editor : Stevy Widia
Discussion about this post