Generasi Millenial Bisa Menopang Pertumbuhan Ekonomi

Menaker M. Hanif Dhakiri mengabadikan peluncuran platform GenerasiBisa. (Foto: Stevy Widia/Youngsters.id)

youngster.id - Pada tahun 2030, Indonesia akan memiliki bonus demografi, yaitu penduduk usia produktif tinggi, yang mencapai 30 %. Keunggulan ini sekaligus menjadi ancaman jika tidak mendapatkan persiapan dan dukungan yang tepat.

“Tingginya jumlah penduduk usia muda dan produktif menunjukkan besarnya potensi Indonesia untuk meningkatkan daya saing bangsa. Untuk itu, upaya-upaya untuk mempersiapakan generasi Sumber Daya Manusia (SDM) yang mampu menjadikan era digital sebagai sebuah potensi ekonomi harus terus didorong,” kata Menteri Ketenagakerjaan RI (Menaker) M. Hanif Dhakiri, Rabu (8/2/2017) di Jakarta.

Menurut Menaker, perkembangan sistem informasi dan teknologi telah menjadi bagian penting bagi semua aspek kehidupan manusia. “Untuk itu, upaya-upaya untuk mempersiapkan generasi Sumber Daya Manusia (SDM) yang mampu menjadikan era digital sebagai sebuah potensi ekonomi harus terus didorong,” ucap Hanif.

Karena itu, Menaker menilai berbagai platform memang dibutuhkan untuk memaksimalkan potensi generasi muda di bidang digital ekonomi. “Makanya kami harus terus genjot ini. Banyak anak muda yang berbakat di bidang digital seperti game, musik, kemudian animasi. Ini sebenarnya ruang-ruang yang secara ekonomi bisa kita andalkan juga,” ucap Hanif.

Sebelumnya, Menaker mengklaim angka pengangguran di Indonesia pada tahun 2016 menurun. “Kemiskinan dari 11,1 % jadi 10,8 % ketimpangan sosial dari 0,41% jadi 0,39%, dan pengangguran turun dari 5,6 % jadi 5,18 % dari total seluruh penduduk di Indonesia,” ungkapnya.

Pria yang sering terlihat mengenakan setelan kemeja putih dan celana panjang hitam itu mengungkapkan penurunan angka tersebut memang belum memenuhi target. Ia menjelaskan, salah satu penghambatnya penurunan pengangguran adalah kesenjangan kompetensi yang dimiliki para pencari kerja.

“Oleh karena itu target kami adalah membuat masyarakat semakin memiliki akses untuk mendekatkan dengan pendidikan vokasi,” ucapnya.

Ia menegaskan, sudah saatnya Indonesia mengembangkan tenaga terdidik terampil dari tingkatan paling bawah. “Kita harus memulai dari tingkat paling bawah, mulai dari tingkat pendidikan yang paling rendah, kelas ekonomi menengah ke bawah, dan orang-orang yang tidak memiliki keterampilan,” pungkas Hanif.

STEVY WIDIA

Exit mobile version