youngster.id - Gaji karyawan perusahaan rintisan (startup) di Asia Tenggara pada tahun 2023 mengalami penurunan. Bahkan, gaji karyawan Teknik Junior (junior engineering) mengalami penurunan paling tajam, yaitu sebesar 6%.
Hal itu terungkap dari laporan tahunan bertajuk “The Southeast Asia Startup Talent Trends Report 2024” yang dirilis Glints dan Monk’s Hill Ventures (MHV).
Menurut laporan itu, akibat PHK (pemutusan hubungan kerja) di sektor teknologi dan pemotongan biaya, peran Teknik Junior paling terkena dampaknya dengan penurunan gaji cukup signifikan di seluruh wilayah Asia Tenggara. Namun, sebagian besar peran Tekik Senior mengalami pertumbuhan yang stabil dari tahun ke tahun. Misalnya peningkatan sebesar 2% hingga 3% untuk peran insinyur senior.
Laporan itu juga menunjukkan bahwa gaji karyawan di bagian Penjualan dan Pengembangan Bisnis melonjak hingga 20%. Fungsi Penjualan dan Pengembangan Bisnis mengalami kenaikan gaji yang tinggi (+14% rata-rata untuk peran di Singapura), yang mencerminkan peningkatan penekanan pada pencapaian profitabilitas pada tahun 2023.
Sementara itu, meskipun terjadi PHK dan penurunan gaji, permintaan akan talenta teknologi tetap tinggi di seluruh pasar di tengah peningkatan pasokan.
Oswald Yeo, CoFounder dan Chief Executive Officer Glints mengatakan, akibat PHK di bidang teknologi, pasar telah mengalami peningkatan yang signifikan dalam ketersediaan peran junior, khususnya di sektor teknik, yang menyebabkan peningkatan pasokan kandidat. Hal ini mengakibatkan penyesuaian gaji yang lebih rendah di berbagai posisi.
“Namun, talenta senior, seperti Vice President (VP) Teknik, tetap kompetitif. Hal ini menunjukkan tingginya permintaan terhadap individu berketerampilan tinggi,” kata Yeo, seperti dilansir TN Global, Kamis (29/2/2024).
Laporan itu juga menunjukkan bahwa para pendiri startup di Asia Tenggara yang akan mengadopsi kecerdasan buatan (AI) dalam waktu dekat akan memprioritaskan peningkatan efisiensi.
Startup berfokus pada otomatisasi tugas admin, pembuatan konten, dan layanan pelanggan, dengan penekanan kuat pada penyederhanaan operasi. Soft skill seperti berpikir kritis dan berpikir kreatif semakin diprioritaskan karena pasar yang semakin ketat dan lanskap yang berpusat pada AI.
Selain itu, bagi kebanyakan founder startup, kemahiran dalam alat AI menjadi persyaratan dasar untuk peran teknologi dan non-teknologi, seperti penggunaan email atau Excel.
Peng T. Ong, CoFounder dan Managing Partner Monk’s Hill Ventures, mengatakan bahwa AI memiliki kekuatan untuk mentransformasi bisnis.
“Dengan memanfaatkan AI untuk mengembangkan hubungan yang lebih dalam dengan pelanggan, dunia usaha dapat memanfaatkan peluang untuk menawarkan nilai yang lebih besar,” kata Ong.
Menurutnya, penerapan AI di Asia Tenggara masih relatif baru dibandingkan dengan Amerika Serikat, sehingga memberikan peluang bagi negara-negara tersebut untuk mengembangkan pemahaman, dan mengidentifikasi area penerapan AI yang berdampak untuk membangun bisnis kelas dunia.
Laporan itu juga menunjukkan perekrutan lintas negara mendapatkan momentum sebagai strategi untuk meningkatkan efektivitas biaya dan meningkatkan profitabilitas. Sebanyak 70% responden berencana meningkatkan perekrutan pekerja lintas negara pada tahun ini.
Selain itu, semakin banyak startup yang mencari talenta regional untuk mendiversifikasi tim mereka dan menemukan keterampilan khusus, yang bertujuan untuk meningkatkan efektivitas biaya dan meningkatkan profitabilitas.
Juga, sistem kerja hybrid semakin meningkat seiring dengan semakin banyaknya startup yang memprioritaskan fleksibilitas untuk mempertahankan talenta. Pengaturan kerja yang fleksibel, termasuk model hybrid, menjadi tren utama dalam strategi startup untuk mempertahankan talenta.
Peralihan menuju sistem kerja hybrid, yang menyeimbangkan efisiensi operasional dengan meningkatnya permintaan karyawan akan fleksibilitas, diperkirakan akan terus berlanjut hingga tahun 2024. “Tantangan tahun lalu dalam pasar yang semakin ketat telah menyoroti kebutuhan yang lebih besar akan kemampuan beradaptasi dan ketahanan,” tambah Yeo.
Menurut Yeo, ke depan semakin pentingnya soft skill dan keahlian teknis menandakan adanya pergeseran menuju penciptaan tenaga kerja yang tidak hanya serba bisa namun juga fasih dalam AI.
Selain itu, peningkatan perekrutan pekerja lintas negara mencerminkan respons strategis terhadap dinamika perubahan ini, memperluas sumber daya manusia berbakat dan memupuk keberagaman sekaligus meningkatkan daya saing biaya dan meningkatkan profitabilitas.
“Saat membayangkan masa depan dunia kerja, sangatlah penting untuk memanfaatkan peluang-peluang AI sambil tetap berpegang pada dasar-dasar perekrutan: menarik talenta-talenta terbaik dan membangun tim yang kohesif dan berkinerja tinggi, terlepas dari bagaimana tempat kerja terus berkembang,” pungkasnya. (*AMBS)
Discussion about this post