youngster.id - Gaji startup menurun tajam sepanjang 2023, di mana posisi junior engineering paling terdampak. Penurunan ini disebabkan oleh PHK di sektor teknologi dan juga adanya pemotongan biaya, sehingga posisi teknisi junior menjadi peran yang paling terdampak di seluruh wilayah disusul dengan adanya penurunan gaji di seluruh wilayah.
Hal itu terungkap dari laporan terbaru yang dirilis Glints dan Monk’s Hill Ventures (MHV) bertajuk “Southeast Asia Startup Talent Trends Report 2024”.
Oswald Yeo, Co Founder dan CEO Glints mengatakan, selama satu tahun ke belakang kondisi pasar yang kurang optimal telah mengungkap kebutuhan yang lebih besar terhadap kemampuan bertahan dan beradaptasi.
Ke depannya, kita akan melihat pergeseran besar menuju angkatan kerja yang bukan hanya fleksibel, tetapi juga cakap AI. Lebih lanjut, meningkatnya perekrutan karyawan lintas batas negara mencerminkan respons yang strategis terhadap kondisi dan dunia kerja yang dinamis, memperluas kumpulan bakat, dan memelihara keberagaman dalam tim, sekaligus meningkatkan efektivitas biaya serta profitabilitas,” ungkap Oswald, Senin (4/3/2024).
Menurut Laporan itu, Indonesia pun menjadi negara dengan penurunan tertinggi di angka 7%. Di angka 11,8% dan 8,5%, baik frontend maupun backend developer mengalami penurunan tertinggi di antara posisi terkait engineering di Indonesia. Di sisi lain, kenaikan gaji periset UI/UX hingga 7,8% serta perancang UI/UX hingga 3,4% merupakan bukti bahwa peran UI/UX semakin diakui di Indonesia, sementara gaji analis produk terlihat stagnan. Namun, sebagian besar posisi senior engineering di kawasan mengalami pertumbuhan yang cukup stabil dari tahun ke tahun, di mana ada peningkatan sekitar 2-3% untuk posisi ini.
Gaji untuk posisi business development (BD) dan sales secara regional meningkat hingga 20%. Di tengah dunia yang semakin terdigitalisasi, posisi-posisi non-teknologi tetap mampu untuk memainkan peranan kunci bagi perusahaan.
Laporan ini menunjukkan bahwa posisi business development dan sales terus mengalami peningkatan gaji yang signifikan di kawasan sebagai cerminan dari fokus startup yang lebih besar untuk mencapai profitabilitas pada 2023.
Di Indonesia khususnya, fungsi kehumasan atau public relations mengalami peningkatan gaji yang tertinggi di angka 11%. Namun, kesenjangan antara pekerjaan teknologi dan non-teknologi di Indonesia tergolong cukup tinggi, yakni di angka 22%.
Meski terjadi PHK dan penurunan gaji, permintaan terhadap talenta teknologi masih tinggi. Akibat dari Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di bidang teknologi membuat peran junior di sektor ini mengalami peningkatan yang signifikan di pasar SDM, khususnya di sektor teknik yang menyebabkan tingginya pasokan kandidat. Sehingga hal ini mengakibatkan penyesuaian gaji yang lebih rendah di berbagai posisi. Akan tetapi, beberapa posisi di jenjang karir menengah hingga senior seperti VP Teknik masih kompetitif dan banyak dicari. Hal ini menunjukkan tingginya permintaan terhadap individu dengan keterampilan tinggi.
Di antara talenta-talenta teknologi tersebut, talenta AI khususnya menjadi primadona di Indonesia dan Vietnam. Penggunaan teknologi AI yang semakin meningkat juga telah mendorong permintaan terhadap talenta AI dengan berbagai tingkat pengalaman.
Di Indonesia misalnya, gaji untuk posisi AI di tingkat junior melebihi pekerjaan lainnya dengan pengalaman setara, sementara prompt engineer dan trainer yang berbekal lebih dari 10 tahun pengalaman tercatat mendapatkan gaji tertinggi di angka US$4.000 setiap bulannya. Ke depannya, seluruh pekerjaan terkait AI pun diperkirakan akan semakin dibayar mahal.
“Ketika kita membayangkan masa depan dunia kerja, penting sekali untuk memaksimalkan peluang-peluang yang dihasilkan oleh AI sambil memperhatikan prinsip-prinsip utama dalam perekrutan, yakni memikat talenta yang paling kompeten serta membangun tim yang kohesif dan berkinerja tinggi di tengah dunia kerja yang terus berevolusi,” kata Oswald.
Peningkatan efisiensi jadi alasan pendiri startup di kawasan ASEAN SEA mengadopsi AI dalam jangka waktu dekat. Penggunaan AI fokus untuk mengotomatisasikan pekerjaan administratif, pembuatan konten, serta customer service yang menitikberatkan kepada penyederhanaan operasional.
Kemampuan berpikir kritis dan kreatif semakin penting pada era AI. Soft skills seperti berpikir kritis, berpikir kreatif, serta pemecahan masalah semakin menjadi prioritas di kalangan startup di tengah maraknya penggunaan AI. Selain itu, banyak para pendiri perusahaan yang mengakui bahwa kemahiran dalam pengoperasian alat AI menjadi persyaratan dasar untuk beberapa posisi di bidang teknologi dan non-teknologi, seperti penggunaan email atau excel.
AI meningkatkan produktivitas di tempat kerja, tetapi pekerjaan manusia tetap aman. Para pendiri startup memahami betul bahwa salah satu hambatan terbesar dalam adopsi AI adalah kekhawatiran para karyawannya terkait kehilangan pekerjaan. Berdasarkan temuan dari laporan ini, kekhawatiran mereka tidak menjadi kenyataan.
Dewasa ini, AI juga memiliki kekuatan untuk mengubah bisnis. Dengan pemanfaatan AI, perusahaan dapat mengembangkan hubungannya menjadi lebih dalam dengan pelanggan, dengan kata lain AI memberi peluang pada perusahaan untuk menawarkan nilai yang lebih besar.
Dalam laporan ini Peng T. Ong, Co-Founder and Managing Partner of Monk’s Hill Ventures menjelaskan bahwa penerapan AI di Asia Tenggara masih relatif baru dibandingkan dengan di Amerika Serikat.
“Adanya tren penerapan AI menghadirkan peluang bagi kami untuk mengembangkan pemahaman kami dalam mengidentifikasi area yang berdampak untuk membangun bisnis kelas dunia. Kami bermitra dengan Glints dalam membuat laporan ini untuk memberdayakan ekosistem dengan wawasan yang praktis, sehingga perusahaan dapat membangun strategi yang lebih baik dalam menyusun tim dengan memanfaatkan kebangkitan AI,” kata Ong.
Tren regional memuncak, 70% startup mencari talenta lintas batas negara di kawasan ASEAN. Para startup semakin mencari talenta-talenta untuk menambah keberagaman di timnya dan juga mencari kecakapan-kecakapan yang terspesialisasi sebagai bentuk meningkatkan efektivitas biaya serta profitabilitas.
Bekerja secara hybrid kian populer, startup mengutamakan fleksibilitas guna mempertahankan talenta. Fleksibilitas dalam bekerja, termasuk model hybrid working, terus menjadi strategi startup dalam mempertahankan talenta. Model bekerja ini bukan hanya menjawab tuntutan karyawan, melainkan juga meningkatkan efisiensi operasional, sehingga tren ini diperkirakan akan terus bertahan sepanjang 2024.
Steve Sutanto selaku Co-Founder & Group GM Glints, menjelaskan bahwa saat ini Startup semakin mahir dalam menavigasi tantangan dan kompleksitas, dimana para startup telah menjalankan strategi untuk lebih berfokus pada profitabilitas dengan merekrut talenta-talenta kuat untuk mendorong stabilitas perusahaan, alih-alih melakukan perekrutan massal.
“Di tengah kalibrasi ulang ini, beberapa talenta di bidang teknologi dan peran-peran lainnya yang dapat menghasilkan pendapatan memiliki permintaan yang tinggi, khususnya di tengah pemutusan hubungan kerja. Kami melihat adanya peningkatan pada perekrutan talenta AI, termasuk AI engineers, prompters, dan scientists, karena saat ini kebanyakan pendiri Startup berinvestasi pada AI. Bagi startup yang memiliki posisi kuat, saat ini adalah waktu yang tepat untuk merekrut talenta-talenta yang memiliki keterampilan tinggi dan kuat, untuk mendorong inovasi dan membuat perusahaan semakin stabil,” tutur Steve. (*AMBS)
Discussion about this post