youngster.id - Perusahaan rintisan Indonesia lebih memilih untuk berinvestasi pada peran yang menghasilkan pendapatan seperti divisi penjualan, pengembangan bisnis, serta pemasaran, dan PR, karena di tahun 2023 ini fokus utama adalah pencapaian profitabilitas.
Hal itu terungkap dari hasil Laporan bertajuk ‘Southeast Asia Startup Talent Report 2023’ yang dirilis Glints dan Monk’s Hill Ventures (MHV). Laporan ini memaparkan analisis mendalam tentang tren perekrutan, gaji, serta data ekuitas untuk pendiri, eksekutif C-suite, dan talenta startup dari 10.000 poin data dan melalui 30 wawancara dengan pendiri startup di Indonesia, Singapura, dan Vietnam.
“Terlepas dari PHK teknologi baru-baru ini, masih ada peluang untuk para pemain industri yang lebih tradisional karena mereka haus akan bakat. Untuk startup, mungkin ada beberapa tantangan, tetapi sekarang adalah waktu yang tepat untuk memulai dan mengembangkan bisnis dengan fokus pada profitabilitas,” kata Steve Sutanto, Co-Founder dan Country Manager Glints Indonesia, Jumat (14/4/2023).
Laporan itu juga menyebutkan gaji terus meningkat tapi tingkat pertumbuhan akan jauh lebih rendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, dari 30% menjadi 5-7% per tahun.
Temuan-temuan inti dari laporan tersebut meliputi: pertama, krisis akan talenta teknologi terus berlanjut di Indonesia, dimana kebutuhan akan talenta teknologi tetap kuat, dengan penghasilan rata-rata 38% lebih tinggi daripada posisi non-teknologi lainnya. Kedua, 3 fungsi teratas yang diprioritaskan perusahaan Indonesia untuk perekrutan pada tahun 2023 yaitu: software engineering, business development serta sales and marketing & PR.
Ketiga, mobile developer tetap menjadi pekerjaan yang paling dicari. Keempat, Keterampilan khusus seperti produk dan data juga sangat menarik bagi pemberi kerja. Kelima, Selain mobile developer, posisi engineering and backend developer turut mendapatkan pendapatan tertinggi. Keenam, gaji rata-rata untuk posisi data telah meningkat sebesar 22% selama setahun terakhir. Ketujuh, Gaji pokok dalam bentuk uang tunai masih lebih diminati dibandingkan dengan ekuitas di ASEAN. Sementara 86% perusahaan yang disurvei menawarkan ESOP (rencana kepemilikan saham karyawan), ESOP rata-rata hanya tersedia untuk sepertiga dari talenta mereka. Lebih banyak CEO mengambil dilusi ekuitas yang lebih besar, kemungkinan besar dikarenakan ketidakpastian ekonomi saat ini. Penurunan ekuitas sebesar 5% untuk CEO pada tahap pendanaan US$5-10 juta dibandingkan tahun 2021.
Kedelapan, product manager menjadi posisi dengan kenaikan gaji terbesar, sebesar 27% lebih tinggi dari tahun 2021. Kesembilan, sistem kerja hybrid menjadi status quo, dengan 59% startup menawarkan kerja hybrid dan 8% menawarkan opsi kerja remote kepada karyawan di Indonesia. Kesepuluh, kisaran gaji untuk VP of data atau head of data di Indonesia mungkin 11% lebih tinggi daripada peran teknologi lainnya, dengan gaji bulanan mulai dari US$2.500 hingga US$6.100.
“Kami percaya potensi bisnis berbasis teknologi di Indonesia tetap tinggi meskipun situasi ekonomi saat ini sedang menghadapi tantangan global. Namun, pada intinya, perusahaan tetap akan membutuhkan tenaga ahli untuk membangun produk teknologi, serta tim penjualan dan pemasaran yang kemudian bisa memasarkan produk tersebut. Didukung oleh talenta muda yang semakin terampil, Indonesia siap memainkan peran yang lebih besar dalam pengembangan talenta di industri teknologi,” ujar Susli Lie, Partner di Monk’s Hill Ventures.
Glints dan Monk’s Hill Ventures menggunakan laporan ini untuk mengukur minat profesi dan tingkat pendapatan rata-rata, yang dapat menjadi referensi bagi pencari kerja saat ini. Demikian pula, perbandingan pendapatan dapat menjadi tolak ukur yang berguna bagi para profesional untuk melihat posisi mereka di pasar. Selain itu, Laporan ini diharapkan dapat memandu para pelaku industri dan pencari kerja dalam menentukan karir yang tepat dengan penghasilan yang memuaskan. (*AMBS)
Discussion about this post