youngster.id - Indonesia merupakan negara kepulauan dengan dua per tiga wilayah merupakan lautan. Sayangnya, pertumbuhan perekonomian masyarakat pesisir, terutama nelayan, masih jauh dari sejahtera.
Nelayan adalah kelompok masyarakat yang mendiami dan menggantungkan hidupnya pada sumber daya kelautan dan perikanan. Mereka berprofesi sebagai penangkap dan pembudidaya ikan, sekaligus mengolahnya.
Di Indonesia, nelayan penangkap ikan berjumlah 2,73 juta jiwa, pembudidaya 3,35 juta jiwa, sehingga totalnya 6,08 juta jiwa. Merekalah yang menopang kebutuhan penyediaan pangan protein di Indonesia sebesar 80% ketimbang perikanan komersial.
Secara sosial ekonomi, kondisi nelayan Indonesia masih tergolong miskin. Kondisi nelayan ini jadi realitas yang tak terbantahkan. Atas dasar itulah, dua anak muda asal Bali, yaitu I Gede Meta Yoga Pratama dan Gungde Aditya, berinisiatif mengembangkan aplikasi bernama Fish Go.
Menurut Gungde, aplikasi Fish Go merupakan sebuah solusi bagi nelayan tradisional untuk dapat mengetahui keberadaan ikan di lautan sehingga keberadaannya dapat diketahui melalui sebuah aplikasi.
“Fish Go muncul dari keresahan kami akan kondisi nelayan Indonesia, khususnya Provinsi Bali. Kita ketahui, Indonesia memiliki potensi yang melimpah di bidang kelautan dan perikanan karena luas laut Indonesia yang luar biasa. Ironisnya, masyarakat yang bermata pencaharian sebagai nelayan, malah merupakan masyarakat yang berada di bawah garis kemiskinan,” ungkap pria yang akrab disapa Agung ini kepada youngster.id saat ditemui di Code Coworking Space, Depok, Jawa Barat.
Diklaim Agung, melalui aplikasi ini nelayan mampu memetakan jenis ikan di suatu wilayah tangkapan. Pemberian rute penangkapan sehingga membantu nelayan mengestimasi bahan bakar yang akan digunakan.
“Memang ada aplikasi yang karakternya sejenis dengan Fish Go, tapi tidak spesifik hingga sampai ke jenis ikan, resolusi spasialnya lebih luas. Sedangkan aplikasi Fish Go lebih spesifik,” klaim Agung, yang bertindak sebagai Chief Technology Officer Fish Go.
Menurut Agung, meski teknologi ini terbilang baru dan sedang dalam proses untuk dikenalkan ke masyarakat, namun langkah ini merupakan bukti kepedulian mereka kepada masyarakat.
“Sebagai generasi muda, kita memiliki kewajiban untuk mengaplikasikan ilmu ke sektor yang terkait, yakni sektor kelautan dan perikanan. Untuk membuat perubahan, dibutuhkan gerakan masif dari seluruh generasi muda di Indonesia untuk membantu menumbuhkan kesadaran bahwa teknologi bisa membantu kehidupan nelayan-nelayan di Indonesia,” paparnya.
Praktik Lapangan
Menurut Agung, aplikasi Fish Go ini hadir untuk mengangkat perekonomian para nelayan ke arah yang lebih baik.
“Bisa dibayangkan ketika mereka pergi melaut dalam sehari penghasilan mereka bisa dapat uang sebesar Rp 1 juta. Tetapi ketika musim ombak maka nelayan mengalami paceklik karena ikan sulit didapat dan tidak bisa melaut. Sehingga untuk melanjutkan hidup mereka dengan cara meminjam uang kepada orang lain untuk memenuhi keperluan hidup. Kami sedih mendengar itu. Makanya kehadiran aplikasi Fish Go ini diharapkan bisa memberikan jalan keluar bagi masyarakat pesisir, khusnya nelayan,” paparnya.
Ide untuk membuat aplikasi ini dimulai pada tahun 2015. Saat itu, I Gede Meta Yoga Pratama, yang merupakan mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Udayana, melakukan praktik kerja lapangan untuk memenuhi tugas kampus di Balai Penelitian dan Observasi Laut di daerah Jembrana, Bali.
Dia lalu mengajak Agung yang merupakan sahabatnya semasa SMA 3 Denpasar Bali. Agung sendiri merupakan lulusan Tehnik Informatika, Universitas Gunadarma. Mereka mendapati bahwa daerah potensi penangkapan ikan dapat diprediksi lewat citra satelit yang didapat dari data karakteristik ikan. Dari data yang mereka peroleh itu lalu dikembangkan menjadi aplikasi pada tahun 2015, yang kemudian diluncurkan setahun kemudian.
“Nelayan selama ini pakai cara tradisional, tapi kalau dengan aplikasi dan bantuan teknologi ini, kami langsung mengetahui dimana titik atau point lokasi ikannya. Hadirnya teknologi ini, diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat pesisir, khususnya para nelayan,” ucap Agung.
Dijelaskan Agung, di dalam aplikasi Fish Go ini terdapat fitur dan teknologi potensial yang dikombinasikan. Salah satunya dengan cara penginderaan jauh dan sistem inovasi grafis dalam pembuatan aplikasi android sebagai penyedia sumber data.
“Dengan dua teknologi yaitu penginderaan jauh dan sistem inovasi grafis yang kami kembangkan ini diharapkan mampu meningkatkan perekonomian masyarakat dan menyukseskan program pemerintah,” imbuhnya.
Aplikasi ini awalnya diperkenalkan dalam karya tulis ilmiah dengan tema Denpasar Festival di Badung, Bali. Kemudian mereka mulai mengikuti kompetisi dari tingkat provinsi regional hingga nasional hingga akhirnya memenangkan kompetisi Innovation Festival di 2017. Uang hasil menang kompetisi ini yang dijadikan modal startup ini.
“Modal awalnya pasti emang nggak kecil, kami di sini bootstrap sekitar Rp 100 juta,” ungkapnya.
Diklaim Agung, pemerintah di Badung, Bali kemudian tertarik untuk menggunakan aplikasi Fish Go. Kerja sama ini membuat aplikasi ini dapat langsung diaplikasikan ke nelayan. “Pemerintah memberikan handpone, dan penggunaan aplikasi ini yang diberikan secara gratis kepada nelayan agar mereka dapat menikmati teknologi ini untuk dapat memperoleh hasil laut yang lebih baik,” katanya.
Sosialisasi dan Mitra
Diakui Agung, awalnya dalam menyosialisasikan aplikasi ciptaannya memang bukan hal mudah ketika memperkenalkan teknologi ini ke para nelayan. Belum lagi persoalan masyarakat pesisir, khususnya para nelayan, yang memang belum begitu familiar dengan penggunaan teknologi.
Tak patah arang, mereka menggandeng pemerintah setempat dan melakukan pendekatan sosial untuk meraih hati masyarakat nelayan agar mau menggunakan aplikasi Fish Go. Hasilnya, para nelayan perlahan dapat mengerti kalau kehadiran platform Fish Go begitu besar manfaatnya bagi kelangsungan penyelesaian pekerjaan mereka ketika berada di lautan.
“Awalnya tidak mudah. Nelayan nggak paham dengan teknologi baru yang diperkenalkan dan hanya sedikit yang mau menggunakan. Tetapi setelah bekerjasama dengan pemerintah mereka mulai antusias dan mau mengikuti pengarahan bagaimana menggunakan aplikasi ini. Apalagi pemerintah memberikan handphone secara gratis,” kenang Agung.
Menurut Agung, mereka juga melakukan pendekatan dengan turun langsung ke lapangan ikut melaut dengan nelayan dan mengarahkan. Mulai satu nelayan, kemudian menyebar ketika sudah melihat hasil yang bisa ditawarkan. Untuk uji coba, mereka menggandeng kelompok-kelompok nelayan Kabupaten Badung dan Karangasem, khususnya di Desa Seraya.
Upaya itu membuat Fish Go mampu meraih hati masyarakat nelayan. Apalagi kehadiran aplikasi Fish Go bukan saja sekedar jasa penunjuk arah daerah dan prediksi ikan. Aplikasi ini turut menjalankan bantuan kepada para nelayan, termasuk dalam hal memasarkan, memberi bantuan alat-alat hingga sampai packaging.
“Lahirnya aplikasi ini, tentu saja, bukan sekedar sebagai penunjuk arah dimana titik ikan terbanyak yang dapat ditemui oleh para nelayan. Tak kalah penting di sini, tim Fish Go juga membantu para nelayan dalam pemberian alat, bantu pemasaran dan pemberian handphope hingga packaging yang benar. Kami di sini bekerjasama dengan nelayan dan pengepul-pengepul yang kami ajak bermitra. Kami juga membantu proses bisnis mereka hingga pengiriman dan pemasaran,” ungkap Agung.
Disebutkan Agung, untuk model bisnisnya Fish Go menerapkan pola dan sistem B2B. Dengan sistem inilah pembagian hasil yang dinilai cukup rata pun takkan memberatkan kedua belah pihak.
“Model bisnis yang kami tawarkan di sini kami bagi 50%, 50% apa yang telah kami sepakati dengan para nelayan itu. Jadi dengan bantuan yang diberikan oleh Fish Go di sini nelayan dibantu dalam pemberian perahu, freezer, jala untuk menangkap ikan kemudian handphone sampai pemaran, hingga packaging semua kami urus. Hasilnya itu nanti kami bagi dua. Jadi mereka sudah terima dari kami semua, kemudian pergi melaut dengan fasilitas yang telah kami berikan. Nanti kami yang turun membantu menjual hasil mereka,” papar Agung. Saat ini Fish Go sudah memiliki satu mitra pengepul yang terdapat di daerah Badung, Bali.
Kini, Fish Go telah berkembang dan baru saja mendapat investor lokal yang siap membantunya dalam hal pendanaan. Sayangnya berapa besar pendanaan yang didapatnya, Agung enggan membeberkannya.
“Kami bersyukur sekarang sudah ada investor dari lokal. Cuma masalah pendanaan yang diberikan investor kami nggak bisa menyebutkan di sini. Untuk revenue dalam setahun kami memperkirakan bisa capai sebesar Rp 1 milyar,” katanya.
Diakui Agung, aplikasi Fish Go ini bukan satu-satunya aplikasi untuk membantu nelayan di Indonesia. Tetapi, bagi Agung, hal itu bukan masalah. “Memang ada aplikasi yang karakternya sejenis dengan kami, tapi tidak spesifik hingga sampai ke jenis ikan, resolusi spasialnya lebih luas. Sedangkan kami lebih spesifik. Bahkan kami menggunakan GPS eksternal, sehingga titik koordinat yang didapat dari aplikasi Fish Go memang dapat diandalkan,” klaim Agung.
Selain itu, saat ini Fish Go fokus membantu nelayan di Bali. “Kami senang kehadiran teman startup lain yang juga bertujuan ingin membantu nelayan. Bahkan, juga ada yang di bidang peternakan. Semua berujung untuk menyejahterakan masyarakat,” imbuhnya.
Ke depan, Agung menargetkan aplikasi Fish Go ini bisa diaplikasikan di seluruh Indonesia. Namun, untuk mencapai target itu perlu penelitian dan pengembangan yang lebih lanjut, terutama terkait dengan karakteristik perairan di tiap-tiap daerah di Indonesia.
“Kami membutuhkan campur tangan pemerintah setempat maupun pusat, untuk mendukung penelitian kami ini. Harapan kami, Fish Go mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir, khususnya nelayan, dan mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia menjadi poros maritim dunia,” pungkasnya.
=====================================
Gungde Aditya
- Tempat Tanggal Lahir : Denpasar 11 Juni 1996
- Pendidikan : S1, Tehnik Informatika, Universitas Gunadarma
- Jabatan : CTO & Cofounder Fish Go
- Mulai Usaha : 2017
- Modal : Kurang dari Rp 100 juta
- Omset : Rp 1 milyar dalam setahun
- Jumlah tim : 11 orang
Prestasi :
- Penghargaan dari Pemerintah Badung, Bali, di ajang Denpasar Festival
- The Best of The Best The NextDev, Telkomsel 2018
========================================
FAHRUL ANWAR
Editor : Stevy Widia
Discussion about this post