IKKON, Kolaborasi Seniman Lokal Untuk Tingkatkan Ekonomi Kreatif Daerah

Wakil Kepala BEKRAF Ricky Joseph Pesik (kemeja putih) bersama wakil kepala daerah dan panitia pengarah IKKON 2018. (Foto: Stevy Widia/youngster.id)

youngster.id - Di era ekonomi kreatif, kekayaan budaya maupun produk Indonesia dapat menjadi inspirasi bagi para kreator. Melalui ekonomi kreatif, potensi lokal tersebut dapat dikembangkan bentuk dan fungsinya sesuai dengan kebutuhan kekinian, sehingga pada akhirnya dapat memberi nilai tambah yang meningkatkan nilai ekonominya.

Berangkat dari itu, Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) kembali menghadirkan program Inovatif dan Kreatif Melalui Kolaborasi Nusantara (IKKON). Ricky Joseph Pesik, Wakil Kepala BEKRAF mengatakan, Indonesia memiliki potensi produk-produk kerajinan namun tantangannya adalah produk tersebut masih bersifat tradisional, tidak dapat memenuhi kebutuhan gaya hidup modern, belum berkembang, tidak mengalami diversifikasi produk. Oleh karena itu, Bekraf mencetuskan IKKON yaitu program berkelanjutan yang mengedepankan konsep kolaborasi antara pelaku ekonomi kreatif profesional, perajin lokal, dan segenap stakeholders lokal.

“Program ini bertujuan agar potensi budaya tersebut mengalami inovasi, berdampak ekonomi, dan berorientasi pada pasar komersil. Sehingga dapat menciptakan kesejahteraan bagi para pengrajin dan pelaku kreatif, juga memberi dampak pada peningkatan ekonomi daerah,” ungkap Ricky dalam press conference IKKON 2018, Kamis (26/4/2018) di Thamrin Niaga, Jakarta.

Menurut dia, Bekraf yang bertugas untuk mengurus ekonomi kreatif merasa perlu membuat sebuah program yang memanfaatkan potensi budaya tersebut untuk meningkatkan perekonomian masyarakat di seluruh pelosok Indonesia. Program ini telah dijalankan pada tahun 2016 dan 2017 yang telah menyentuh 51 Desa Binaan dari 10 Kabupaten/Kota di Indonesia.

“Kami sadar bahwa program IKKON tidak bisa menjangkau seluruh wilayah Indonesia dalam satu kali pelaksanaan. Oleh karena itu program IKKON ini menjadi program model yang terus dikembangkan setiap tahunnya. Sehingga dapat menjadi panduan untuk membuat program sejenis secara mandiri di berbagai daerah,” ucap Ricky menegaskan.

Pada tahun 2018 ini Bekraf telah memilih 5 (lima) Kabupaten/Kota yang akan mengikuti pengembangan potensi ekonomi kreatif lokal. Yaitu Kabupaten Siak, Riau; Kabupaten Belitung, Bangka Belitung; Kota Singkawang, Kalimantan Barat; Kabupaten Dompu, NTB; dan Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara.

Abdur Rohim Boy Berawi – Deputi Riset, Edukasi, dan Pengembangan Bekraf menjelaskan kelima Kabupaten/Kota terpilih telah melalui proses tiga tahapan yaitu, dimulai dari memilih daerah nominasi dengan persyaratan yang telah ditetapkan antara lain masuk dalam wilayah 3 T (Terluar, Terdepan, Tertinggal), termasuk dalam 10 destinasi pariwisata prioritas nasional, daerah yang mengirimkan banyak TKI dengan cara ilegal, termasuk Kabupaten/Kota yang sudah memiliki MoU dengan Bekraf dan sudah mengisi survey PM3KI dari Bekraf.

Dalam pelaksanaannya, program IKKON 2018 akan mengirim tim profesional yang berasal dari banyak bidang kreatif ke lima wilayah terpilih untuk melakukan pembinaan. Dengan konsep live in ini, tim profesional akan berinteraksi dengan masyarakat lokal untuk menggali potensi kreatif di daerah tersebut. Dari kolaborasi antara pengrajin dan stakeholder lokal akan menghasilkan inovasi yang menjadi produk kreatif terbaru dari daerah tersebut.

“Pengembangan potensi ekonomi kreatif tidak hanya berbasis urban, digital, dan akademis tetapi juga komunitas, dimana peserta program IKKON dan masyarakat lokal dapat saling berbagi, berinteraksi, bereksplorasi dan berkolaborasi. Bagi daerah terpilih kami telah merancang program pengembangan yang terdiri dari 4 bagian penting yaitu mapping, design process, prototyping, dan pameran inspirasi lokal. Tidak hanya itu, Bekraf juga memfasilitas pengembangan dalam bidang pemasaran dan promosi,” ucap Boy.

Dalam pelaksanaan program IKKON 2018, Bekraf dan tim profesional dibawah koordinasi Mizan Allan, Panitia Pengarah IKKON akan dikirim ke berbagai titik desa binaan dari 5 Kabupaten/Kota terpilih. Mereka terdiri dari mentor, desainer (produk, interior, fashion, tekstil, komunikasi visual), arsitek, koreografer tari, fotografer, videografer, antropolog, dan business developer.

Dengan konsep live in designer dimana tim akan berinteraksi dengan masyarakat lokal untuk menggali potensi kreatif daerah. Dari kolaborasi bersama perajin dan stakeholder lokal akan menghasilkan sebuah inovasi yang merupakan ikon baru produk kreatif daerah tersebut. Sejak tahun 2016 hingga 2017 IKKON telah berhasil membina 10 Kabupaten / Kota, 51 Desa Binaan, ± 2000 Pelaku Kreatif Lokal, dan 120 Peserta IKKON.

 

STEVY WIDIA

Exit mobile version