Indonesia Jadi Sasaran Tertinggi Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik

Suasana bursa kerja. (Foto: ilustrasi/youngster.id)

youngster.id - Indonesia tercatat sebagai negara dengan volume penipuan iklan lowongan kerja tertinggi di kawasan Asia Pasifik. Posisi untuk pekerjaan administrasi menjadi sasaran utama.  Demikian temuan terbaru SEEK, perusahaan induk yang membawahi Jobstreet dan Jobsdb mengenai tren penipuan di dunia kerja di seluruh Asia Pasifik.

Operations Director Indonesia Jobstreet by SEEK  Willem Najoan mengungkapkan, Indonesia tercatat sebagai hotspot penipuan lowongan kerja terbesar, yang menyumbang 38% dari seluruh upaya penipuan di Asia Pasifik dan 62% dari total penipuan lowongan kerja di kawasan Asia. Filipina menyusul sebagai target kedua terbesar, dengan porsi 20% dari upaya penipuan di Asia Pasifik.

“Temuan SEEK yang mengungkap Indonesia sebagai salah satu sasaran penipuan lowongan pekerjaan ini sangat mengkhawatirkan dan mengkonfirmasi urgensi yang tinggi. Kita tidak lagi hanya berbicara soal kerugian finansial, tetapi juga risiko keamanan serius di mana job scam telah berevolusi menjadi pintu masuk kejahatan terorganisir seperti Tindak Pidana Perdagangan Orang yang menyasar warga Indonesia,” ucapnya dikutip Kamis (20/11/2025).

Analisis ini didasarkan pada data deteksi penipuan internal milik SEEK di seluruh platformnya pada kawasan Asia Pasifik, termasuk Jobstreet dan Jobsdb.

Menurut Willem, untuk Indonesia data SEEK mengungkap bahwa dalam kategori pekerjaan di bidang ‘Administration & Office Support’, peran yang paling banyak terdapat penipuan lowongan adalah untuk peran pekerjaan seperti admin toko online, admin e-commerce, dan data entry. Sementara itu, di bidang ‘Manufacturing, Transport & Logistics’, banyak penipuan iklan lowongan kerja yang menargetkan posisi operasional gudang seperti staff gudang.

“Posisi Administration & Office Support memang sangat rentan karena biasanya tidak menuntut gelar khusus atau pengalaman yang mendalam. Posisi di bidang Sales juga menunjukkan pola serupa karena sering menjanjikan pekerjaan cepat dan penghasilan berbasis komisi, yang tentu menarik bagi para pencari kerja yang sangat membutuhkan pemasukan. Jika digabungkan, kategori-kategori tingkat entry-level ini menciptakan kelompok calon korban yang lebih besar. Hal ini mempermudah para pelaku penipuan untuk semakin menebar penipuan lowongan kerja yang terlihat meyakinkan,” ungkapnya.

Selain itu, di Indonesia, para scammer secara aktif menghubungi para kandidat melalui aplikasi chat atau sosial media. Modus yang paling marak adalah tawaran kerja paruh waktu yang “mudah”, seperti memberikan tugas “like/subscribe” konten media sosial. Pola penipuan ini sering diawali dengan transfer komisi kecil untuk membangun kepercayaan, namun kemudian berlanjut dengan skema yang mengharuskan korban melakukan deposit atau top-up, yang pada akhirnya dana tersebut tidak dapat dikembalikan.

Willem menegaskan, untuk melawan ancaman yang terus berkembang ini, SEEK dan Jobstreet terus meningkatkan mekanisme deteksi penipuannya, seperti sistem pemblokiran otomatis dan proses verifikasi yang terus diperbarui, serta bekerja sama erat dengan lembaga pemerintah dan non-pemerintah untuk memfasilitasi pertukaran pengetahuan dan informasi intelijen.

“Jobstreet by SEEK terus mendorong perusahaan beralih ke perekrutan yang terstruktur. Melalui gerakan #NextMillionJobs yang kami inisiasi di paruh kedua tahun 2024, kami secara aktif melawan job scam dengan mengedukasi baik perusahaan maupun pencari kerja untuk menggunakan platform yang aman dan terpercaya selama proses rekrutmen. Ini adalah langkah nyata kami untuk mempersempit ruang gerak penipu dan memastikan para pencari kerja di Indonesia mendapatkan lowongan kerja yang resmi dan terverifikasi,” ucapnya.

Sementara itu, Head of Trust & Safety SEEK Tom Rhind mengungkapkan, sistem deteksi penipuan dari SEEK menemukan adanya pola yang unik selama periode Juli 2024 hingga Juni 2025. Para pelaku penipuan menunjukkan strategi penargetan yang canggih, yang berbeda-beda antara Australia dan Selandia Baru (ANZ) dengan enam negara di Asia tempat SEEK juga beroperasi (Hong Kong, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand).

“Mereka menyesuaikan pendekatan mereka untuk setiap pasar, dengan menargetkan jenis pekerjaan dan industri di mana mereka tahu para pencari kerja berada di posisi paling rentan,” ucapnya.

Untuk itu, SEEK telah menerapkan kontrol utama yang bertujuan mencegah perekrutan yang bersifat eksploitatif dan perbudakan modern, demi melindungi para pencari kerja di seluruh Asia Pasifik.

Langkah perlindungan pertama dimulai dari proses pendaftaran perekrut (hirer onboarding). Pada tahap ini, tim Trust & Safety SEEK melakukan pengecekan mendalam untuk memastikan legalitas perekrut. Langkah berikutnya adalah moderasi konten, yang mencakup pemindaian otomatis terhadap seluruh iklan lowongan. Konten yang terdeteksi mencurigakan akan diteruskan ke tim spesialis untuk ditinjau secara manual. Platform ini juga memberdayakan para kandidat melalui fitur pelaporan untuk melaporkan langsung iklan lowongan pekerjaan yang mencurigakan.

Berbagai langkah perlindungan ini menunjukkan hasil yang signifikan selama tahun fiskal 2025 SEEK, yaitu pada periode Juli 2024 hingga Juni 2025. Sistem SEEK telah memindai 100% dari 4,3 juta iklan lowongan yang diunggah di seluruh Asia Pasifik (APAC), di mana 8% di antaranya diteruskan untuk pemindaian secara manual.

SEEK juga berhasil mencegah sekitar 3.600 perekrut yang tidak lolos penilaian proses onboarding agar tidak masuk ke dalam platform SEEK, menutup sekitar 650 akun perekrut yang terindikasi penipuan atau berisiko tinggi, serta menghapus hampir 2.800 iklan lowongan pekerjaan berisiko tinggi setelah melalui investigasi lebih lanjut. Para kandidat di platform SEEK juga berperan aktif dengan melaporkan sekitar 22.000 iklan lowongan yang terduga penipuan atau scam, yang kemudian ditinjau oleh tim khusus Trust & Safety SEEK.

 

 

STEVY WIDIA

Exit mobile version