youngster.id - Memasuki tahun 2017, tren industri fesyen akan kembali meminati bahan material kulit. Meski sering dibanderol dengan harga selangit, para penggemarnya tak kunjung berkurang. Ini semua berkat sifat material kulit yang kuat dan tahan lama meski telah dipakai bertahun-tahun.
Salah satu item fesyen yang populer sejak dahulu adalah tas berbahan kulit. Bahkan, tas menjadi elemen penting untuk menyempurnakan penampilan. Umumnya, tas berbahan kulit banyak dimintai oleh para sosialita hingga pebisnis karena tampilannya yang high-end. Tak heran jika banyak kaum perempuan, rela merogoh kocek lebih dalam untuk membeli tas kulit.
Peluang ini yang dilihat Jose Andri, pendiri merek Arete. Ini adalah produsen tas hand made berbahan kulit asli. Jose berani menjamin bahwa produknya memiliki kualitas yang tak kalah dengan merek internasional. “Saya menjamin produk kami tidak kalah dengan brand internasional, karena kami menggunakan bahan kulit yang diimpor dari Italia. Selain itu pengerjaan produk kami adalah hand-crafted sehingga detail dan berkualitas,” ucap Jose saat ditemui Youngsters.id di ajang pameran Local Startup Festival 2017 belum lama ini di Jakarta.
Alasan Jose berbisnis produk fesyen berbahan kulit, karena daya tahan. Dia menyebutkan merek seperti Hermes atau Louis Vuitton yang mampu bertahan hingga sekarang. “Saya melihat produk fesyen seperti tas kulit tak lekang oleh waktu. Oleh karena itu, saya yakin bisnis ini akan berjalan dengan baik,” ungkapnya.
Produk Arete baru diluncurkan pada tahun 2016. Dengan modal sekitar Rp 100 juta, Jose membangun pabrik di Dadap, Tangerang dan telah memproduksi sekitar 100 item. Produk tersebut dijual melalui situs jejaring online dengan kisaran harga Rp 1-3 juta per item.
“Saya ingin menciptakan pasar sendiri. Yang diandalkan adalah kreativitas. Oleh karena itu, saya tidak bermain di harga, tetapi pada selera,” ujarnya.
Jose menilai, saat orang tak mampu membeli barang bermerek yang harganya tinggi, maka barang tiruan alias KW adalah pilihan selanjutnya. Padahal, langkah itu keliru. Selain melanggar hukum, juga tidak mendapatkan produk yang berkualitas.
Toh, kini kesadaran akan produk berkualitas mulai banyak muncul. Terutama di kalangan anak-anak muda.
“Banyak anak muda sekarang tidak lagi peduli harus merek luar negeri. Bagi mereka produk fesyen itu merepresentasikan kepribadian mereka. Jadi yang mereka cari sekarang adalah kualitas dan model yang sesuai dengan selera kekinian. Dan itu yang saya tawarkan,” tegas Jose.
Ciptakan Pasar
Sesungguhnya pria kelahiran Medan, 19 Juni 1987 ini tidak memiliki latar belakang khusus di bidang fesyen. Bagi dia terjun ke industri fesyen merupakan sebuah pilihan. “Saya melihat usaha yang dilakukan orang tua saya yaitu berdagang secara konvensional sudah ketinggalan zaman. Saya tidak melihat ada peluang di sana. Untuk itu saya mencari bisnis sendiri yang bisa bertahan lama,” ungkapnya.
Pilihan jatuh pada fesyen. “Saya orangnya hobis bisnis dan menganalisis pasar. Saya melihat industri fesyen mengalami perkembangan yang pesat. Untuk itulah saya memutuskan untuk terjun ke bisnis ini,” sambung Jose.
Pria lulusan Binus ini melihat bahwa salah satu produk fashion yang bertahan lama adalah tas kulit. Tas merupakan jenis produk fesyen yang tak lekang dimakan waktu. Selain berfungsi untuk menyimpan barang, benda ini bisa menjadi pelengkap gaya.
Sebelum memulai bisnis ini, Jose melakukan riset dan pengembangan produk selama 1,5 tahun. Dari hasil riset Jose mendapati kualitas tas tak hanya dipengaruhi oleh model, tetapi juga bahan baku. Salah satu material yang lazim digunakan untuk produksi tas adalah kulit hewan.
Jose mengatakan, ia telah mencoba berbagai bahan baku baik lokal. Namun akhirnya pilihan jatuh pada bahan baku impor kulit dari Italia yang juga digunakan oleh sejumlah tas bermerek ternama. “Harus diakui kualitas bahan baku menentukan kualitas produk. Saya sudah mencoba berbagai bahan, pilihan yang terbaik adalah bahan baku dari Italia ini,” ungkap Jose.
Di samping kuat dan tahan lama, kulit hewan juga menimbulkan kesan mewah dan elegan. Tak heran, meski tidak menyebut merek, menurut Jose, bahan produk ini juga digunakan sejumlah merek tersohor alias branded. “Kendati harga lebih murah dari tas bermerk, kami tetap menjaga kualitas barang,” ujarnya.
Desain Lokal
Menariknya, meski menggunakan bahan impor, Jose tetap mengedepankan ciri khas lokal. Pengusaha asal Medan ini menghadirkan rancangan tas dari desainer muda Indonesia. Di antarnya adalah Kalvin dengan model tas Earhart, racer sack dan swing bag. Ada Gaby dengan model tas duffy two pocket tote bag, dan saddle bag. Dan ada Widia dengan model eustacia. Alhasil produk Arete pun beragam dengan total 35 artikel.
“Saya menggunakan karya desainer muda Indonesia karena mereka up to date dengan fesyen. Ide mereka juga masih fresh,” katanya.
Jose mengatakan, produk Arete juga tidak diproduksi masal dalam jumlah besar. Hanya 100 item setiap bulan. Hal itu karena dia benar-benar menjaga kualiatas produk handmade ini. “Membuat tas itu membutuhkan kreativitas dan waktu yang tidak cepat, sehingga tidak boleh asal jadi,” ucapnya.
Meski tidak memiliki latar belakang bidang fesyen, Jose terjun langsung. Mulai dari pemilihan bahan baku, pemilihan benang, hingga melatih tukang dalam proses pembuatan produk. “Saya benar-benar menjaga agar produk jadi hasilnya bisa seperti tas branded,” ujarnya.
Kini Jose mulai genjar memperkenalkan Arete ke masyarakat. Mulanya dia mempromosikan produk Arete di salah satu forum online. Setelah mendapat respons positif, dia membuat website www.aretcouture.com dan juga masuk ke media sosial seperti Instagram dan Facebook.
Selain itu, lulusan S1 Sistem Informasi dan Teknik Industri ini juga berusaha memperbanyak variasi produk. Selain tas selempang model klasik, mereka kini memproduksi tas wanita dan dompet. Namun demikian, Jose mengaku produk paling laris saat ini adalah tas wanita.
Hanya saja dia belum mau terbuka ketika ditanya soal margin keuntungan dari bisnis tas kulit. “Kami tak ambil margin terlalu tinggi untuk menekan harga jual tas. Untung sedikit tidak apa-apa, asalkan produk kami bisa diterima dengan baik oleh konsumen,” katanya. Produk Arete juga sudah mulai dilirik pasar luar. Menurut Jose dia tengah menjajaki untuk membuka jaringan di Singapura. “Saya yakin produk Indonesia itu kaya kreativitas dan kualitas. Oleh karena itu saya berharap produk Arete dapat diterima pasar lebih luas lagi,” pungkasnya.
===============================================
Jose Andri
- Tempat Tanggal Lahir: Medan, 19 Juni 1987
- Pendidikan Terakhir : S1 Sistem Informasi dan Teknik Industri Binus
- Produk : Arete
- Modal Awal : =/- Rp 100 juta
- Pabrik : Dadap Tangerang
- Produksi : 100 item/bulan
=================================================
STEVY WIDIA
Discussion about this post