youngster.id - Pada tahun 2018 jumlah mobile gamers di Indonesia sudah mencapai 60 juta orang, dan diperkirakan akan meningkat menjadi 100 juta pada 2020. Angka ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu pasar dengan pertumbuhan terbesar di industri game di Asia Pasifik, dan menempatkan Indonesia di peringkat 1 di Asia Tenggara, serta peringkat 6 di Asia.
Memasuki era industri 4.0, salah satu sektor industri yang meroket adalah industri game. Bahkan industri ini disebut telah melampaui pendapatan industri film di Hollywood. Data Entertainment Software Association dan The NPD Group menyebutkan, pendapatan industri video game di Amerika Serikat (AS) mencapai US$ 43,8 miliar atau setara Rp 620 triliun sepanjang 2018. Itu artinya, industri video game pada 2018 mengalami peningkatan sebesar 18% dibandingkan tahun sebelumnya, bahkan berhasil mengalahkan pendapatan box office untuk industri film di Hollywood.
Perkembangan ini juga terjadi di dalam negeri. Lembaga riset industri game global Newzoo memperkirakan pada 2017 nilai industri game di Indonesia mencapai US$ 882 juta, naik sekitar US$ 200 juta dibandingkan 2016. Jika pertumbuhan konsisten, diprediksi nilai industri game Indonesia dapat mencapai US$ 1,82 miliar pada 2021.
Dengan angka sebesar ini, pasar Indonesia adalah yang terbesar di Asia Tenggara dan lebih besar dari India. Apalagi, ada angka pertumbuhan sekitar 25%-30% yang akan terjadi pada tahun-tahun mendatang.
Hal ini tentu didukung oleh pertumbuhan developer game di Indonesia. Newzoo mencatat setiap tahun sekitar 100 game baru dilahirkan oleh pengembang game. Tak hanya di pulau Jawa, para pengembang game juga bermunculan di daerah. Salah satunya adalah DIF Games dari Batam, Kepulauan Riau. DIF Games merupakan startup pengembang game yang didirikan oleh Julio Andriyanto dengan game RPG mobile berjudul Leturn, Defence of magic.
“Saya memang suka bermain game, karena itu ketika membangun bisnis juga di bidang game. Bisnis ini sangat luas dan terus berkembang tanpa batas. Karena itu produk game kami dibangun secara lokal tetapi untuk pasar global,” ujar Julio saat ditemui youngster.id di ajang Bekraf Game Prime 2019 belum lama ini di Jakarta.
Sejatinya, DIF Game berawal dari DIF Academy. “Kami buat DIF Academy ini untuk mengubah mindset orang yang selama ini berpandangan negatif terhadap game. Kami ingin membuktikan bahwa game ini bisa juga dijadikan sebagai mata pencarian. Ini adalah edukasi kami ke masyarakat. Bahkan ketika murid-murid kami sudah selesai dari akademi, kami menawarkan mereka untuk bekerja dengan kami,” ungkap Julio.
Berbarengan dengan itu mereka pun mengembangkan produk game. “Jadi kami menunjukkan bahwa ilmu yang kami ajarkan juga telah menghasilkan produk berupa game yang bisa memberi pendapatan. Di sisi lain, kami juga mendapatkan sumber daya manusia yang tepat,” ujar sarjana Sistem Informasi itu.
Dilarang Orang Tua
Menurut Julio, Studio game DIF Game telah didirikannya pada tahun 2016. Saat itu Julio masih menjadi mahasiswa semeseter 4 di Universitas Internasional Batam. Namun ketika itu dia merasa sangat berat, pasalnya usaha ini tidak mendapat dukungan dari orang tua.
“Mereka mengira saya hanya main game dan nggak melakukan apa-apa. Mindset masyarakat di sana memang masih seperti itu,” ujarnya. Padahal, Julio mesti merogoh kantong untuk mengumpulkan modal hingga Rp 50 juta untuk membangun bisnis ini.
Untuk mewujudkan mimpinya membangun studio game, Julio mengaku juga menemui kesulitan untuk mencari rekan bekerja. “Selama satu tahun saya terus mencari orang yang tepat dan punya ketertarikan dan paham akan dunia game, dan itu ternyata tidak mudah. Sumber daya manusia sangat terbatas, dan itu pun masih harus berhadapan dengan larangan orang tua,” ungkap Julio.
Akhirnya Julio menggandeng adiknya Julio Samudera dan rekannya Edwin Chandra untuk bersama membangun bisnis ini. Agar bisa mendapatkan pemasukan dan juga sumber daya manusia, Julio putar otak dengan membuka kursus developer bagi orang muda yang ingin menimba ilmu tentang coding maupun cara membuat games.
Cara ini ternyata efektif. Perlahan para orang tua mulai dapat mengerti bahwa industri game adalah industri serius dan dapat memberi pendidikan serta keterampilan bagi anak-anak muda.
Sekali merengkuh dayung dua tiga pulau terlampaui. Anak-anak yang ikut kursus di DIF Academy ini yang kemudian menjadi modal sumber daya manusia bagi DIF Games. “Jadi, di satu sisi kami mengedukasi masyarakat, di sisi lain kami mendapat masukan dana dan sumber daya manusia untuk kelangsungan usaha,” ucap Julio.
Dia mengaku menetapkan Rp 8 juta untuk biaya kursus mulai dari dasar sampai ahli, selama enam bulan. “Basic itu untuk anak kecil, tapi kalau untuk anak kuliah kami masukkan langsung ke advance. Total sampai sekarang kami itu sudah ada 6 murid, karena kami baru opening kursusnya bulan Maret 2019,” ujarnya.
Dengan perkembangan ini, Julio dan kawan-kawan lalu membangun game dengan nama Leturn Defence of Magic. Menurut Julio, konsep game ini adalah game fantasi berlatar cerita perang di dunia sihir memperebutkan enam benda pusaka. Dari tampilan gambar dan startegi bermain, game ini terlihat layaknya game arcade dengan animasi yang mirip dengan animasi Jepang.
Julio mengakui Leturn Defense of Magic besutannya memang berbeda dari game lokal lainnya yang selama ini ada. Tidak terdapat unsur lokal yang kental di dalamnya. Ia mengaku game besutannya ini banyak menampilkan unsur fantasi karena memang disuguhkan untuk meraih konsumen di pasar Asia Tenggara.
“Unsur lokalnya sama sekali nggak. Di sini kami lebih kuat mengangkat sisi fantasinya aja karena kami memang ingin menjangkau pasar yang lebih luas lagi,” ujarnya.
Optimis Hidup
Melihat perkembangan developer lokal semakin bertumbuh setiap harinya di Indonesia, membuat Julio optimis untuk dapat mengandalkan hidup sebagai game developer. Apalagi, melihat data tahun 2018 Bekraf menyebut bahwa sebesar Rp 11 triliun dana milik dalam negeri dari industri game tersedot oleh banyak penikmat game Indonesia masih lebih banyak memainkan game yang datang dari pengembang asing.
“Salah satu yang membuat saya percaya menekuni bisnis di industri games ini dan juga bisa hidup adalah pertama melihat data yang di publish oleh Bekraf tahun 2018 kemarin. Karena itu, jika lebih dikembangkan, developer lokal bisa bersaing dan bisa menarik kembali dari yang selama ini keluar. Tugas kami di sisni supaya bisa naik 5% sampai 10%. Itu sudah bagus banget. Itu sudah bisa banyak studio dari Indonesia yang semakin berkembang. Dan, itu semua jadi tolak ukur saya bahwa bisnis ini bisa diandalkan untuk pegangan hidup,” imbuhnya.
Untuk itu, dia berharap dapat berkolaborasi dengan sesama pegiat di industri game. Dengan tujuan, agar industri games di Tanah Air selalu bertumbuh setiap harinya.
“Kami melihat para game developer dari Indonesia sebagai teman kolaborasi. Kami sharing ke developer lain dan sebaliknya. Di Batam kami kembangkan game developer, sebuah komunitas kami ajak. Tahun ini saya sudah ikut Bekraf Game Prime selama 3 tahun. Tahun 2019 ini game developer dari Batam tambah satu lagi dari komunitas kami. Makanya setiap kami buat komunitas akan selalu ada pengembangan dari daerah itu sendiri sehingga ada 2 studio dari Batam yang ikut event ini. Targetnya dari komunitas tadi kami bisa menghasilkan 3 sampai 4 game developer asal Batam lagi,” paparnya.
Julio menegaskan, game buatan DIF Game menargetkan pasar Asia Tenggara. Oleh karena itu, karya pertama dari DIF Games diluncurkan tak hanya di Indonesia, tetapi juga di Singapura dan Malaysia. “Target pasar kami Asia Tenggara, seperti Singapura, Malaysia, Thailand dan Indonesia. Pokoknya target kami sampai akhir tahun 2019 ini bisa diunduh sebanyak 1 juta,” katanya.
Bahkan, untuk mendukung itu mereka tengah mempersiapkan untuk meluncurkan novel berjudul sama dalam bahasa Inggris. Menariknya novel itu akan dijual dalam bentuk story play book atau amazon play book.
“Kami melihat dari novel orang bisa terhubung dengan games kami. Apalagi novel ini tidak dalam bentuk cetak tetapi dalam bentuk digital berupa story play book. Dengan demikian maka semua produk dapat berjalan beriringan sehingga hasilnya pun dapat berlanjut. Karena kami ingin bisnis ini dapat berjalan panjang,” pungkas Julio.
===================
Julio Andriyanto
- Tempat Tanggal Lahir : Pontianak, 9 Juli 1994
- Pendikan : Sistem Informasi, Universitas Internasional Batam
- Bisnis yang dikembangkan : game developer dan studio game DIF Games, dan lembaga kursus koding DIF Academy
- Jabatan : Founder & CEO
- Mulai Usaha : 2016
- Modal Awal : sekitar Rp 50 juta
- Nama Produk : Leturn Defense of Magic
==================
FAHRUL ANWAR
Editor : Stevy Widia
Discussion about this post