youngster.id - Kondisi ekonomi makro di Indonesia di awal tahun 2024 menunjukkan resiliensi dengan pertumbuhan PDB yang positif, sekitar 5%. Per kuartal 1 2024, perbelanjaan rumah tangga masyarakat Indonesia tumbuh 9% dibanding tahun lalu, hampir dua kali lipat dari pertumbuhan PDB.
Hal itu terungkap dalam sebuah laporan bertajuk Brand Footprint Indonesia 2024, yang dirilis perusahaan analis pemasaran Kantar Indonesia, Divisi Worldpanel. Brand Footprint adalah studi tahunan yang dilakukan oleh Kantar untuk mengukur merek yang paling dipilih oleh konsumen. Laporan ini mencakup lebih dari 550 merek di lima sektor FMCG, yaitu Makanan, Minuman, Produk Susu, Perawatan Rumah, dan Perawatan Tubuh.
Venu Madhav, Managing Director of Kantar Indonesia, Worldpanel Division mengatakan, Brand Footprint Indonesia tahun ini mencakup 97% rumah tangga di berbagai kota besar dan kecil di seluruh wilayah urban dan rural Indonesia, dari keseluruhan populasi rumah tangga sebanyak 70 juta.
“Besarnya perbelanjaan ini masih dipengaruhi oleh kenaikan harga dan juga masyarakat yang lebih percaya diri untuk berbelanja lebih banyak setelah arus inflasi di tahun-tahun sebelumnya. Kebiasaan berbelanja yang baru ini mempengaruhi konsumen dalam hal memilih brand yang dibeli. Kondisi ini tentunya memberikan tantangan tersendiri bagi pelaku industri FMCG untuk dapat tetap dipilih konsumen,“ kata Venu, dikutip Rabu (3/7/2024).
Laporan itu menyebutkan produk FMCG masih menjadi prioritas dalam perbelanjaan masyarakat Indonesia dari semua kalangan ekonomi dan demografi. Hal ini merupakan peluang bagi para pelaku industri FMCG untuk menjadi bagian dari prioritas masyarakat ketika berbelanja.
Sepuluh brand yang menempati peringkat teratas di studi Brand Footprint adalah, brand tersebut setidaknya dibeli oleh 60% masyarakat Indonesia atau setara dengan 42 juta rumah tangga. Selain dibeli oleh 60% masyarakat, kesamaan lainnya adalah 10 brand peringkat teratas dibeli sebanyak 14x atau lebih dalam satu tahun.
Di edisi tahun ini, Indomie tetap mempertahankan posisi teratas dari the Most Chosen FMCG Brand di Indonesia. Posisi berikutnya di peringkat 2 hingga 8 juga diduduki brand yang sama seperti tahun sebelumnya, yaitu: SoKlin, Mie Sedaap, Royco, Roma, Kapal Api, Indofood, dan Nabati. Daia mendobrak klasemen di peringkat 10 teratas tahun ini dengan nilai CRP lebih dari 800 juta – yang berarti Daia dipilih oleh konsumen sebanyak 800 juta kali di sepanjang tahun 2023.
Menariknya, 7 dari 10 peringkat teratas merupakan brand makanan. Satu-satunya produk minuman di kalangan 10 peringkat teratas adalah produk kopi, di mana sebanyak 65% rumah tangga Indonesia mengkonsumsi kopi setidaknya 20 kali dalam setahun. Hal ini menunjukkan bahwa rumah tangga di Indonesia lebih memilih kopi dibandingkan produk minuman lainnya seperti teh atau sirup.
Tahun ini, brand pendatang baru di 100 Peringkat Teratas (Rising Star Brands) ada Le Minerale dan Milku. Melesat 26 peringkat dari tahun lalu, Le Minerale berhasil masuk ke 100 peringkat teratas di klasemen Brand Footprint tahun ini. Strategi Le Minerale untuk menawarkan berbagai pilihan ukuran kemasan, meningkatkan kehadiran dan aksesibilitasnya memungkinkan Le Minerale memenuhi beragam kebutuhan dan preferensi konsumen, memastikan semua orang dapat menikmati manfaatnya dalam berbagai momen.
Sementara itu, Milku pertama kali hadir sebagai produk susu cari dalam kemasan botol di tahun 2020, tahun ini Milku berhasil masuk ke klasemen 100 peringkat teratas Brand Footprint. Karakteristik utama yang diusung Milku adalah terbuat dari susu sapi Belgia, ukuran kemasan yang pas dengan keinginan konsumen (200ml), dan harga yang ditawarkan pun sesuai dengan dompet konsumen. Dengan strateginya, Milku berhasil merangkul lebih dari 40% rumah tangga Indonesia untuk memilih Milku sebagai produk susu cair untuk anak-anak.
“Studi Brand Footprint ini memberikan wawasan komprehensif tentang industri FMCG yang terus menunjukkan ketahanan dan kemampuan beradaptasi di tengah kenaikan harga secara umum. Beberapa merek berhasil tumbuh dan memperluas basis pembelinya dengan cepat merespons kebutuhan dan preferensi konsumen. Ini menunjukkan bahwa pertumbuhan merek dapat dicapai dengan cepat tanggap terhadap perubahan perilaku konsumen,” tutup Venu.
HENNI S.