Kredivo Raih Pendanaan Lini Kredit Hingga US$20 Juta

Kredivo

Tim Kredivo pada peluncuran fitur zero-click checkout. (Foto: Stevy Widia/youngster.id)

youngster.id - Kredivo mengumumkan telah meraih pendanaan lini kredit hingga US$20 juta (Rp282,95 miliar) dari perusahan penyedia pinjaman di Amerika Serikat dan Australia, Partners for Growth (PFG).

Kredivo akan menggunakan dana tersebut untuk mendiversifikasi loan book-nya yang sampai saat ini mayoritas berasal dari dalam negeri.
“Lini kredit dari PFG akan digunakan untuk mendanai semua lini produk yang telah kami luncurkan hingga saat ini: pembelanjaan e-commerce, pinjaman tunai (personal loan), dan pembelanjaan offline atau ritel,” kata Umang Rustagi Komisaris Kredivo dalam keterangannya, Jumat (6/9/2019) di Jakarta.

Dia menegaskan, penyaluran lini kredit dari PFG akan semakin mempercepat pertumbuhan yang telah dicapai Kredivo dalam 18 bulan terakhir, dengan nilai transaksi dan loan book yang masing-masing bertumbuh 40% dan 35% per kuartal.

“Pendanaan lini kredit dari PFG akan mendorong percepatan pertumbuhan kami. Namun, yang tidak kalah penting, kemitraan ini menunjukkan pengakuan atas kredibilitas Kredivo yang berhasil melewati tahap-tahap penilaian mendalam dari tim PFG,” ungkapnya.

Menurut Umang, bagi Kredivo ini menjadi kerja sama terbesar dengan lembaga internasional sampai saat ini. “Kerja sama antara Kredivo dan PFG ini menjadi titik tolak baru, sekaligus menandai peningkatan kredibilitas kelembagaan sektor fintech pendanaan,” ucap Umang lagi.

Sementara bagi PFG, kemitraan ini merupakan salah satu kerja sama terbesarnya di Asia Pasifik sekaligus yang pertama di Indonesia.
“Model bisnis Kredivo yang unik sejalan dengan nilai utama kami, yaitu inklusi keuangan yang adil dan berkelanjutan. Mereka berhasil menjadi salah satu perusahaan dengan pertumbuhan tercepat,” kata Jason Georgatos selaku Partner di PFG.

Sejauh ini, Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat penetrasi kredit terendah di Asia. Kurang dari 3% penduduk memiliki kartu kredit dan kurang dari 5% mengakses layanan kredit tanpa agunan dari bank.

Fakta ini mendorong pertumbuhan industri pinjaman digital yang mampu mengisi kesenjangan akses pinjaman dari bank dari lembaga keuangan tradisional lainnya. Sementara saat ini industri pinjaman digital didominasi oleh model pinjaman peer-to-peer (P2P) lending.

STEVY WIDIA

Exit mobile version