youngster.id - Diperkirakan akan ada lebih dari 3,7 juta lapangan kerja baru tercipta dalam ekonomi digital Indonesia. Untuk itu diperlukan kolaborasi dan kemitraan intensif antara pemerintah dan pihak swasta, upaya merangkul budaya pertumbuhan, perubahan dan inovasi serta memberdayakan komunitas untuk terlibat dan berkontribusi dalam ekonomi digital Indonesia.
Demikian hasil diskusi panel Studi Lazada 2021 yang diselenggarakan Lazada yang dihadiri perwakilan dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia, serta Indonesia eCommerce Association (idEA).
“Studi Lazada 2021 ini menjadi pengingat dan pendorong bagi seluruh pemangku kepentingan, baik sektor publik maupun swasta, untuk berkolaborasi dan bergerak bersama demi pengembangan ekonomi digital di Indonesia,” kata Ferry Kusnowo, Executive Director, Lazada Indonesia dalam diskusi panel virtual, Rabu (2/3/2022).
Ferry memaparkan, Studi Lazada yang dilakukan pada kuartal keempat 2021 memberikan gambaran lanskap tenaga kerja Indonesia saat ini. Diantaranya, Indonesia diprediksi akan mengalami bonus demografi mulai tahun 2030 dengan total usia produktif mencapai 64% dari total populasi. Kelompok usia produktif ini akan menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi digital Indonesia.
Untuk itu kolaborasi dan kemitraan intensif antara pemerintah dan pihak swasta menjadi penting. “Semua pihak bisa mendukung dan memperkuat infrastruktur, termasuk diantaranya memastikan ketersediaan sumber daya pendidikan yang berkualitas dan inklusif demi pertumbuhan talenta di Indonesia,” kata Ferry.
Sementara itu Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Digital, Ketenagakerjaan, dan UMKM Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia Mohammad Rudy Salahuddin menjelaskan, potensi ekonomi digital di Indonesia sangat besar, namun memang masih ada beberapa tantangan, khususnya dalam membangun sektor talenta digital.
“Pemerintah mendorong swasta untuk aktif dalam kegiatan pendidikan dan vokasi yang ditujukan kepada talenta digital. Kami tidak dapat kerja sendiri, diperlukan kolaborasi banyak pihak, utamanya pelaku usaha sebagai end user dari tenaga kerja tersebut,”ungkap Rudy.
Dia mengungkapkan, e-commerce menjadi penopang dari nilai transaksi ekonomi digital di Indonesia dengan nilai pertumbuhan mencapai 52% year on year. “Secara keseluruhan pada tahun 2021 nilai ekonomi digital mencapai US$ 70 miliar. Tumbuh signifikan sebesar 49% year on year dan pada tahun 2025 nilai ekonomi digital diprediksi akan mencapai US$ 146 miliar atau tumbuh 20% annual growth rate,” jelasnya.
Rudy juga mengatakan bahwa potensi ekonomi digital di Indonesia yang sangat besar juga memiliki tantangan di mana salah satunya adalah masalah penyiapan talenta digital Indonesia. Bonus demografi yang dimiliki Indonesia jika tidak disertai peningkatan kualitas SDM justru akan menjadi boomerang bagi perekonomian Indonesia. Angkatan kerja masih didominasi sebanyak 56% berpendidikan SMP ke bawah akibatnya keterampilan digital tenaga kerja juga terbatas.
“Hal tersebut juga menyebabkan sekitar 23 juta pekerja di Indonesia akan rentan digeser oleh otomatisasi. Secara nasional digital kompetitif indeks kita relatif masih rendah berada di peringkat 53 dari 56 negara,” ungkapnya.
STEVY WIDIA
Discussion about this post