youngster.id - Perilaku konsumen di era digital telah mengalami perubahan. Untuk itu para pelaku usaha harus dapat memahami perubahan itu dan memanfaatkan kebiasaan-kebiasaan tersebut menjadi peluang.
Head of E-Commerce Google Indonesia, Henky Prihatna mengatakan, perilaku konsumen berubah, dari tradisional atau offline ke arah online.
“Menurut penelitian kami dengan Temasek dua tahun lalu, Indonesia akan menjadi ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara pada tahun 2025. Bisnis online di Asia Tenggara sendiri hampir mencapai US$200 miliar (sekitar Rp2.666 triliun), dengan Indonesia menguasai sebesar US$81 miliar (sekitar Rp1.000 triliun). Dari angka tersebut, US$46 miliar (sekitar Rp613 triliun) berasal dari e-commerce, US$25 miliar (sekitar Rp333 triliun) dari travel, sisanya dari layanan jasa, transportasi online, dan periklanan,” ungkap Henky belum lama ini.
Untuk itu Google pun melakukan riset untuk dapat bisa membantu pelaku bisnis baik UKM maupun perusahaan besar untuk memahami konsumen mereka. Sehingga, kata Henky, pelaku bisnis bisa menyediakan pelayanan yang menambah kenyamanan konsumen ketika berbelanja.
Berikut tahapan yang harus diperhatikan pelaku bisnis demi bersaing di era e-commerce:
Penelitian awal
Pada tahapan pertama ini, mereka yang berjualan secara online harus mampu memberikan info yang jelas mengenai produknya. Kecepatan untuk mengakses situs tersebut juga mempengaruhi persentase konsumen dalam hal melakukan konversi. “Site loading harus cepat. Kalau lebih dari tiga detik logo enggak muncul, akan ditinggalkan,” kata Henky.
Penelitian lanjutan
Tahapan kedua ini lebih menekankan pada kecepatan loading toko online itu sendiri. Henky mengungkapkan jika sebuah toko online mampu meningkatkan site loading situsnya sebesar satu detik saja, maka bisa meningkatkan konversi sebesar tujuh persen. Hal ini juga berlaku terbalik jika site loading itu lebih lambat satu detik. Dan tentu produknya harus tersedia.
Proses pembelian
Tahapan ketiga ini membahas mengenai bagaimana pengalaman konsumen ketika berbelanja online. Menurut Henky, ketersediaan berbagai pilihan metode pembayaran, navigasi yang simpel, UI/UX yang baik, atau sekedar memindahkan tombol dari kiri ke kanan, bisa meningkatkan konversi pembelian menjadi 5%.
Pengiriman produk
Pada tahap keempat ini, pebisnis online harus memperhatikan kecepatan pengiriman produknya. “Pilihan pengiriman bisa lebih cepat, misalnya gunakan layanan GO-SEND milik GO-JEK,” tuturnya. Selain itu, besarnya biaya transaksi juga akan mempengaruhi. Berdasarkan penelitian Google, konsumen di Indonesia lebih menyukai platform yang menawarkan biaya transaksi murah.
Layanan purnajual
Tahap kelima ini lebih pada strategi pelaku bisnis online agar bisa membuat konsumen yang telah berbelanja di platform mereka melakukan pembelian ulang. Hal ini tentunya tergantung kreativitas tiap pelaku bisnis online mempromosikan produknya atau memberikan kesan yang bagus pada konsumennya.
STEVY WIDIA
Discussion about this post