youngster.id - Indonesia akan punya hajatan besar G20. Para generasi muda, melalui Youth 20 (Y20) Summit Indonesia, memiliki kesempatan untuk terlibat langsung dalam membuat keputusan bersama, bahu-membahu dalam membuat perubahan nyata secara signifikan, di mana keputusan dan hasil yang ada akan diikutsertakan dalam G20.
Co-Chairman dari Youth 20 (Y20) Indonesia Budy Sugandi, mengatakan bahwa Youth 20 (Y20) Summit Indonesia merupakan bagian dari Presidensi G20 akan mendiskusikan empat area prioritas, yakni Ketenagakerjaan Pemuda, Transformasi Digital, Planet yang Berkelanjutan dan Layak Huni, serta Keberagaman dan Inklusi.
Dalam sebuah survei yang dilakukan Worldbank & Mckinsey, Indonesia membutuhkan 600 ribu talenta digital tiap tahunnya, dan pada tahun 2030 akan menyentuh angka sembilan juta. Kementerian Pendidikan, Budaya, Riset, dan Teknologi juga menyatakan bahwa terdapat learning lost selama dua tahun terakhir ini yang mengakibatkan hampir 76 ribu anak di Indonesia putus sekolah.
“Sebagai generasi muda, sudah seyogyanya kita merumuskan berbagai ide, inovasi, dan inisiasi untuk mengatasi masalah ini. Maka dari itu, melalui Y20 Indonesia yang bertemakan ”Recover Together, Recover Stronger”, kita mendapatkan kesempatan untuk mendiskusikan berbagai permasalahan yang ada, serta mempromosikan hal-hal baik dan nilai luhur yang menjadi identitas negara kita dalam menyingkapi keberagaman dan inklusivitas, seperti nilai gotong royong dan Bhinneka Tunggal Ika di kancah dunia,” ujar Budy dalam acara DBS Asian Insights Conference 2022, Rabu (23/3/2022).
Lalu, bagaimana peran para generasi muda ini dalam menyikapi permasalah yang ada? Kathleen Gondoutomo, CEO H!Cups–brand minuman kekinian–mengatakan, pihaknya tengah merangkul para perempuan di seluruh Indonesia terutama di kota kecil agar mereka bisa mengembangkan dan memajukan potensi yang dimiliki.
“H!Cups berdiri untuk membantu menanggulangi isu pemberdayaan perempuan di area terbelakang dengan meningkatkan keterampilan SDM perempuan di Indonesia. Saat ini, 85-90% karyawan kami adalah perempuan. Fokus H!Cups dalam mendukung pemberdayaan perempuan berangkat dari keresahan kami saat bertemu dengan berbagai perempuan yang tidak mendapatkan hak dasarnya dan tidak dipersiapkan atau dibekali kemampuan yang mumpuni. Kami percaya pemberdayaan perempuan mendorong perempuan untuk mencapai potensi maksimalnya, sehingga mereka bisa membantu bukan hanya kehidupan keluarga mereka dan pribadi, tapi juga dapat memberikan yang terbaik untuk Indonesia,” ujar Kathleen.
Sementara itu, Founder Pijakbumi Rowland Asfales menjelaskan, sebagai bentuk dukungan yang berdampak nyata pada lingkungan (greenwashing) Pijakbumi menggunakan material daur ulang untuk memproduksi sepatu rendah karbon. Melalui sertifikasi, uji lab, dan pembuktian, Pijakbumi telah mendapat kepercayaan bukan hanya di Indonesia, tetapi di berbagai negara lainnya, seperti Jepang dan Swiss.
“Mengusung tema For Better Earth dalam kampanye sosial kami, Pijakbumi ingin menyampaikan bahwa kita bisa menjaga lingkungan lebih baik dengan mengurangi penggunaan produk energi serta menggunakan produk daur ulang yang penggunaan energinya lebih rendah. Pijakbumi juga selalu mengedepankan produk ramah lingkungan dan berkualitas tinggi. Walau masih harus disempurnakan, kami berkomitmen menciptakan inovasi sepatu dengan pengembangan bisnis yang berorientasi keberlanjutan dan dapat memberikan dampak ekonomi. Dengan menerapkan prinsip ‘People, Planet, Profit’, kami berusaha menciptakan perusahaan dengan profitabilitas positif serta bermanfaat bagi lingkungan dan masyarakat,” kata Rowland.
Hal senada disampaikan Founder & CEO Waste4Change, M. Bijaksana Junerosano. Dia mengatakan, menjaga kelestarian merupakan tanggung jawab bersama yang harus dimulai sesegera mungkin mengingat kecepatan kerusakan lingkungan lebih tinggi ketimbang dengan solusi yang diterapkan di Indonesia. Untuk itu, salah satu hal mendasar yang perlu dilakukan adalah dengan mengelola sampah secara bijaksana dan bertanggung jawab.
“Waste4Change, sedari mulanya berdiri untuk melaksanakan satu misi, yakni untuk mengatasi isu sampah yang semakin kompleks dan secara visual semakin terlihat sehingga penting untuk diselesaikan. Untuk itu, pemuda-pemudi di Indonesia pun perlu berkontribusi dalam mendorong pengelolaan sampah yang lebih baik, seperti memisahkan sampah berdasarkan jenisnya sebagai titik awal mempertanggungjawabkan sampah masing-masing. Potensi anak muda Indonesia yang punya intelektualitas juga dapat dimanfaatkan untuk mendorong pengolahan limbah yang baik dan bertanggung jawab, membuat mekanisme yang mendorong ekonomi sirkular, menyuarakan tentang isu lingkungan. Pada akhirnya, perubahan kecil yang dibuat dapat menghasilkan dampak yang struktural dan besar,” jelas Junerosano.
Saat ini, generasi muda di Indonesia merupakan mayoritas, yaitu mencapai 53% dari total penduduk. “Dengan begitu banyaknya jumlah SDM yang tersedia, kita tentu bisa berkontribusi dan memberikan dampak secara nyata. Mengubah peran kita dari kaum rebahan jadi kaum perubahan yang bermanfaat bagi banyak orang,” pungkas Budy.
Discussion about this post