youngster.id - Indonesia merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi digital tercepat di dunia. Namun, infrastruktur digital Indonesia masih memerlukan peningkatan lebih lanjut. Untuk itu, open finance dinilai menjadi salah satu cara efektif untuk mencapai inklusi keuangan di Indonesia.
Chief Operating Officer dan Co-Founder Finantier, Edwin Kusuma mengatakan, salah satu penyebab utama eksklusi keuangan (financial exclusion) adalah sulitnya lembaga keuangan untuk memperoleh data dan informasi dari calon nasabah untuk melakukan analisis kelayakan kredit atau verifikasi identitas.
“Dengan demikian, kami membutuhkan skema yang memungkinkan lembaga keuangan mengakses informasi pengguna dengan aman dan transparan sekaligus melindungi hak konsumen. Untuk itu open finance menjadi salah satu solusi efektif,” kata Edwin dalam peluncuran laporan “Potensi Open Finance di Indonesia,” Rabu (16/11/2022).
Edwin menjelaskan, open finance adalah ekosistem berbagi data yang memungkinkan pengguna untuk berbagi data keuangan mereka dengan pihak ketiga melalui application programming interface (API).Open finance memiliki potensi untuk meningkatkan financial inclusion bagi mereka yang unbanked dan underbanked dengan mempromosikan kemampuan pertukaran data yang didorong oleh end users untuk mengakses layanan keuangan yang lebih luas, seperti pinjaman digital, remitansi, investasi, asuransi dan penawaran embedded finance.
Open finance juga memungkinkan beragam penggunaan melalui API yang diperkaya data. Ada beberapa jenis produk open finance, empat di antaranya biasa dipakai di Indonesia adalah Account Aggregation, Verification, Credit Scoring, dan Payments.
“Open finance adalah salah satu cara paling efektif untuk mencapai financial inclusion. Implementasi open finance menguntungkan konsumen karena mereka memiliki dan mengelola akses terhadap data keuangannya. Di sisi lain, perusahaan dapat meminimalkan risiko dan biaya operasional dengan meningkatkan kualitas data konsumennya,” ungkap Edwin.
Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2021 yang disusun dan diolah oleh Katadata Insight Center mengungkap bahwa hanya 44,13% penduduk dewasa yang memiliki rekening tabungan di bank. Kurangnya akses ke layanan keuangan formal ini sangat kontras dibandingkan dengan meningkatnya penetrasi telepon pintar (smartphone) di Indonesia yang dibuktikan dengan kepemilikan telepon pintar (45,7%) dan kemampuan untuk mengirim dan menerima pesan teks (68,2%) telah meningkat pesat dalam beberapa tahun terakhir.
Sementara itu Asisten Deputi Ekonomi Digital Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Rizal Edwin Manansang mengatakan, penerapan open finance merupakan sebuah terobosan dari pelaku industri keuangan untuk memahami kebutuhan masyarakat yang dinamis dan tepat sasaran.
“Tren implementasi open finance mengarahkan kita pada ekosistem finance as a lifestyle. Kami menyambut baik atas laporan yang dibuat oleh Katadata dan Finantier, semoga laporan ini dapat diterima dengan baik dan meningkatkan sinergi serta kolaborasi para regulator, pelaku industri keuangan, dan pengguna untuk mendorong inklusi keuangan di Indonesia,” ungkapnya.
Namun, implementasi open finance masih menghadapi beberapa tantangan, mulai dari hambatan regulasi seperti memperkuat mekanisme perlindungan data konsumen, hingga tantangan teknis seperti standarisasi API, hingga tantangan sosial budaya seperti rendahnya literasi keuangan di Indonesia.
Untuk memperkuat infrastruktur digital dan ekosistem open finance di Indonesia, harus ada konsensus dan aksi bersama dari seluruh pemangku kepentingan open finance. Hal ini diperlukan untuk memenuhi janji open finance yang memberikan dampak positif dan mendorong pada inklusi digital (digital inclusion) di Indonesia.
STEVY WIDIA
Discussion about this post