youngster.id - Kementerian Keuangan memperkirakan kebutuhan pembiayaan transisi energi mencapai US$280 miliar hingga 2030. Namun, dari total kebutuhan tersebut, hanya 30% yang dapat dibiayai melalui anggaran negara.
Untuk itu, lembaga keuangan, termasuk bank, diharapkan berkontribusi dalam pendanaan yang mendukung transformasi bisnis berkelanjutan.
“Kami percaya bahwa pembiayaan berbasis Environmental, Social, and Governance (ESG) menjadi krusial untuk mendorong ekonomi berkelanjutan, mendukung proyek hijau, dan transisi energi Indonesia mencapai target Net Zero Emission 2060. Untuk itu, Bank DBS Indonesia berperan sebagai katalis dengan menyediakan pembiayaan seperti Sustainability-Linked Loan (SLL) dan Green Loan,” kata Head of Institutional Banking Group PT Bank DBS Indonesia, Kunardy Lie, dikutip Kamis (27/3/2025).
Menurut Kunardy, sepanjang 2024 hingga 2025, Bank DBS Indonesia telah mencatat peningkatan pendanaan terkait ESG atau Kategori Kegiatan Usaha Berkelanjutan (KKUB) sebesar 14,8%. Sementara itu, pada tahun 2023 Bank ini telah menyalurkan dana sebesar Rp6,1 triliun untuk mendanai berbagai proyek hijau dan berkelanjutan kepada perusahaan dari berbagai sektor seperti otomotif, pangan dan pertanian, minyak dan gas, energi, dan lain-lain.
Di antaranya pada Januari 2025, Bank DBS Indonesia meluncurkan Sustainability-Linked Trade Facility (SLTF) sebesar USD20 juta bagi PT Indo-Rama Synthetics Tbk, produsen benang pintal dan poliester yang merupakan anak perusahaan Indorama Corporation Pte. Ltd, Singapura.
Di awal Maret, Bank DBS Indonesia bekerja sama dengan Bank UOB Indonesia dalam pendanaan sebesar Rp1,7 triliun kepada PT Princeton Digital Group (PDG) melalui skema club loan. Dana ini digunakan untuk mengembangkan JC2, kampus pusat data berbasis kecerdasan buatan (AI) dengan kapasitas 22 MW di Cibitung.
Untuk sektor produksi pangan berkelanjutan, Bank DBS Indonesia menyalurkan Sustainability-Linked Loan (SLL) senilai Rp350 miliar kepada PT CJ Feed & Care Indonesia guna mendukung target pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 25% pada 2030. Pendanaan lainnya termasuk fasilitas trade financing senilai USD50 juta kepada Permata Group untuk memperkuat operasional penjualan biodiesel, serta dukungan terhadap Kaer, perusahaan penyedia solusi pendinginan berkelanjutan untuk bangunan komersial dan industri.
Selain itu, Bank DBS Indonesia berkolaborasi dengan Asian Development Bank sebagai mitra strategis PT TBS Energi Utama Tbk. (TBS) dalam mempercepat adopsi sepeda motor listrik di Indonesia pada akhir 2024. Pembiayaan sebesar US$15 juta disalurkan melalui PT Energi Kreasi Bersama (Electrum).
“Kami meyakini bahwa pembiayaan berkelanjutan adalah kunci untuk menciptakan masa depan yang lebih baik bagi Indonesia dan kawasan regional. Bank DBS berperan dalam membantu perusahaan bertransisi menuju operasional yang lebih berkelanjutan sekaligus mewujudkan ekonomi rendah karbon,” tutup Kunardy.
STEVY WIDIA