youngster.id - Total pendanaan untuk startup teknologi di Indonesia anjlok 64% menjadi US$191 juta pada paruh pertama tahun 2024, dibandingkan dengan US$526 juta pada paruh pertama tahun 2023.
Hal itu terungkap dalam laporan “Geo Semi-Annual Report: Indonesia Tech H1 2024” yang dirilis platform intelijen pasar Tracxn. Laporan itu menyebutkan bahwa dalam lanskap dinamis ekosistem startup teknologi Indonesia, paruh pertama telah ditandai dengan pergeseran signifikan dalam pendanaan dan aktivitas pasar.
Indonesia, yang menempati peringkat ke-29 secara global dalam hal pendanaan pada paruh pertama tahun 2024, telah menunjukkan ketahanan di tengah tantangan ekonomi global.
“Meskipun terdapat tantangan, ekosistem startup teknologi di Indonesia tetap dinamis dan adaptif, didukung oleh investasi strategis dan diversifikasi sektoral,” kata Tracxn, seperti dilansir TN Global, Rabu (26/6/2024).
Total pendanaan yang dikumpulkan oleh ekosistem startup teknologi Indonesia merosot 79% dibandingkan dengan US$918,3 juta yang dikumpulkan pada paruh kedua tahun 2023, hal ini menunjukkan perubahan iklim investasi.
Pendanaan negara pada berbagai tahap menunjukkan pola yang berbeda. Pendanaan tahap awal mencapai US$26 juta, mengalami penurunan sebesar 42% dari US$45 juta pada paruh kedua tahun 2023. Dan, penurunan sebesar 27% dari US$32 juta yang diperoleh pada paruh pertama tahun 2023.
Pendanaan tahap awal mencapai US$113 juta, turun 42% dari US$148 juta yang dikumpulkan pada paruh pertama tahun 2023, sementara investasi tahap akhir mencapai US$52,2 juta. Ini menunjukkan penurunan signifikan sebesar 92% dari US$681 juta yang dikumpulkan pada paruh kedua tahun 2023. Pada tahun 2023, menyoroti sentimen investor yang berhati-hati dalam usaha tahap selanjutnya.
Dari segi sektor, fintech, insurtech, dan aplikasi perusahaan muncul sebagai sektor dengan kinerja terbaik pada paruh pertama tahun 2024, yang menunjukkan area pertumbuhan strategis dalam industri ini.
Startup fintech di Indonesia mengumpulkan US$128 juta pada paruh pertama tahun 2024, turun 61% dari US$329 juta yang dikumpulkan pada paruh pertama tahun 2023.
Aplikasi perusahaan mengalami penurunan pendanaan sebesar 56%, menjadi US$45,1 juta pada paruh pertama tahun 2024 dari US$104 juta pada paruh pertama tahun 2023.
Namun, sektor insurtech mengalami lonjakan pendanaan yang besar, dari US$7,5 juta pada paruh pertama tahun 2023 menjadi US$47 juta pada paruh pertama tahun 2024.
“Terlepas dari keberhasilan sektor-sektor ini, ekosistem tidak melihat adanya unicorn baru pada paruh pertama tahun 2024, berbeda dengan penciptaan satu unicorn pada periode yang sama tahun lalu,” katanya.
Semester pertama tahun ini juga terjadi penurunan aktivitas akuisisi dan penawaran umum perdana (IPO) dibandingkan tahun sebelumnya. Hanya ada tiga akuisisi yang terjadi, termasuk DycodeX, AyoPajak, dan Lifepal, turun dari masing-masing enam akuisisi pada paruh pertama tahun 2023 dan paruh kedua tahun 2023.
Topindoku adalah satu-satunya perusahaan yang melakukan IPO pada paruh pertama tahun 2024, menunjukkan pasar IPO yang lemah selama periode ini. Jumlah tersebut lebih rendah dibandingkan empat IPO yang dilakukan pada paruh pertama tahun 2023.
Jakarta memimpin dalam hal pendanaan kota pada paruh pertama tahun 2024, diikuti oleh Yogyakarta dan Bandung, yang menunjukkan beragamnya pertumbuhan regional dalam ekosistem startup Indonesia.
Startup teknologi yang berbasis di Jakarta mengumpulkan US$185 juta, jauh lebih tinggi dibandingkan startup yang berbasis di Yogyakarta (US$3,5 juta) dan Bandung (US$2,5 juta).
East Ventures, AC Ventures, dan Alpha JWC Ventures mempertahankan status mereka sebagai investor teratas di ekosistem Indonesia tech secara keseluruhan. Sementara itu, East Ventures, Insignia Ventures Partners, dan Beenext muncul sebagai investor teratas khusus untuk paruh pertama tahun 2024.
Pada investasi tahap awal, Peak XV Partners, Vertex Ventures, dan Shunwei Capital memimpin aktivitas pendanaan, dan MUFG Innovation Partners muncul sebagai investor teratas di startup tahap akhir. (*AMBS)