youngster.id - Data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) saat ini pengguna internet di Indonesia mencapai 77 % dari total populasi atau sekitar 210 juta. Dari total pengguna itu, APJII mengungkapkan hanya 14,5% yang memiliki fasilitas fixed broadband. Dengan peluang pasar yang besar, maka persaingan diantara para penyedia layanan internet fixed broadband juga semakin ketat.
PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom) Tbk melalui Indihome yang merupakan layanan fix broadband di Indonesia fokus meningkatkan kualitas layanan Indihome kepada seluruh pelanggan di Indonesia. Hal itu disampaikan Telkom, di tengah maraknya perang tarif di industri fix broadband saat ini.
VP Marketing Management Telkom E. Kurniawan mengatakan, pihaknya saat ini lebih fokus untuk memberikan kualitas layanan kepada masyarakat, dengan menaikkan speed kepada pelanggan, dengan harga langganan yang tetap.
“Karena kami market share terbesar di Indonesia, fokus kami adalah secepatnya memberikan atau meningkatkan kembali speed, sehingga pelanggan bisa menikmati speed yang lebih dari sekarang,” kata E. Kurniawan, VP Marketing Management PT Telekomuniasi Indonesia (Telkom) Tbk dalam acara Selular Business Forum yang bertajuk “Perang Tarif Internet: Mungkinkah Menular ke Penyedia Fixed Broadband,”? Senin (25/10/2022) di Jakarta.
Menurut Kurniawan, IndiHome mengusung konsep Window of Entertainment. Misalnya menyediakan konten menarik yang bekerja sama dengan 14 OTT partner seperti Netflix, MOLA, Vidio, WeTV, serta memiliki variasi paket sesuai kebutuhan pelanggan, mulai dari paket 30 Mbps hingga 300 Mbps.
Sedangkan, dari sisi Average Revenue Per User (ARPU) tidak terlalu berimbas pada Telkom. Karena, Telkom memiliki layanan end to end, yang bisa memberikan layanan kepada semua pelanggan dengan satu tarikan kabel. Sebagi informasi, Telkom saat ini memiliki ARPU untuk layanan fix broadband sebesar Rp 280.000.
“Telkom memiliki layanan bisnisnya yang ditujukan untuk Busniness to Business (B2B), dan Business to Consumer (B2C). Selain itu, dari sisi platform, ada yang fix broadband dan juga mobile seluler. Jadi dengan satu portofolio, akhirnya satu kabel misalnya bisa dipakai bersama-sama. Bisa dipakai buat retail fix broadband, seluler, atau bisa dipakai buat astinet, tarikan-tarikan yang bisa dipakai buat dedicated, perusahaan-perusahaan,” papar Iwan.
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), Muhammad Arif mengatakan kebutuhan akan internet membuat kompetisi penyedia jaringan internet meluas..
“Meski demikian, perang harga layanan Fixed Broadband masih dalam batas wajar dan APJII sangat mendukung agar pemerintah terus mengawasi dan menjaga iklim kompetisi bisnis FBB yang sehat,” ujar Arif.
Sementara itu, Ketua Umum Masyarakat Telekomunikasi Indonesia (Mastel) Sarwoto Atmosutarno menyebut untuk menjaga para pelanggannya maka penyedia layanan internet Fixed Broadband harus kreatif. “Selain menjaga kualitasnya juga serta menawarkan paket bundling dengan berbagai layanan streaming untuk menjaga pelanggan maupun menggaet pelanggan baru,” ungkapnya.
Saat ini terdapat sejumlah pemain utama. Seperti IndiHome, First Media, Biznet, MyRepublic, MNC Play, CBN, Link Net, dan Oxygen.
Operator selular juga punya layanan sejenis, seperti XL Home (XL Axiata) dan HiFi (Indosat Ooredoo Hutchison). PLN juga sudah menyatakan terjun ke bisnis ini dengan bendera Iconnet. Belakangan, demi memperkuat fondasi bisnis ini, XL Axiata mengakuisisi First Media dari Lippo Group.
STEVY WIDIA
Discussion about this post