youngster.id - Perkembangan startup digital Indonesia mendapat perhatian besar dari berbagai kalangan, termasuk dari pemerintah. Bahkan berbagai program digelar untuk mendorong agar tren ekonomi baru ini terus bertumbuh. Namun ternyata masih banyak kendala untuk pertumbuhan startup lokal, terutama lewat regulasi pemerintah.
CEO Kudo Albert Lucius menyebut cukup banyak startup lokal yang ia kenal mati akibat iklim regulasi yang tidak baik. Kalaupun tumbuh, menurutnya pertumbuhannya terkesan bergerak lambat.
“Selama ini orang tahu startup itu hanya Go-Jek, Tokopedia, dan lain-lain. Padahal sebenarnya banyak lho startup yang kurang dikenal dan malah berujung mati,” ucap Albert dalam diskusi di ajang Ideafest 2016, dilansir CNNIndonesia Jumat (23/9/2016) di Jakarta.
Padahal pemerintahan Presiden Joko Widodo menaruh perhatian lebih terhadap industri kreatif dengan mendukung program 1000 startup pada 2020. Namun ada banyak faktor pendukung yang menjadikan pemerintah dianggap tidak serius, mulai dari regulasi, infrastruktur, dan ekosistem yang dinilai menghambat pertumbuhan startup lokal.“Ambil contoh aturan yang mengharuskan server kita berada di dalam. Di sini ga ada jaminan server kita aman ga digigit tikus. Tingkat kepercayaannya di bawah 95 %,” ungkap Albert.
Kekhawatiran yang sama juga dirasakan Andi Zain dari Kejora Ventures soal fokus pemerintah yang melulu ke e-commerce. “Startup bukan e-commerce saja. Dan kita butuh regulasi akselerator untuk mempercepat ketertinggalan kita,” ujar Andi.
Di sisi lain, pemerintah bersikukuh menerapkan aturan pajak yang bertujuan agar transaksi sekecil apa pun dari operasional startup tak beralih ke kantong negara lain sebagai bentuk penghematan negara.
STEVY WIDIA
Discussion about this post