youngster.id - Seiring meningkatnya transaksi yang terjadi di SIPLah, masih ada tantangan yang perlu dihadapi bagi para pelaku usaha/UKM pendidikan dalam mengembangkan usahanya, yakni masalah akses permodalan.
Hasil riset Pintek di bulan Juli 2021 pada lebih dari 80 pelaku usaha/UKM pendidikan menyebutkan, ada sekitar 69% UKM Pendidikan membiayai usahanya mengandalkan pendanaan pribadi untuk modal dan operasional perusahaannya. Selain itu, dari 80 lebih pelaku usaha/UKM pendidikan, 57% mengatakan memiliki kesulitan dalam mendapatkan pendanaan selama dua tahun terakhir setidaknya 1- 2 kali.
“Kami melihat akses permodalan menjadi salah satu tantangan tersendiri bagi para pelaku usaha/UKM pendidikan di Indonesia, adanya kekurangan informasi menjadi hambatan karena UKM biasanya tidak masuk audit lembaga keuangan konvensional. Terlebih lagi, sekolah melakukan pesanan barang harus menyediakan di awal dan baru sekolah membayar sehingga memang membutuhkan modal yang besar. Oleh karena itu sejak awal tahun 2021, kami memfokuskan strategi bisnis untuk pendanaan bagi pelaku usaha/UKM Pendidikan,” kata Tommy Yuwono, Co-Founder dan Direktur Utama Pintek.
Sejalan dengan survei yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik tahun 2020, sekitar 69,02% UMKM mengalami kesulitan permodalan di saat pandemi COVID-19. Data tersebut menunjukkan bahwa bantuan permodalan bagi UMKM menjadi hal yang penting.
Pelaku usaha/UKM pendidikan dapat memanfaatkan peer-to-peer lending untuk memperoleh akses mudah dan cepat ke pinjaman modal tanpa agunan untuk mengembangkan usahanya. Hasil laporan “Roaring 20s: The SEA Digital Decade” yang dilakukan oleh Google, Temasek, dan Bain & Company, 59% pedagang digital di Indonesia sekarang mengadopsi solusi pinjaman digital.
Perusahaan financial technology peer-to-peer lending untuk pendidikan, Pintek telah berkolaborasi dengan SIPLah telkom pada bulan oktober lalu. Hal ini menjadi salah satu langkah Pintek dalam mendukung perkembangan pelaku usaha/UKM pendidikan khususnya yang memiliki bisnis pada pengadaan kebutuhan pendidikan di Indonesia.
Melalui program SIPLah, Pintek terus berkomitmen untuk menjadi salah satu roda penggerak pendidikan di Indonesia dengan mengajak para pelaku usaha/UKM pendidikan mengembangkan potensi bisnis yang lebih optimal melalui proses digitalisasi.
“Kami ingin memaksimalkan dukungan kami kepada seluruh ekosistem pendidikan di Indonesia termasuk membantu pelaku usaha/UKM pendidikan. Dengan inovasi pembiayaan yang kami miliki, kami berharap dapat mendorong semangat pelaku usaha/UKM pendidikan untuk dapat mengembangkan bisnisnya, secara khusus di masa pandemi ini, dimana sebagian pelaku usaha/UKM pendidikan yang menghadapi kesulitan dapat memperoleh alternatif solusi keuangan. Kami percaya bahwa pada tahun 2022, sektor pelaku usaha/UKM pendidikan akan semakin berkembang dengan terus meningkatnya literasi keuangan dan pemanfaatan teknologi,” tambah Tommy.
Menurut Dwi Meidianty, tim bisnis SIPLah Telkom. SIPLah Telkom sejak awal hadir dengan tujuan untuk mempermudah akses para pelaku usaha/UKM pendidikan di Indonesia khususnya pada bidang pengadaan barang dan jasa sekolah. Hingga saat ini, ada sekitar lebih dari 20,000 penyedia kebutuhan Pendidikan dengan jutaan produk yang dijual secara variatif, sudah bergabung di SIPLah Telkom. Hal ini menunjukkan bahwa ada keuntungan potensial yang dapat dicapai ketika para pelaku usaha/UKM Pendidikan mau beralih dari cara konvensional dan bergabung dengan mitra SIPLah.
“Di tengah pandemi COVID-19, akses pendanaan untuk pelaku usaha/UKM pendidikan menjadi lebih krusial lagi untuk memastikan mereka dapat tetap bertahan dan mengembangkan bisnisnya. Kami berharap di tahun depan, pelaku usaha/UKM yang mengalami hambatan dalam mengembangkan bisnisnya karena permasalahan modal dapat lebih memanfaatkan layanan pinjaman P2P, sehingga dapat memaksimalkan potensi bisnis yang ada pada sektor UKM pendidikan,” ujar Dwi.
FAHRUL ANWAR