youngster.id - Saat ini ekonomi kreatif menjadi lokomotif baru pengembangan ekonomi di Indonesia. Pada tahun 2021, sektor ekonomi kreatif, salah satunya fesyen, menyumbang Rp1.134 triliun atau setara dengan 6,98% terhadap PDB nasional.
Sebagai upaya untuk mendorong para entrepreneur muda di industri fesyen agar mampu mengembangkan bisnisnya hingga ke pasar global, dibentuklah PINTU Incubator–sebuah program hasil kolaborasi dari JF3, LAKON Indonesia, dan Kedutaan Besar Prancis melalui Institut Francais d’Indonesie (IFI).
Keberadaan PINTU Incubator ini diharapkan menjadi sarana untuk menyatukan para kreatif muda dari dua negara dan berbagi pengetahuan di industri mode.
“Tujuan kami di PINTU Incubator, yaitu membawa brand-brand lokal Indonesia ke pasar internasional. Sementara para kreatif muda dari Prancis akan mendapatkan pengetahuan mengenai ragam budaya Tanah Air,” kata inisiator PINTU Incubator sekaligus pendiri LAKON Indonesia, Thresia Mareta.
Setelah sukses dengan gelaran PNTU Incubator 2.0, yang memilih empat brand (Parapohon, Apakabar, Tenun Imam, dan Tenun Lurik Rachmad) dan diikutsertakan dalam Paris Trade Show – Premiere Classe, inkubator bagi kreatif muda bidang esyen ini kembali menggelar program PINTU Incubator 2023.
Thresia mengungkapkan rasa syukurnya karena program PINTU 2023 mendapatkan banyak antusiasme dan apresiasi positif dari berbagai pihak.
Lebih dari 500 brand lokal telah melakukan registrasi untuk mengikuti program Pintu Incubator 2023. Setelah melalui proses kurasi, terpilih sebanyak 12 brand yang akan mengikuti proses inkubasi selanjutnya.
Kali ini, PINTU Incubator memperkuat kerja sama bilateral dengan menghadirkan belasan mentor Prancis untuk berkolaborasi dalam sesi mentoring dan pembelajaran.
Tidak hanya itu, beberapa mentor yang juga merupakan fashion designer dan pelaku bisnis mode turut berpartisipasi mempresentasikan koleksi eksklusif mereka pada fashion show JF3, ajang fashion festival terbesar di Indonesia.
“Ada tujuh desainer asal Prancis yang sedang highlight di negerinya, hadir di JF3,” kata Thresia, Senin (24/7/2023).
Beberapa mentor yang akan mempresentasikan koleksinya dalam ajang JF3 Fashion Show, seperti Alphonse Maitrepierre, Joshua Cannone, Martial Charasse, Lucie Brochard, Jonathan Canuti, Mossi Traore, dan Juliette Pasquier.
Melalui upaya itu, Thresia berharap terjadi transfer pengetahuan dan bisa saling belajar antara desainer fesyen Indonesia dan Prancis.
“Hubungan kolaborasi yang saling menguntungkan, karena mereka juga tertarik untuk mempelajari keunikan ragam fesyen di Indonesia,” tambahnya.
Sebab, para desainer Indonesia butuh banyak masukan terkait ekosistem pasar global. Mulai dari produk standar internasional, hingga seperti apa sosok industri dan bisnisnya.
Lebih dari itu, menurut Thresia, kolaborasi ini akan membuka banyak kesempatan kerja sama untuk mendorong Indonesia menjadi bagian dari ekosistem global sehingga dapat membuka peluang yang lebih besar bagi banyak pelaku secara luas.
“Dan pada saat yang bersamaan, kita bisa saling mempromosikan karya, sekaligus memperkenalkan perajin, pelaku UMKM mode Indonesia,” tutup Thresia.
STEVY WIDIA