youngster.id - Industri fashion di Indonesia memiliki potensi besar untuk berkembang pesat. Hal ini didukung oleh kreativitas desainer lokal, pertumbuhan ekonomi, dan perkembangan sektor ritel. Pontesi ini mendorong JF3 dan LAKON Indonesia bekerja sama dengan Kedutaan Besar Prancis melalui Institut Francais d’Indonesie kembali menggelar PINTU Incubator.
Co-initiator PINTU Incubator Thresia Mareta mengatakan, sejak diluncurkan pada 2022, PINTU Incubator telah menjadi wadah pengembangan bagi desainer muda melalui proses kurasi, mentoring professional, pertukaran budaya, pengalaman profesional, dan eksposur ke pasar global.
“Program ini telah menghubungkan para desainer muda dengan para ahli, institusi, dan ekosistem kreatif dari kedua negara. Bahkan program ini telah mendapat pengakuan pemerintah Prancis dan menjadi symbol kuat bahwa budaya, pendidikan dan kreativitas bisa menyatukan dua bangsa,” katanya pada Kamis (10/7/2025) di Jakarta.
Thresia memaparkan, sejak diluncurkan pada tahun 2022, PINTU telah menjaring lebih dari 10.000 brand yang tertarik, memilih 51 peserta terinkubasi, dan melibatkan 86 mentor ahli, termasuk 33 dari Prancis.
“PINTU Incubator bukan sekadar program pelatihan, tetapi menjadi “pintu” antar bangsa, antar generasi, dan antar pemikiran. Di sinilah masa depan mode Indonesia dibentuk melalui kolaboratif, berakar budaya, dan siap menembus dunia,” ucap Founder LAKON Indonesia itu.
Pada tahun ini, PINTU menjalin kerjasama dengan École Duperré Paris, salah satu institusi seni dan mode terkemuka di Prancis. Sekaligus meluncurkan Residency Program, yang mempertemukan kreativitas Prancis dan kekayaan budaya Indonesia. Ada dua desainer muda Prancis yang terpilih yaitu Kozue Sullerot dan Priscille Berthaud.
Selama tiga bulan. Keduanya akan tinggal dan berkarya di 2 wilayah Indonesia, mempelajari teknik batik di Jawa dan mengeksplorasi tenun tradisional di wilayah timur Indonesia. Karya kolaborasi mereka akan dipresentasikan di LAKON Store dan ajang bergengsi Premiere Classe Paris.
“Residency Program ini adalah langkah nyata kami untuk memperdalam kolaborasi lintas budaya. Melalui program ini mereka langsung bekerja dengan para artisan dan melakukan proses kreatif bersama. Mereka bukan hanya mendapat pelatihan teknis, tapi juga mendapatkan pengalaman profesional dan personal,” ucap Thresia.
Sementara itu, Chairman JF3 yang juga Co-initiator PINTU Incubator, Soegianto Nagaria menambahkan, PINTU Incubator tidak hanya memenuhi ekspektasi, tetapi telah menjadi platform penting dalam mendorong lahirnya brand-brand potensial dengan perspektif internasional.
“Kami terus mendorong pertumbuhan talenta muda, mengembangkan bisnis fashion, mengangkat pengrajin dan karya tangan tradisional, serta membuka peluang kolaborasi lintas industri dan lintas negara. Konsistensi ini mencerminkan komitmen kami untuk membangun ekosistem yang hidup dan berkelanjutan. Kami tidak hanya merayakan kreativitas, kami berinvestasi di dalamnya dan mengarahkannya ke pasar nyata serta eksposur global,” ungkapnya.
PINTU Incubator juga mengumumkan enam brand yang akan tampil di JF3 Fashion Festival 2025, yaitu: CLV, Dya Sejiwa, Lil Public, Nona Rona, Rizkya Batik, dan Denim It Up.
Sebagai hasil dari proses inkubasi selama enam bulan, mereka akan mempresentasikan koleksi dalam show kolaboratif bertajuk “Echoes of the Future by PINTU Incubator featuring École Duperré”, pada 27 Juli 2025 di JF3 Fashion Festival 2025. Kolaborasi ini juga akan melibatkan tiga siswa dari École Duperré Paris: Pierre Pinget, Bjorn Backes, dan Mathilde Reneaux.
STEVY WIDIA