youngster.id - Usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) merupakan salah satu pilar perekonomian Indonesia. Selain menyumbang lebih dari 60% terhadap Produk Domestik Bruto dan menyerap hamper 97% tenaga kerja. Menariknya, lebih dari 60% dari total UMKM dimiliki dan dikelola oleh perempuan.
Kondisi ini mendorong DANA dan Ant Internasional kembali menggelar program Sisberdaya dan Disberdaya 2025 untuk mengajak pelaku UMKM perempuan belajar bisnis dan memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (AI).
CEO & Co-Founder DANA Indonesia Vince Iswara mengatakan, program ini bertujuan untuk membantu mengatasi kesenjangan gender di sektor UMKM sekaligus mendorong inovasi, dan mendukung pertumbuhan bisnis secara berkelanjutan.
“Perempuan yang berdaya secara ekonomi mampu mendorong pertumbuhan inklusif dan berkelanjutan. Oleh karena itu, program seperti SisBerdaya dan DisBerdaya hadir sebagai wujud nyata komitmen tersebut. Dengan sinergi yang tepat, visi ekonomi yang adil dan setara bisa diwujudkan bersama,” katanya pada Konferensi Pers Peluncuran SisBerdaya dan DisBerdaya 2025, Rabu (7/5/2025) di Jakarta.
Inisiatif ini juga diperkuat dengan kerja sama strategis melalui Penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara DANA dan Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM sebagai upaya percepatan digitalisasi UMKM di Indonesia.
Sementara itu, Direktur Komunikasi DANA Olavina Harahap mengungkapkan, survei internal DANA pada 2024 menunjukkan 74% UMKM perempuan kesulitan mengakses pasar. Selain itu, 57% mengalami hambatan dalam meningkatkan keterampilan. Sementara itu, 51% kesulitan membangun jejaring. Tantangan lain meliputi kurangnya mentoring hingga literasi digital.
“Melalui SisBerdaya dan DisBerdaya, kami berkomitmen untuk memperluas akses terhadap teknologi, inklusi dan literasi keuangan, dan pendampingan bisnis demi meningkatkan daya saing UMKM,” ujarnya.
Program ini pertama kali diluncurkan pada 2023. Hingga saat ini SisBerdaya dan DisBerdaya telah diikuti lebih dari 4.500 pelaku UMKM dengan pelatihan intensif diikuti oleh peserta dari 29 provinsi di Indonesia.
Menurut Olavina, dampak program ini juga telah mendorong rata-rata kapasitas produksi finalis dan pemenang meningkat hingga 126%. “Rata-rata pendapatan finalis dan pemenang meningkat hingga 113%. Selain itu, 99% partisipan merasa bisnisnya terbantu oleh pendanaan melalui program ini,” katanya.
Pada tahun ini, program ini mengusung tema ‘Memajukan Bisnis dengan Teknologi’, dengan beragam materi pelatihan, mulai dari teknik pemasaran digital, hingga pemanfaatan kecerdasan buatan (AI).
“Seluruh kurikulum ini dirancang secara matang, komprehensif, dan relevan untuk menjawab tantangan UMKM di masa kini dan mendatang,” ujar Olavina.
Dia menjelaskan, program SisBerdaya menyasar dua kategori. Pertama, usaha mikro dengan pendapatan 10-30 juta rupiah per bulan dan 0-3 karyawan. Kategori kedua adalah ultra mikro untuk usaha dengan pendapatan 1-10 juta rupiah dan 4-10 karyawan. Sementara itu, DisBerdaya ditujukan khusus untuk perempuan penyandang disabilitas pemilik usaha.
Tahun ini, peserta DisBerdaya akan disaring melalui beberapa organisasi dan pihak regulator yang berfokus pada pemberdayaan disabilitas, seperti Ego Amote, Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI), Kemitraan Australia-Indonesia Menuju Masyarakat Inklusif (atau INKLUSI), Menembus Batas, dan Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD) Kabupaten Garut.
Pendaftaran SisBerdaya dan DisBerdaya 2025 dibuka mulai 7-29 Mei 2025. Setelah pendaftaran, peserta akan diseleksi, dan 180 peserta teratas akan mengikuti program pendampingan dan pelatihan secara daring sebelum mengirimkan proposal bisnis. 30 peserta dengan proposal terbaik akan mendapatkan pendampingan intensif secara luring di Jakarta.
Terakhir, para finalis akan menampilkan karya dan potensi bisnisnya untuk dijurikan pada Grand Final yang akan dilaksanakan di bulan Agustus. Selain pelatihan dan pendampingan bisnis yang telah didapatkan, para pemenang berkesempatan untuk mendapatkan total hadiah hingga Rp750 juta.
STEVY WIDIA
Discussion about this post