Reyhan Hadisaputra : Pindah Kuadran Jadi Petani Hidroponik

Reyhan Hadisaputra, Founder & CEO Villa Duta Farm (Foto: Stevy Widia/youngster.id)

youngster.id - Zaman milenial sekarang ini, banyak generasi muda lebih memilih untuk bekerja di perkantoran atau pun terjun ke industri digital lainnya. Dunia pertanian jarang dilirik oleh generasi muda. Untunglah mulai ada generasi milenail yang mau jadi petani dengan menerapkan inovasi teknologi.

Indonesia disebut sebagai negara agraris. Ironisnya, jumlah petani muda makin hari makin menurun. Berdasarkan data SUTAS (Survey Pertanian Antar Sensus) 2018, BPS mengungkapkan ada 27,68 juta petani utama. Dari data itu, 64,20% petani berusia di atas 45 tahun, Sementara petani muda yang berusia 25-35 tahun hanya 2,95 juta orang atau sekitar 11%. Dan, kecenderungan petani muda terus berkurang.

Ini merupakan masalah. Pasalnya, dalam upaya menuju kedaulatan pangan dibutuhkan sumberdaya manusia yang muda, memahami teknologi pertanian modern, serta inovatif dan kreatif. Untuk itu pemerintah melalui Kementerian Pertanian menargetkan bisa mencetak 1 juta petani muda. Alih generasi petani muda milenial ini diharapkan bisa menjadi tulang punggung petani masa depan, untuk mewujudkan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia.

Ada momentum untuk meningkatkan peran pemuda dalam sektor pertanian, yaitu perkembangan teknologi budidaya yang semakin beragam. Pola hidroponik, aquaponik, urban farming, dan smart farming memiliki daya tarik bagi generasi muda untuk bertani.

Daya tarik ini juga yang membuat Reyhan Hadisaputra memutuskan untuk jadi petani. Bahkan, lulusan S2 University of New South Wales Australia ini memutuskan meninggalkan pekerjaannya di sebuah perusahaan konsultasi keuangan ternama. Reyhan memilih pindah kuadran menjadi petani.

“Saya orang yang senang bereksperimen, salah satunya dengan mencoba pertanian hidroponik. Saya melihat ada potensi bisnis yang besar di bidang pertanian, dan saya ingin jadi petani yang serius,” ucap Reyhan saat ditemui youngster.id di perkebunan hidroponik Villa Duta Farm, Bogor, Jawa Barat.

Reyhan mengaku, ketertarikannya pada dunia pertanian berangkat dari kondisi sang ayah beberapa tahun lalu yang menderita penyumbatan jantung sampai harus pasang ring. Ketika itu dokter menyarankan agar sang ayah mengubah pola makan dengan mengonsumsi raw food, sayuran yang tidak diolah setiap hari.

“Kami dulu membeli sayuran organik setiap hari, tetapi kemudian muncul kekhawatiran dari mana asal bahan makanan yang dikonsumsi setiap hari. Dari situlah saya mulai mencari tahu tentang menanam sayur di pekarangan dengan cara hidroponik dan mulai menanam,” kisah Reyhan.

Hidroponik, disebut Kultur Nutrisi (Nutrient culture), yaitu menumbuhkan tanaman tanpa tanah dengan larutan nutrisi yang terkontrol. Menurut pria kelahiran Jakarta, 13 Agustus 1989 itu awalnya kebun hidroponik yang ditanam di pekarangan rumahnya itu hanya untuk dikonsumsi sendiri. Ketika itu dengan bermodalkan Rp 10 juta dia menggunakan paralon bekas untuk mulai menanam bibit sayuran. Hasilnya, sejak mengonsumsi sayuran dari kebun sendiri kondisi kesehatan ayah Reyhan terus membaik.

Hal ini membuat banyak teman dan kerabat yang menanyakan dan mulai mengikuti pola makan yang diterapkan keluarga Reyhan. Dengan begitu, permintaan produk dari kebun Reyhan meningkat. Melihat adanya potensi pasar, akhirnya pada tahun 2016 Reyhan pun mulai memutuskan untuk menjadi petani yang serius.

Selain memproduksi sayuran hidroponik, Reyhan bersama sang istri Venda tengah mengembangkan produk makanan dengan label Harmony. Bahkan, ke depan, Reyhan dan Venda berencana akan membangun restoran dengan konsep menyajikan pertanian dan pengolahan secara langsung. (Foto: Stevy Widia/youngster.id)

Inovasi dan Teknologi

Tanpa latar belakang ilmu pertanian, Reyhan terbilang nekad membangun kebun berbasis hidroponik yang diberi nama Villa Duta Farm. Dia meninggalkan pekerjaannya sebagai konsultan keuangan di PricewaterhouseCoopers (PWC) dan menjadi petani.

Menurut Reyhan, pertanian itu adalah usaha yang menjanjikan. Apalagi konsep pertanian hidroponik yang menerapkan teknologi memberi banyak kemudahan. “Di zaman sekarang bertani itu sudah sangat berbeda dibandingkan zaman dulu. Apalagi dengan hidroponik semua jadi lebih mudah, dan menyenangkan. Selain potensi bisnisnya ada, kita juga dapat mendukung untuk menerapkan gaya hidup sehat di masyarakat,” ucap Reyhan.

Selain itu, kelebihan sayuran hidroponik biasanya dibanderol tinggi. Sebagai contoh, harga selada dalam sekilo bisa mencapai Rp 50.000, atau Sawi putih yang dijual pada kisaran Rp 40.000 – Rp 100.000. Hal itu karena kualitas dari produk ini memang premium. Sayuran yang diproduksi dengan hidroponik lebih bernutrisi, segar, bebas pestisida, bebas cacing nematoda, lebih sehat. Makanya wajar jika sayuran hidroponik diharga lebih mahal. Bahkan jenis mizuna bisa dihargai Rp 500 ribu per kilogram.

Reyhan membangun greenhouse Villa Duta Farm pada lahan seluas 400 meter persegi yang berada di belakang rumah kediamannya. Sayuran yang ditanamnya spesifik sayuran daun seperti aneka selada, sawi, kale, mizuna, baby pakcoy, rumput gandum dan sebagainya. Ada sekitar 10-15 jenis tanaman yang dia tanam. Terbaru, tanaman yang tengah dibudidayakan adalah edible flower, jenis bunga yang bisa dimakan.

“Bagi saya berkebun hidroponik itu tidak sulit. Yang penting  mau belajar, semua ilmu sudah tersedia di internet. Saya juga ikut pelatihan dan komunitas sehingga bisa mendapat ilmu langsung dari para petani sebelumnya. Selain itu, saya berinovasi dan menerapkan teknologi otomatisasi pada lahan pertanian ini,” ucapnya lagi.

Ya, sebelum menerapkan teknologi Reyhan mengaku pernah beberapa kali mengalami masalah. Bahkan, dia pernah mengalami gagal panen, akibat infrastruktur yang kurang tepat. Namun Reyhan tidak menyerah. “Saya terus mencari solusi karena pasti ada jalan keluar dari setiap masalah,” tegasnya.

Sejak tahun 2018, Reyhan mulai menerapkan teknologi otomatisasi berupa penggunaan microcontroller dan sensor untuk menjaga parameter yang diinginkan. Untuk sistem ini Reyhan mengaku berinvestasi hingga Rp 500 juta.

“Saya menerapkan sistem otomatis untuk mengurangsi intervensi manusia dalam perawatan. Sistem ini diterapkan untuk hal-hal yang bersifat manual dan terus menerus, seperti pengaturan suhu udara, kelembaban, debit air, PH air, dan konsentrasi pupuk. Sistem otomatisasi meminimalisir intervensi manusia dan mempermudah saya,” katanya sambil menunjukkan instalasi teknologi yang digunakan.

Dampak langsung yang dirasakan adalah penghematan biaya tenaga kerja hingga 15%-an. Ini terasa jika ada tenaga kerja yang lembur, yang merupakan salah satu pos biaya signifikan di dalam industri pertanian.

Selain sistem otomatisasi, greenhouse dilengkapi dengan growlight yang berfungsi untuk memenuhi intensitas cahaya di dalam greenhouse yang kurang saat cuaca mendung dan memperpanjang hari terang. Hal ini dilakukan untuk memaksimalkan hasil panen (yang bisa mencapai percepatan hingga 5%). Menurut Reyhan, growlight akan terasa sekali manfaatnya terutama di Bogor yang intensitas hujannya tinggi sekali pada saat musim penghujan.

Perubahan itu membawa dampak kemajuan dalam bisnisnya. Jika awalnya Reyhan hanya punya 500 titik lubang dengan hasil panen 50 Kg per bulan. Tetapi, kini dengan tingginya permintaan, Vila Duta Farm memliki 13.000 titik lubang dengan panen mencapai 1.300 Kg per bulan.

Ke depan, selain produk sayuran hidroponik, Reyhan Hadisaputra juga ingin mengembangkan bisnis pertanian dari hulu ke hilar (Foto: Stevy Widia/youngster.id)

Konsistensi dan Persistensi

Sebagai petani, menurut Reyhan dia juga mengalami masalah yang dialami semua petani, yakni kesulitan cari pasar yang tepat. “Petani bisa produksi, hasil produksi bagus, tapi di jual ke mana? Harganya berapa? Memproduksi sayur semua orang bisa. Dari situlah harus pintar cari celah. Di situ seninya, bagaimana kebun jangan kosong,” ungkapnya.

Untuk itu, Reyhan memutuskan produk Villa Duta Farm berada pada posisi niche market, yaitu produk premium. Pasar produk Villa Duta Farm ini mulai dari warga sekitar, restoran, supermarket hingga hotel berbintang.

“Saya pernah mengalami pemesanan yang kemudian dibatalkan sehingga akhirnya hasil panen harus dibuang. Semenjak itu saya jadi lebih berhati-hati dalam memilih pelanggan. Kalau sekali cacat, maka saya akan blacklist. Karena saya juga tidak pernah kekurangan pasar,” tegasnya.

Reyhan mengaku, dengan ilmu yang dia dapat sebelumnya tetap dapat diterapkan di bisnis pertanian. “Semua pelajaran ada ilmu yang bisa diambil. Ilmu yang saya dapatkan sebelumnya dapat diaplikasikan di kebun. Misalnya ilmu bisnis dapat saya terapkan untuk negosiasi harga, menghitung biaya, menentukan harga jual, dan menghitung modal kerja di kebun,” kata Reyhan sambil tersenyum.

Reyhan yakin dengan kualitas produknya. Apalagi kini permintaan dari luar negeri, seperti Singapura, mulai berdatangan. Menurut Reyhan, konsistensi, persistensi, dan reliabilitas adalah kunci untuk bisa dipercaya oleh pembeli luar negeri.

“Saat pertama kali kami membangun komunikasi ke pembeli di luar negeri, kemampuan petani Indonesia sangat diremehkan. Tetapi setelah kami undang mereka ke kebun ini mereka pun kaget bahwa di Indonesia ternyata punya kemampuan dan teknologi yang memenuhi persyaratan mereka,” ucapnya bangga.

Selain produk pertanian, Reyhan ingin mengembangkan bisnis dari hulu ke hilar. Untuk itu dia mulai memproduksi sendiri pipa untuk berhidroponik. “Pertanian itu sangatlah luas. Tidak hanya bicara produk, tetapi bisnisnya bisa mencakup peralatan, infrastruktur hingga produk akhir. Dan saya ingin mengembangkan itu, dari hulu hingga hilir. Sehingga petani jadi lebih mudah mengembangkan usaha terutama pertanian hidroponik,” katanya.

Di awal tahun ini, Reyhan bersama sang istri Venda tengah mengembangkan produk makanan dengan label Harmony. Produk ini berupa menu salad, jus dan cemilan yang berasal dari hasil kebun hidroponik mereka. “Produk makanan yang kami tawarkan benar-benar fresh karena baru diolah setelah dipesan,” ujar Venda.

Meski baru menawarkan lewat media sosial Instagram, namun permintaan akan produk Harmony sudah 50-100 porsi setiap hari. Melihat potensi ini, Reyhan dan Venda berencana akan membangun restoran dengan konsep menyajikan pertanian dan pengolahan secara langsung. “Kami ingin orang bisa melihat proses pertanian sekaligus pengolahannya yang bisa memberi nilai tambah. Dengan demikian pertanian jadi lebih menarik lagi, dan makin banyak anak-anak muda menghargai profesi sebagai petani,” pungkasnya.

===========================================

Reyhan Hadisaputra

==============================================

STEVY WIDIA

Exit mobile version