youngster.id - Potensi ekonomi ekosistem perempuan Indonesia yang mencapai US$59 miliar atau setara dengan Rp831,5 triliun. Untuk itu Social Bella yang dikenal dengan omnichannel retailer Sociolla, menjajal model bisnis baru guna memperluas jangkauan di luar pasar kecantikan dan perawatan diri dan fokus menggarap potensi bisnis ini.
President dan co-founder Social Bella Christopher Madiam mengatakan, sejak pertama kali didirikan, Social Bella turut berkontribusi mengubah lanskap industri kecantikan. Kini, Social Bella telah bertransformasi menjadi ekosistem lengkap dengan 4 pilar bisnis. Mulai dari aplikasi super di bidang kecantikan SoCo, media kecantikan dengan ayanan end-to-end O2O marketing Beauty Journal, Brand Development dengan layanan distributor produk kecantikan dan perawatan diri dari hulu ke hilir, serta Lilla, platform untuk ibu dan anak.
“Memperingati ulang tahun Social Bella di bulan Maret ini, kami ingin secara terbuka memperkenalkan model bisnis baru kami, yaitu SHEcosystem, yang akan membantu kami membangun dan menghubungkan beberapa ekosistem dari berbagai industri berbeda menjadi satu ekosistem yang terintegrasi,” kata Christopher dalam siaran pers, Selasa (29/3/2022).
Menurut Christopher, potensi SHEeconomy di Indonesia mendorong perusahaan untuk membangun dan menghubungkan beberapa ekosistem dari berbagai industri berbeda menjadi satu ekosistem yang terintegrasi.
“Dengan ekspansi ini, kami dapat melayani seluruh SHEconomy di Indonesia yang diperkirakan dapat mencapai US$59 miliar dengan proyeksi CAGR sebesar 9,4 %,” kata Christopher lagi.
Sementara CEO dan co-founder Social Bella John Rasjid menyebut, saat pandemi melanda pada awal 2020 dan berdampak pada bisnis dari berbagai industri, Social Bella justru dapat beradaptasi dengan dan melanjutkan rencana ekspansi. Tidak hanya melakukan pengembangan bisnis di Indonesia, Social Bella juga melakukan ekspansi ke Vietnam pada 2020.
Selain itu, pada 2021, Social Bella melakukan ekspansi gerai omnichannel yang pertumbuhannya mencapai 10 kali lipat sejak gerai pertama dibuka pada 2019. Saat ini Social Bella juga memiliki 24 gudang multifungsi yang tersebar di wilayah Indonesia sehingga dapat melayani lebih dari 55.000 titik penjualan untuk bisnis Brand Development.
“Ekspansi bisnis yang masif seperti ekspansi gerai omnichannel Sociolla dan peluncuran unit bisnis baru Lilla semasa pandemi mungkin terlihat cukup berani bagi sebagian pihak, tetapi setiap inisiatif yang kami lakukan selalu diperhitungkan dengan sangat cermat. Inilah cara kami menjalankan bisnis sejak hari pertama yang membawa kami ke titik hari ini, dan pandemi justru semakin membuktikan ketahanan model bisnis kami dalam jangka panjang,” ungkap John.
Sementara CMO dan Co-Founder Social Bella Chrisanti Indiana menyebut, selama pandemi, Sociolla berhasil memiliki lebih dari 150 brand yang tengah berkembang. Jumlah pengguna Sociolla meningkat lebih dari 2 kali lipat dibandingkan sebelum pandemi, secara signifikan lebih tinggi dari rata-rata (15 persen) peningkatan pengguna e-commerce di Indonesia pada tahun 2021.
“Teknologi dan ekosistem Social Bella dibangun agar kami dapat memahami pelanggan kami lebih dari mereka memahami diri mereka sendiri,” ujarnya.
Sociolla juga memperoleh peningkatan loyalitas pelanggan dengan lebih dari 40% retensi dalam 1 tahun, lonjakan lebih dari 23% di AOV, serta lebih dari 109% untuk jumlah pembelian harian jika dibandingkan dengan pra-pandemi.
Social Bella diluncurkan pada 2015, bisnis Social Bella berevolusi dari e-commerce kecantikan dan perawatan menjadi ekosistem kecantikan dan perawatan diri online dan offline. Perusahaan ini diperkirakan melayani kebutuhan sekitar 42 juta pengguna selama 2020.
STEVY WIDIA
Discussion about this post