Startup Astro Raih Kucuran Dana Segar Dari Amazon

Co-founders Astro

Para Co-Founders Astro (Foto: istimewa/youngster.id)

youngster.id - Startup quick commerce Indonesia Astro dikabarkan mendapat pendanaan segar dari Amazon dengan besaran US$ 51,9 juta atau Rp 851 miliar. Startup ini sebelumnya pada 2022 berhasil mengamankan pendanaan seri B sebesar US$ 60 juta dengan dukungan dari Accel, Peak XV, Tiger Global, AC Ventures, dan Lightspeed.

Investor sebelumnya yang turut berpartisipasi adalah AC Ventures, Global Founders Capital, Lightspeed, dan Sequoia Capital. Total, Astro meraih pendanaan lebih dari US$ 90 juta sejak berdiri pada September 2021

TechInAsia Selasa (16/9/2025) melansir, langkah investasi tersebut hadir sejalan dengan strategi Amazon meresmikan layanan quick commerce 10 menit “Amazon Now” di India, yang dimulai di Bengaluru pada Juni 2025 dan memperluas cakupan ke Delhi dan Mumbai per 11 September 2025.

Astro didirikan Vincent Tjendra, Jessica Stephanie Jap, Sherlyn Gautama, Wandi Budianto, serta Marcella Moniaga, pada tahun 2021. Mereka menawarkan layanan belanja kebutuhan harian dengan pengiriman cepat. Saat ini aplikasi Astro telah diunduh hampir satu juta kali dengan lebih dari 1.000 produk pilihan.

Pada laman resmi Astro menyatakan, mereka siap melayani pelanggan selama 24 jam dalam seminggu. Astro juga berkolaborasi dengan bisnis lokal dalam meluncurkan private label. Produk pertama yang diluncurkan adalah kopi dan roti, dengan beberapa kue manis untuk momen ramadan lalu.

Suntikan modal bagi startup Indonesia ini akan memberi ruang bagi Astro dalam memperkuat eksekusi operasional, mulai dari kepastian stok, optimasi rute, hingga waktu pengantaran di tengah kompetisi layanan kebutuhan harian yang makin ketat.

Keterlibatan Amazon di Astro dan peluncuran Amazon Now di India dinilai menunjukkan tesis konsisten atas pasar on-demand Asia, termasuk kombinasi permintaan harian tinggi, kepadatan urban, serta jaringan dark store yang efisien.

Saat ini Amazon Now ditopang oleh lebih dari 100 pusat pemenuhan mikro alias micro-fulfillment center, dengan volume pesanan naik sekitar 25% per bulan di dua kota pertama.

Meskipun penetrasi digital di sektor groceries Indonesia masih tergolong rendah, studi dari RedSeer dan Google bahkan memperkirakan, bahwa pasar e-groceries bisa tumbuh hingga US$6 miliar pada 2025.

 

STEVY WIDIA

Exit mobile version