Startup Otoklix Siapkan dan Latih SDM untuk Aftermarket EV Mendatang di Indonesia

Startup Otoklix

Startup Otoklix Siapkan dan Latih SDM untuk Aftermarket EV Mendatang di Indonesia (Foto: Istimewa)

youngster.id - Pabrikan kendaraan listrik (EV) Vietnam, VinFast, secara resmi memasuki Indonesia awal tahun ini, mendirikan dealer baru di pinggiran kota Jakarta, Depok, dan mengumumkan akan segera menginvestasikan US$1,2 miliar untuk membangun pabrik perakitan lokal dengan kapasitas 60.000 mobil per tahun.

Secara paralel, Kementerian Perindustrian memperbarui peta jalan transisi kendaraan listrik, yang kini bertujuan untuk memproduksi 600.000 mobil listrik di negara ini pada tahun 2025.

Rencana adopsi kendaraan listrik yang ambisius di Indonesia menggarisbawahi kebutuhan penting akan infrastruktur pengisian daya dan pertukaran baterai yang kuat secara nasional. Namun yang tidak kalah pentingnya adalah pengembangan sektor layanan purna jual dan perbaikan yang komprehensif untuk kendaraan kelas baru.

Baru-baru ini, startup layanan purnajual dan perbaikan otomotif lokal Otoklix—yang didukung oleh AC Ventures–mengumumkan bahwa mereka telah menandatangani kesepakatan dengan VinFast untuk menjadi penyedia layanan resmi merek tersebut bagi pelanggan di seluruh negeri.

Sejak didirikan pada tahun 2019, Otoklix berkonsentrasi mendukung bengkel independen yang melayani kendaraan bertenaga gas. Pada kuartal ketiga tahun 2023, perusahaan melaporkan peningkatan pendapatan utama sebesar dua kali lipat dari tahun ke tahun, disertai dengan peningkatan signifikan dalam unit ekonomi, dengan profitabilitas yang sudah di depan mata.

Memperluas jangkauannya, Otoklix tidak hanya memberdayakan jutaan bengkel tetapi juga mengoperasikan toko khasnya di kota-kota besar di Indonesia. Saat ini, kemitraan dengan VinFast terbatas pada gerai milik tersebut.

Co-founder dan CEO Otoklix Martin Reyhan Suryohusodo menjelaskan bahwa Otoklix harus berkembang untuk melayani kendaraan listrik secara efektif dan konsisten. Pelatihan dan pendidikan bagi staf Otoklix menjadi hal yang sangat penting. Perusahaan telah meluncurkan akademi yang didedikasikan untuk melatih mekanik tentang seluk-beluk servis kendaraan listrik. Inisiatif ini menjawab kebutuhan mendesak akan tenaga kerja yang terampil dalam persyaratan khusus kendaraan listrik, dengan fokus pada keselamatan dan kemahiran teknis.

“Di akademi, kami mengajarkan bahwa servis kendaraan listrik bukan hanya tentang aspek mekanisnya—seperti rem atau ban, yang mirip dengan mobil bertenaga gas—tetapi yang terpenting adalah tentang perangkat lunak dan komponen kelistrikannya, terutama baterai,” kata Martin, dikutip Senin (1/7/2024).

Menurut Martin, Indonesia adalah salah satu dari sedikit negara di mana pemerintahnya secara aktif mendukung kendaraan listrik, sebuah komitmen yang diperkirakan akan terus berlanjut di bawah kepemimpinan presiden mendatang. Investasi pemerintah berfokus pada elemen infrastruktur penting seperti perluasan jaringan stasiun pengisian daya dan meningkatkan pilihan pembiayaan.

Investor global harus memikirkan masa depan pengisian daya versus pertukaran baterai di Indonesia. Stasiun penukaran baterai memerlukan investasi modal yang besar dalam infrastruktur. Saat ini, NIO di Tiongkok adalah contoh penting dimana investasi besar telah dilakukan pada teknologi ini. Tesla awalnya mempertimbangkan pendekatan ini tetapi mengabaikannya karena tingginya biaya.

“Masalah penting bagi investor global yang tertarik dengan pasar kendaraan listrik di Indonesia adalah kejelasan peraturan mengenai penjualan listrik komersial. Saat ini, seluruh penjualan listrik komersial harus melalui PLN, perusahaan listrik negara di Indonesia, yang dapat menjadi tantangan bagi penyedia stasiun pengisian pihak ketiga mana pun,” jelas Martin.

Seiring berkembangnya teknologi kendaraan, layanan khusus, terutama yang berkaitan dengan pemeliharaan baterai dan manajemen perangkat lunak, akan semakin dibutuhkan.

“Investasi proaktif Otoklix saat ini dalam bidang pelatihan dan infrastruktur bertujuan untuk memposisikan perusahaan di garis depan era baru,” tambvahnya.

Martin memperkirakan, selama sepuluh tahun ke depan, seiring dengan berkembangnya pasar kendaraan listrik, akan melihat peningkatan permintaan suku cadang mobil yang kualitasnya sama bagusnya dengan suku cadang asli namun lebih terjangkau. Ini mencakup komponen mekanis dan komponen baterai, seperti sel individual, tetapi tidak seluruh baterai.

“Kami berencana bermitra dengan perusahaan yang membuat suku cadang ini alih-alih membuatnya sendiri. Hal ini akan memungkinkan kami untuk memasok komponen ke bengkel independen, menawarkan pilihan yang lebih terjangkau dan kompetitif kepada pemilik kendaraan listrik, lebih dari sekadar suku cadang asli,” ucap Martin.

Menurutnya, penting juga untuk menyadari bahwa kendaraan bertenaga gas, termasuk kendaraan hibrida dan kendaraan bertenaga hidrogen yang sedang berkembang seperti yang diinvestasikan oleh Toyota, akan terus hidup berdampingan. Tidak realistis memperkirakan pangsa pasar 100% untuk kendaraan listrik. Selain itu, pertumbuhan pasar kendaraan listrik sangat bergantung pada investasi berkelanjutan di bidang infrastruktur.

“Ini adalah situasi klasik yang tidak bisa dielakkan: penjualan kendaraan listrik tidak dapat melampaui pembangunan infrastruktur pendukung, termasuk opsi pembiayaan dan pasar sekunder yang kuat, yang sangat penting untuk mendukung transisi,” tutup Martin.

 

STEVY WIDIA

Exit mobile version