youngster.id - Startup pengelolaan limbah kemasan bisnis-ke-bisnis (B2B) Sirsak mengumumkan telah meraih pendanaan pra-awal sebesar US$600.000 atau sekitar Rp9,7 miliar. Pendanaan ini dipimpin oleh Openspace Ventures, dengan partisipasi dari The Radical Fund.
Angeline Callista, CEO sekaligus Co-founder Sirsak mengatakan, dana yang diperoleh akan digunakan untuk memperluas teknologi unggulan, Program Pemulihan Kemasan (PRP), dan mempercepat pengumpulan serta daur ulang limbah kemasan di seluruh Indonesia.
Selain itu, pendanaan ini akan mendukung pengembangan sistem ketertelusuran yang ditingkatkan oleh Sirsak, penelitian dan pengembangan untuk kemasan bernilai rendah, serta perluasan jaringan mitra daur ulangnya.
Menurutnya, krisis sampah kemasan di Indonesia menuntut solusi inovatif yang melengkapi, alih-alih mengganggu rantai nilai yang ada.
“Platform PRP kami memformalkan ekosistem sampah dengan memberikan insentif finansial dan non-finansial kepada berbagai pemangku kepentingan, termasuk para pemulung, sekaligus membantu merek memenuhi mandat Tanggung Jawab Produsen yang Diperluas (EPR) dengan dokumentasi yang transparan dan dapat diaudit,” kata Angelina, seperti dilansir TN Global, Rabu (9/7/2025).
Sirsak menargetkan bisa mengelola hingga 4.000 ton limbah dan membuka hingga 1.000 titik pengumpulan dalam beberapa bulan mendatang.
Didirikan pada tahun 2023, Sirsak menjawab tantangan krusial kepatuhan EPR dalam ekosistem pengelolaan sampah Indonesia yang terfragmentasi. Tercatat bahwa Indonesia menghasilkan lebih dari 60 juta ton sampah setiap tahunnya, dengan 30-40% di antaranya merupakan sampah kemasan.
Solusi berbasis teknologi perusahaan ini menyediakan ketertelusuran menyeluruh untuk sampah kemasan pascakonsumen sekaligus menghubungkan merek dengan pemulung, agregator, dan pendaur ulang.
Meskipun jumlah startup pengelolaan sampah terus meningkat di Indonesia, Sirsak menawarkan pendekatan unik yang berbeda, memanfaatkan sumber daya manusia Indonesia yang luas, bekerja sama dengan pengumpul sampah tradisional alih-alih bersaing dengan mereka.
Platform ini bertujuan untuk mendistribusikan jaminan sosial kepada 50.000 pekerja di sektor persampahan, dan memberikan penghasilan tambahan kepada agregator dan pendaur ulang dengan memberikan nilai tambah pada sampah yang sebelumnya tidak bernilai dan memberi insentif kepada mereka untuk digitalisasi, sehingga menciptakan model ekonomi sirkular yang lebih adil dan berkelanjutan.
“Sirsak memiliki posisi unik untuk menjembatani kesenjangan antara merek barang konsumsi yang bergerak cepat (FMCG) dan sektor limbah informal Indonesia. Pendekatan lokal mereka menangani kepatuhan regulasi dan inklusi sosial ekonomi, menjadikan mereka pendorong utama transisi Indonesia menuju praktik ekonomi sirkular,” kata Alina Truhina, Mitra Pengelola The Radical Fund. (*AMBS)