Suhartono : Mengolah Mangrove Jadi Produk Cemilan Khas

Suhartono, Founder & CEO Dodol Salman dan Peyek Tono (Foto: Fahrul Anwar/youngster.id)

youngster.id - Sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) disebut-sebut sebagai tulang punggung yang menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia. Karena itu pemerintah terus mendukung dan mendorong agar produk UMKM semakin berkualitas bahkan dapat masuk ke pasar global.

Sebagai orang Indonesia tentu pemandangan dan aktivitas kita sehari-hari tak lepas dari berbagai layanan dan barang hasil kreasi pelaku UMKM. Dimulai dengan aktivitas pagi hari ketika sarapan kita mencari bubur atau kue-kue makanan ringan yang dijual UMKM, membeli kebutuhan pokok di warung dekat rumah, sampai menitipkan anak di playgroup terdekat yang juga adalah UMKM.

Data terbaru menyebutkan jumlah pelaku UKM di Indonesia sudah mencapai 62 juta dengan berbagai spesialisasi usaha. UMKM memiliki pangsa sekitar 99,99% (62.9 juta unit) dari total keseluruhan pelaku usaha di Indonesia (2017). Dan UMKM juga menyerap sekitar 97% tenaga kerja nasional.

Secara gabungan, skala kegiatan ekonomi UMKM memberikan kontribusi sekitar 60% terhadap total Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Pada 2017 lalu PDB Indonesia sekitar Rp13600 trilyun. Dengan demikian, artinya total pendapatan UMKM adalah sekitar Rp8160 trilyun. Usaha Mikro menyumbang sekitar Rp5000 trilyun per tahun, Usaha Kecil Rp1300 trilyun, Usaha Menengah sekitar Rp1800 trilyun; dan Usaha Besar sekitar Rp5400 trilyun.

Dari berbagai sektor usaha, sektor industri pengolahan yang meliputi berbagai kegiatan produksi yang mengubah bentuk bahan baku/mentah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi yang siap digunakan atau dikonsumsi termasuk yang terbesar. Sektor ini umumnya memanfaatkan kekayaan alam yang tersedia di daerahnya. Seperti yang dilakukan oleh Suhartono, pemuda asal Kampung Gaga, Desa Pantai Sederhana, Muara Gembong, Bekasi Jawa Barat, yang membangun usaha kudapan, yakni Dodol Salman dan Peyek Udang sejak tahun 2017.

 “Sesungguhnya kudapan dari buah mangrove sudah saya kenal sejak kecil. Tetapi saya baru serius menekuninya sejak tahun 2017. Saya ingin jadi wirausahawan agar dapat membuka lapangan pekerjaan dan mengangkat kehidupan perekonomian warga di kampung saya,” ucap Suhartono, Founder & CEO Dodol Salman saat ditemui di acara Skilled Youth City Indonesia di hotel Le Maridien Jakarta belum lama ini.

Sejak awal Suhartono memang telah memutuskan untuk menjadi pengusaha. Menurut dia, profesi ini merupakan salah satu solusi bagi masalah kemiskinan di masyarakat. “Dengan hadirnya pengusaha-pengusaha baru maka akan semakin terbukanya lapangan pekerjaan,” ujarnya.

Pria yang akrab disapa Tono ini membuat penganan yang terbilang unik, yaitu dodol dari buah Mangrove. Kini produk ini menjadi salah satu unggulan bagi kawasan ekowisata di kawasan pesisir Bekasi, Jawa Barat.

Olahan Mangrove

Sebagai desa yang berada di kawasan pesisir Muara Gembong Bekasi, warga sudah terbiasa memanfaatkan pohon mangrove atau bakau yang banyak terdapat di sekitar desa. Selama ini, hutan bakau dikenal merupakan penghalang gempuran ombak, juga dapat mengurangi dampak kerusakan yang ditimbulkan jika terjadi tsunami. Namun sesungguhnya banyak manfaat lain dari pohon ini.

“Pohon mangrove ini memiliki banyak manfaat. Misalnya daunnya bisa untuk menobati demam, seperti halnya daun baluntas. Bahkan ada jenis tertentu bisa dibuat menjadi sirup yang menyegarkan badan,” ungkap Tono.

Tono kemudian memilih untuk mengolah buah mangrove. Karena rasa buah mangrove yang sepat dan asam membuat masyarakat menganggap buah tersebut tidak bermanfaat sehingga dibiarkan begitu saja. “Ternyata buah manggrove memiliki banyak vitamin sehingga mulai dari hal tersebut saya terus berinovasi untuk mengolah manggrove menjadi cemilan yang ekonomis, yaitu dodol,” ucapnya.

Hasil penelitian dari IPB didapatkan kandungan energi buah bakau ini adalah 371 kalori per 100 gram. Nilai ini lebih tinggi dari kandungan energi beras (360 kalori per 100 gram), dan jagung (307 kalori per 100 gram). Sedangkan kandungan karbohidrat buah bakau sebesar 85.1 gram per 100 gram. Nilai ini lebih tinggi dari beras (78.9 gram per 100 gram) dan jagung (63.6 gram per 100 gram). Jadi buah Mangrove bagus banget buat kamu yang menjalani program diet karna bisa bikin kenyang lebih lama.

Menurut Tono, dalam mengolah buah Mangrove sebetulnya gampang-gampang susah. Karena mangrove itu banyak jenisnya, dan untuk mendapatkannya harus masuk ke dalam hutan mangrove di sekitar rawa dan sungai. Buah yang dipilih adalah Buah Pidada (Sonneratia Caseolaris) yang rasa dan aromanya khas untuk dodol, selai, dan sirup.

“Tumbuhan ini tumbuh secara liar. Jadi untuk mendapatkannya harus mencari ke dalam hutan mangrove. Namanya di rawa dan di kali, sehingga harus hati-hati saat mencari bahan bakunya. Saya sering bertemu dengan ular dan hewan buas yang lainnya. Jadi harus hati-hati,” kisahnya sambil tersenyum.

Kendala lain adalah cuaca. Karena jika musim penghujan maka banjir melanda desa, sehingga produksi pun terpaksa terhenti. Untunglah sejauh ini, produksi tetap bisa memenuhi permintaan pasar. Justru, saat ini yang menjadi tantangan Tono adalah cara memasarkannya.

Tono sadar bahwa butuh bekal ilmu kewirausahaan untuk dapat mengembangkan bisninya. Dan Dia beruntung terpilih untuk mengikuti program Skilled Youth 2019 yang digagas oleh City Indonesia. Dia pun berlajar mengenai pengemasan, brand, hingga pemasaran.

“Saya mendapatkan banyak ilmu, termasuk bagaimana cara mengemas produk supaya terlihat menarik di mata konsumen. Saya juga mendapat ilmu pemasaran untuk bisa membawa produk hasil produksi saya dan warga kampung bisa mendapat pasar yang lebih luas. Dan, walaupun kampung saya berada di kawasan pelosok bisa dikenal banyak orang,” ucapnya.

Ke depan, Suhartono berharap, selain usahanya terus berkembang, daerahnya ikut berkembang, dan banyak anak muda di daerahnya yang mengikuti jejaknya sebagai wirausahawan Foto: Fahrul Anwar/youngster.id)

Jadi Oleh-Oleh

Alhasil, kini Tono telah mengembangkan produk lain yang tetap memanfaatkan bahan baku yang tersedia di sekitar desa. Hasilnya, selain dodol Salman, Tono pun memproduksi peyek udang, sirup pidada, kerupuk brayo, kerupuk daun bluntas, cemang (cemilan mangrove), stik bluntas dan banyak produk lainnya. Semua dijual dengan  harga yang sangat terjangkau, mulai dari Rp 10 ribu hingga Rp 35 ribu per pack. “Dari semua produk yang saya jual, saya bisa meraih omset sekitar Rp 2 juta,” ujarnya.

Produk dengan label Dodol Salman ini kini telah dipasarkan, baik secara langsung mapun lewat jejaring online di media sosial. Bahkan, berkat aneka produk oleh-oleh ini Suhartono dapat memperkenalkan desanya sebagai salah satu ekowisata di wilayah pesisir Bekasi.

“Ke depan harapannya, lebih banyak pemesanan, dan produk saya bisa dikenal lebih luas lagi sama masyarakat di luar Muara Gembong aja. Penginnya, produk-produk ini bisa dilihat dan dipasarkan di tempat-tempat jual oleh-oleh biar khas Muara Gembong bisa dikenal. Biar produk kami juga semakin laris,” ujarnya berharap.

Sebagai pengusaha, Tono tak berpuas diri. Dia juga mengerahkan segala kemampuan agar produk miliknya dapat dilirik masyarakat. Mulai dari memanfaatkan pemasaran melalui sosial media hingga gerilya ke pameran. Bahkan, anak ketiga dari lima bersaudara ini tak segan berkeliling ke kampung-kampung lain untuk memasarkan produknya.

“Kalau lagi ada pameran dan dapat yang seperti ini emang enak yak. Cuma kalau pesanan lagi sepi, saya juga masih berjualan keliling kampung sampai ke sekolah-sekolah, dan bahkan keluar wilayah Muara Gembong,” cerita Tono.

Tono tak mau menjadi wirausahawan sendirian. Ia juga mengajak para pemuda di daerahnya untuk turut menjadi wirausahawan. “Saya juga terus mengajak pemuda-pemudi di Muara Gembong untuk bisa terampil dan tergerak terjun ke dunia kewirausahaan. Dengan mengkuti program Skilled Youth dari City Indonesia ini, saya lebih percaya diri mengajak anak-anak muda di Muara Gembong untuk mau mendirikan usaha, sehingga kampung kami bisa dikenal sebagai kampung UKM,” pungkasnya.

===========================

Suhartono

======================

FAHRUL ANWAR
Editor : Stevy Widia

Exit mobile version