Tahun 2021, Kinerja QRIS Sangat Ciamik

masa depan fintech

Masa Depan Fintech di Indonesia: Mendorong Inklusi dan Literasi Keuangan (Foto: Stevy Widia/youngster.id)

youngster.id - Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi besar untuk menyerap arus digitalisasi. Dengan populasi penduduk terbesar keempat di dunia dengan struktur demografis yang didominasi  generasi Y dan Z, Indonesia memiliki segmen konsumen paling prospektif untuk menyerap gelombang digitalisasi.

Betapa tidak, sebanyak 70,71% dari total penduduk Indonesia yang mencapai 272 juta, berusia antara 15-64 tahun.

Dikutip dari Antara, ekonomi digital Indonesia pada 2021 diproyeksikan mencapai US$ 70 miliar atau meningkat signifikan dibandingkan 2020 dan 2019 yang masing-masing US$ 47 miliar dan US$ 40 miliar. Sedangkan, pada 2025 ekonomi digital akan melesat menjadi US$ 146 miliar.

Besarnya potensi ekonomi digital membuat Bank Indonesia mau tak mau harus bekerja keras mengakselerasi digitalisasi pembayaran. Terutama inisiatif sistem pembayaran ritel yang bersinggungan langsung dengan masyarakat.

Inisiatif tersebut akan dicapai melalui pengembangan infrastruktur yang mendukung ketersediaan layanan pembayaran secara real time, seamless, tersedia 24 jam dan 7 hari (24/7) dengan tingkat keamanan dan efisiensi yang tinggi secara end to end.

Harapannya, bisa memberikan layanan pembayaran yang lebih cepat, mudah, murah, dan aman untuk semua orang. Key deliverables pada inisiatif ini salah satunya adalah pengembangan QRIS (Quick Response Indonesian Standart).

QRIS merupakan upaya standardisasi oleh Bank Indonesia untuk semua perusahaan yang memanfaatkan teknologi finansial (fintech) seperti GoPay, OVO, DANA, LinkAja, dan sebagainya.

QRIS menyatukan berbagai macam QR code dari beragam Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran (PJSP). Hal itu membuat transaksi digital menggunakan QR code menjadi lebih cepat, aman, dan tentunya mudah. Oleh karena itu, setiap penyedia PJSP berbasis QR code baik lokal maupun asing wajib menggunakan QRIS.

QRIS pertama kali diluncurkan Bank Indonesia pada 17 Agustus 2019 sebagai metode pembayaran melalui aplikasi uang elektronik server based, dompet elektronik, atau mobile banking. QRIS mulai diimplementasikan secara nasional pada 1 Januari 2020.

Rupanya, dalam perkembangannya, penggunaan QRIS ini terus bertumbuh. Bahkan, di tahun 2021 kinerjanya sangat ciamik, jumlah penggunanya meningkat dua kali lipat.

Menurut Retno Ponco Windarti, Kepala Grup Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia, sepanjang 2020, volume transaksi QRIS mencapai 15 juta transaksi dengan nominal sebesar Rp 1,11 triliun. Jumlah merchant yang terdaftar sebagai pengguna QRIS mencapai 6,55 juta merchant.

Pada 2021, seiring dengan upaya Bank Indonesia menggenjot penggunaan QRIS, penggunanya per November 2021 melonjak mencapai 13 juta merchant dan melebihi target awal. “Akseptasi QRIS terus tumbuh positif. Bahkan, perluasan eksosistem QRIS telah melampui target. Tahun 2021 target kita mengakuisisi 12 juta merchant, di November sudah sampai 13 juta pengguna,” kata Retno.

Sementara itu, Deputi Gubernur BI Sugeng mengatakan bahwa sejak awal 2021 hingga awal Desember 2021 atau year to date, volume transaksi melalui QRIS mencapai 316 juta transaksi dengan nilai sebesar Rp 23 triliun.

Tak mau berpuas diri pada QRIS skala nasional, BI juga menargetkan QRIS skala internasional atau yang disebut QRIS Antarnegara. Pada Agustus 2021, Bank Indonesia telah meluncurkan pilot project QR cross border yang bekerja sama dengan Bank of Thailand (BOT).

Dengan peluncuran tersebut, wisatawan baik yang berasal dari Indonesia maupun Thailand bisa langsung melakukan pemindaian terhadap QR code yang ada untuk melakukan pembayaran. Selanjutnya, Bank Indonesia juga akan memperluas penggunaan QRIS ke Singapura, Malaysia, Filipina, dan Timur Tengah.

 

STEVY WIDIA

Exit mobile version