youngster.id - Topik keamanan siber memang menjadi salah satu perhatian besar Indonesia. Pada tahun 2020 saja, Indonesia berhasil menempati peringkat 24 pada Global Security Index (GCI). Hal ini menjadikan Indonesia sebagai kelompok negara dengan komitmen keamanan siber tinggi. Di tingkat regional, Indonesia menempati peringkat 16 untuk Asia Pasifik dan peringkat 3 di ASEAN, setelah Singapura dan Malaysia.
Hal ini mendorong Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FHUI), Microsoft Indonesia, dan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) untuk membentuk Akademi Ketangguhan Digital dan Keamanan Siber. Ini adalah sebuah program untuk menyiapkan talenta digital keamanan siber di masing-masing institusi dan organisasi.
“Selaras dengan capacity building pada GCI, maka bidang keamanan siber memerlukan SDM nasional dengan kapabilitas yang sesuai dengan perkembangan teknologi maupun ancaman siber yang ada. Peningkatan kapabilitas SDM merupakan suatu kebutuhan yang mutlak perlu menjadi perhatian nasional,” ungkap Mohammad Iqro, Direktur Kebijakan Sumber Daya Manusia Keamanan Siber dan Sandi BSSN dalam keterangan pers, Kamis (1/12/2022).
Akademi Ketangguhan Digital dan Keamanan Siber ini diharapkan dapat semakin membukakan jalan bagi lebih banyaknya profesi keamanan siber di Indonesia, dimulai dari lembaga negara. Program ini dirancang bagi aparatur sipil negara (ASN) dari total 20 lebih kementerian dan BUMN.
Tingkat kejahatan siber saat ini memang meningkat pesat, dengan teknik serta jenis serangan yang juga semakin bervariasi. Para pelakunya menjadikan kejahatan ini sebagai bisnis atau sumber ekonomi baru yang merugikan individu, organisasi, serta negara.
Pada 1 Juli 2021-30 Juni 2022 saja, Microsoft memblokir setidaknya 37 miliar email ancaman dan 34,7 miliar identitas ancaman. Itulah sebabnya, sejumlah materi pelatihan yang akan didapatkan melalui Akademi Keaman Siber antara lain berfokus pada keamanan siber dan e-government, forensik digital dan insiden siber, manajemen insiden siber, perlindungan data dan cross border data flow, serta cloud procurement.
Direktur Corporate Affairs Microsoft Indonesia Ajar Edi mengatakan, keberadaan in-house talents yang memiliki kemampuan di bidang keamanan siber menjadi krusial. Talenta-talenta ini dapat menempati berbagai macam posisi. Mulai dari peran kepemimpinan, arsitektur, hingga posture dan compliance.
“Organisasi saat ini membutuhkan model keamanan baru yang dapat beradaptasi secara lebih efektif dengan kompleksitas lingkungan modern, menyambut model kerja hybrid, dan melindungi orang, perangkat, aplikasi, serta data di mana pun mereka berada,” ucapnya.
Selain dari sisi talenta, adopsi dan akselerasi penggunaan teknologi cloud di Indonesia juga dilihat sebagai aspek lain yang tidak kalah penting untuk membantu mencegah serta mengelola serangan siber.
Dekan Fakultas Hukum Universitas Indonesia Edmon Makarim menyampaikan, akademi ini merupakan wadah triple helix untuk saling berkolaborasi dalam hal pendidikan, penelitian, serta pengabdian kepada masyarakat. Harapannya, kolaborasi tersebut dapat meningkatkan kualitas ekosistem digital Indonesia. Sehingga, setiap penyelenggaraan sistem elektronik di Indonesia dapat beroperasi secara aman, andal, dan bertanggungjawab.
“Pemrosesan serta proteksi data merupakan tanggung jawab seluruh individu, organisasi, dan negara, sehingga semua harus saling bahu membahu, membangun ketahanan digital dan siber yang kuat bagi Indonesia,” pungkasnya.
STEVY WIDIA
Discussion about this post