youngster.id - APAC Sustainability Seed Fund 2.0, yang didirikan oleh Asian Venture Philanthropy Network (AVPN) dan didukung oleh Google.org (lembaga filantropi Google) dan Asian Development Bank memilih tiga organisasi lokal untuk mendapatkan dana hibah sebesar US$650 ribu. Organisasi ini dipilih karena menawarkan solusi untuk mengatasi perubahan iklim.
“Kawasan Asia-Pasifik sangat rentan terhadap dampak bencana perubahan iklim. Untungnya, ada banyak organisasi, investor sosial, dan peneliti yang berkolaborasi memanfaatkan teknologi seperti AI untuk mengembangkan solusi inovatif,” jelas Andrew Ure, Managing Director, Government Affairs and Public Policy, Southeast Asia, Google pada Jumat (30/8/2024).
Organisasi yang dimaksud adalah Gringgo Indonesia Foundation dan Perkumpulan Jaringan Pantau Gambut yang memanfaatkan teknologi AI untuk menghadirkan platform yang solutif dan efektif.
Gringgo Indonesia Foundation menyebarkan unit pengolahan limbah inovatif dan mengoptimalkan pengumpulan limbah untuk mengurangi ketergantungan pada Tempat Pembuangan Akhir dan polusi lingkungan. Hal ini akan menghasilkan produk sampingan yang berharga dan memberdayakan masyarakat melalui pendidikan dan penciptaan lapangan kerja.
“Program ini diharapkan bisa menjadi solusi berkepanjangan untuk memperbaiki sistem persampahan dan mengembangkan solusi energi alternatif yang bisa bagi industri kecil dan menengah untuk pengurangan polusi dan limbah di Indonesia,” terang Febriadi Pratama, ketua yayasan.
Sedangkan Pantau Gambut bertujuan untuk merevolusi pemantauan gambut dan pencegahan kebakaran hutan dan lahan di Indonesia dengan menghadirkan visualisasi data yang canggih dan alat berbasis AI. Inovasi ini diharapkan akan mengurangi frekuensi dan keparahan kebakaran gambut yang tidak terkendali, juga membantu melindungi ekosistem gambut yang vital.
“Pendanaan ini membuka peluang baru bagi Pantau Gambut dalam upaya penyelamatan gambut di Indonesia. Tujuan kami adalah membuat aksesibilitas data menjadi lebih terbuka kepada komunitas lokal, pembuat kebijakan, dan pemangku kepentingan kunci,” ujar Iola Abas, Koordinator Nasional.
Organisasi ketiga yang dipilih adalah YAKKUM Emergency Unit (YEU) yang menciptakan model kemitraan kolaboratif dimana sistem irigasi air yang dipimpin secara lokal akan menggunakan teknologi kabut pintar untuk meningkatkan akses terhadap sumber daya air secara lebih efisien. Hal ini bisa menghemat waktu dan upaya petani dalam mengairi lahan pertanian serta meningkatkan ketahanan komunitas selama kekeringan.
STEVY WIDIA