youngster.id - Pembayaran digital semakin populer di Indonesia, terutama di masa pandemi ini. Startup payment gateway, Xendit, mencatat tren pertubuhan transaski pembayaran via e-wallet dan direct debit, sementara berkurangnya pemakian kartu kredit atau debit.
Dalam laporan Xendit bertajuk “Tren Pembayaran Digital di Tengah Pandemi” yang diterima Merdeka.com, transaski menggunakan e-wallet meningkat signifikan selama lima tahun terakhir, yang diakselerasi di masa pandemi ini.
“Pada 2020, pemakaian e-wallet untuk pembayaran tumbuh menjadi 50 persen, dari 9 persen pada tahun sebelumnya,” tulis laporan tersebut.
Perlu diketahui, data ini diolah berdasarkan transaksi yang difasilitasi Xendit periode Januari 2019-Desember 2020.
Metode pembayaran digital kedua terpopuler adalah virtual account dengan 29 %. Disusul kartu kredit/debit 9 persen, direct debit 5%, dan outlet ritel 7%.
Namun, terjadi penurunan yang cukup tajam dari penggunaan kartu kredit/debit. Bila pada 2019, ada 41% konsumen yang menggunakan metode kartu kredit/debit, maka pada 2020 jumlahnya tinggal 9%.
Menariknya, penggunaan e-wallet dominan untuk pembayaran atau transaksi senilai kurang dari Rp 100.000. Misalnya banyak digunakan untuk pembayaran kopi atau minuman.
“Konsumen Indonesia masih andalkan virtual account untuk rata-rata nilai transaksi Rp 1,8 juta. Sementara layanan kredit tanpa kartu untuk transaksi bernilai besar seperti Rp 700 ribu, seperti untuk belanja smartphone,” tulis laporan tersebut.
Sebesar 50% konsumen masih mengandalkan pembayaran via outlet ritel seperti Alfamart dan Indomaret untuk pembayaran di atas Rp 500 ribu.
Metode pembayaran baru yakni direct debit, mengalami kenaikan. Sebab dengan direct debit, merchant dapat memangkas dana langsung dari rekening bank konsumen tanpa one-time password (OTP).
Sejak Juni tahun lalu, Xendit mencatat pertumbuhan 100% secara kuartalan dari total nilai transkasi yang diproses pada kuartal IV 2020 dengan direct debit BRI di Indonesia.
STEVY WIDIA
Discussion about this post