youngster.id - Tim mahasiswa Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin membuat inovasi untuk mesin absensi sidik jari. Mesin bernama Self-Powered Fingerprint Attendance (SPRITE) tidak mampu mendayai sistem sendiri tanpa listrik.
Absensi sidik jari masih menggunakan sumber energi dari listrik sehingga tidak dapat beroperasi saat listrik padam, maupun dari baterai yang dapat menghasilkan limbah baterai. Disamping itu, ukuran yang masih cukup besar juga menjadi kendala.
Untuk itu, SPRITE hadir sebagi inovasi mesin absensi sidik jari dengan memanfaatkan teknologi Self-Powered Dynamic System. Sehingga alat ini mampu mengkonversi energi kinetik berlebih menjadi energi yang digunakan untuk mendayai sistem itu sendiri. SPRITE mampu beroperasi tanpa membutuhkan suplai listrik dari luar.
“Kami mendesain alat ini sedemikian rupa hingga nyaman digunakan dan bersifat portable. Alat ini bekerja ketika ibu jari diletakkan pada Fingerprint Sensor dan keempat jari lainnya menekan tuas yang akan memutar gearbox. Energi dari kepalan tangan dikonversi menjadi energi kinetik rotasi dan akan memutar generator DC guna menghasilkan energi listrik. Kami juga melengkapi alat ini dengan sistem GUI sebagai media untuk meningkatkan experience pengguna,” ungkap Evelyn Rerung ketua tim yang dilansir Antara.
Tim ini beranggotakan Gabriel Samuel, Arson Marianus, Muhammad Fahryl dan Josafat Arta Bryan. ITEX merupakan kegiatan pameran penemuan dan inovasi teknologi level internasional yang dilaksanakan di Malaysia, berlangsung pada 20-21 November. Tahun ini, mengingat situasi pandemi Covid-19, maka perlombaan dilaksanakan secara virtual.
“Kami mempersiapkan mulai pengambilan keputusan, persiapan riset teknologi, dan hal-hal lainnya. Untuk saya pribadi, tantangan menjadi ketua tim yaitu bagaimana belajar berkomunikasi dan menentukan keputusan dengan baik,” kata Evelyn.
Inovasi SPRITE ini muncul dari obeservasi yang telah dilakukan terhadap absensi sidik jari yang ada saat ini. Absensi sidik jari masih menggunakan sumber energi dari listrik sehingga tidak dapat beroperasi saat listrik padam, maupun dari baterai yang dapat menghasilkan limbah baterai. Disamping itu, ukuran yang masih cukup besar juga menjadi kendala.
“Kami mendesain alat ini sedemikian rupa hingga nyaman digunakan dan bersifat portable. Alat ini bekerja ketika ibu jari diletakkan pada Fingerprint Sensor dan keempat jari lainnya menekan tuas yang akan memutar gearbox. Energi dari kepalan tangan dikonversi menjadi energi kinetik rotasi dan akan memutar generator DC guna menghasilkan energi listrik. Kami juga melengkapi alat ini dengan sistem GUI sebagai media untuk meningkatkan experience pengguna,” papar Evelyn.
Berkat inovasi Tim Unhas ini berhasil meraih silver medal (medali perunggu) pada ajang International Invention, Inovation & Technology Exhibition (ITEX) 2020. Selanjutnya SPRITE diharapkan dapat menjadi generasi baru dari absensi sidik jari dan digunakan secara komersil.
STEVY WIDIA
Discussion about this post