youngster.id - Berkat menyulap ekstrak kulit mangga menjadi agen inhibitor korosi logam SS-304 yang ramah lingkungan, lima mahasiswa Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Analitika Data, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) meraih medali emas dalam kompetisi Korea International Women’s Invention Exposition (KIWIE).
Tim ini terdiri dari Tiara Mahendra Kurniawati, Ulfa Miki Fitriana, Hafildatur Rosyidah, Ahnaf, dan Mohamad Ikbal Pangestu. Mereka tergabung dalam sebuah tim yang bernama Platinum. KIWIE sendiri merupakan kegiatan expo tahunan bertaraf profesionalitas dan internasional yang diikuti oleh 17 negara dan rutin diadakan setiap tahunnya oleh Korea Women Inventors Association (KWIA) yang bertempat di Kintex-ro, Ilsanseo-gu, Goyang-si, Gyeonggi-do, Korea Selatan.
Salah satu anggota tim, Tiara Mahendra Kurniawati atau yang akrab disapa Mahen mengatakan, inhibitor logam yang sering berada di pasaran biasa dipakai dengan menggunakan metode elektroplating. Ini merupakan metode untuk menghambat korosi logam dengan cara melapiskan logam yang akan dipakai menggunakan logam lain yang lebih mudah teroksidasi. Metode ini menggunakan prinsip elektrokimia.
“Limbah dari proses ini cukup banyak dan berbahaya, sehingga kami perlu mencari alternatif lainnya,” tuturnya dalam laman ITS.
Kulit mangga dipilih sebagai bahan dasar penelitian karena kulit mangga seringkali dibuang, jarang dimanfaatkan, dan dapat membuat limbah organik baru. “Tak mau itu terjadi, kami memanfaatkan kulit mangga untuk dijadikan inhibitor, di mana kulit tersebut mengandung senyawa kimia seperti flavonoid yang mampu bertindak sebagai antioksidan,” beber gadis asal Bogor tersebut saat dihubungi lewat pesan singkat.
Karena sifat tersebut, lanjut Mahen, laju korosi dapat ditahan. Dalam prosesnya, pertama mereka menjemur kulit mangga hingga kering. Kemudian, kulit mangga tersebut dicacah hingga dapat dilakukan pengekstrakan. Hasil ekstrak tersebut nantinya akan dicampur dengan larutan uji yaitu air garam (NaCl).
“Larutan uji tersebut kami gunakan untuk mengetahui tingkat korosi pada logam serta efektivitas inhibitor dalam menahan laju korosinya,” imbuh mahasiswi yang juga tergabung dalam Tim Spektronics ITS tersebut.
Dalam risetnya, penelitian ini sudah diujicobakan ke plat SS-304, yakni salah satu jenis plat logam yang banyak digunakan untuk kaleng makanan dan barang rumah tangga lainnya. Hasilnya, inhibitor ini berhasil menahan laju korosi dengan efisiensi sebesar 88 persen. “Sebenarnya sudah ada penelitian serupa, namun yang membedakan dengan penelitian kami adalah jenis logam dan bahan inhibitor yang dipakai,” jelasnya.
Dalam mempersiapkan kompetisi ini, Tim Platinum mendapat dukungan penuh dari pihak Departemen Kimia ITS, khususnya dosen pembimbing Dra Harmami MSi untuk pemahaman konsep teori dan pengaplikasian inovasi. Selain itu, mereka juga difasilitasi untuk melakukan eksperimen di Laboratorium Instrumentasi dan Sains Analitik Kimia ITS sebelum adanya pandemi Covid-19.
“Inovasi yang kami rancang ini sebenarnya merupakan lanjutan dari PKM Penelitian (PKM-P) yang terdanai pada 2018 lalu. Saya berharap semoga inovasi yang kami berikan dapat bermanfaat bagi masyarakat, khususnya dalam bidang inhibitor korosi pada logam yang bersifat ramah lingkungan,” pungkasnya.
STEVY WIDIA
Discussion about this post