youngster.id - Agree, aplikasi agregator agribisnis besutan Digital Next Business (DXB) PT Telkom, menyediakan penyedia platform ekosistem kemitraan agrobisnis, sehingga potensial diserap pasar lebih luas. Tahun ini, Agree menargetkan perluasan layanan di 35 titik sentra pertanian se-Indonesia.
CEO & Product Manager Agree, Baskara Widhi mengatakan, pihaknya memiliki keunggulan sebagai penyedia platform ekosistem kemitraan agrobisnis, sehingga potensial diserap pasar lebih luas. Agree juga memiliki fitur aplikasi Android andalan layanan Agree Partner guna memantau proses pertanian dari hulu ke hilir, Agree Modal terkait pengajuan permodalan ke Bank, hingga Agree Market guna memfasilitasi penjualan pertanian.
“Saat ini, layanan kami ada di 30 sentra pertanian Indonesia yakni di Sumatera Utara, Jabar, Jateng, dan Jatim. Kami dalam waktu dekat akan perluas ke Garut untuk komoditas cabe, Malang untuk kopi, dan Tange Aceh juga untuk kopi,” kata Baskara dalam keterangannya, Kamis (6/5/2021).
Dia mengungkapkan, saat ini Agree sudah memiliki lebih dari 15.000 pendaftar dengan pengguna aktif di kisaran mendekati 1.000 mitra petani. Umumnya mereka menggunakan aplikasi guna memantau proses agribisnis, seperti pendaftaran kemitraan, pencatatan aktivitas budidaya, pengajuan modal, dan transaksi ke offtaker/pembeli grosir.
“Aplikasi juga bisa memantau proses pembiayaan dan transaksi para pelaku agrisbisnis. Data ini yang kemudian bisa dimanfaatkan dengan sinergi BUMN seperti oleh Bank Mandiri. Semuanya terekam di sistem, sehingga memudahkan pengambilan keputusan,” katanya.
Agree baru saja mengaktifkan layanan untuk Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. “Sebelumnya kami sudah ke sini tahun 2020 lalu tapi kolaborasi belum terjalin. Sekarang, setelah acara ini, Agree dari Telkom fokus di digitalisasi, Bank Mandiri dari sisi pembiayaan, pupuknya dari PT Pupuk Indonesia, dan hasil panen nanti akan dijual ke Mitra Desa Pamarican, anak usaha dari BUMN PT Mitra BUMDes Nusantara,” kata Baskara.
Baskara mengatakan, ke depannya, pihaknya akan menerapkan sistem berbagi hasil per transaksi maupun biaya berlangganan kepada offtaker. Saat ini, fokusnya adalah memperkenalkan aplikasi di tengah belum semua petani/peternak/pekebun merubah pola aktivitasnya.
“Kolaborasi ekosistem ini sebenarnya memberi banyak kepastian kepada pelaku usaha dibandingkan pola konvensional yang ditekan oleh tengkulak. Tinggal kami biasakan mereka agar terbiasa merubah kebiasaan dengan bekerja lebih cerdas dan terhubung ekosistem,” pungkasnya.
STEVY WIDIA
Discussion about this post