Pemilih Milenial Nilai Pemilu Tidak Akan Pengaruhi Ekonomi Indonesia

Fetch.ai

Fetch.ai Luncurkan Program Akselerator Senilai US$10 Juta untuk Startup Berbasis AI (Foto: Ilustrasi)

youngster.id - Pada Pemilu 2024 nanti, jumlah pemilih di Indonesia diperkirakan mencapai 187 juta orang. Data Komisi Pemilih Umum (KPU), kelompok muda terutama generasi milenial dan Gen Z akan menjadi pemilih terbesar pada Pemilu tersebut. Menariknya, sebagian besar dari mereka menilai Pemilu tidak akan mempengaruhi kondisi ekonomi Indonesia.

Hal ini terungkap dalam hasil survey independen bertajuk “Persepsi Masyarakat Terhadap Pemilu 2024 dan Korelasinya dengan Pertumbuhan Ekonomi”. Survei ini dilakukan pada 14-17 Juli 2023 kepada 1.108 responden dengan rentang usia 17 sampai 45 tahun di 12 kota besar di Indonesia.

Wakil Ketua Umum Public Affairs Forum Indonesia (PAFI) Sofyan Herbowo mengatakan, survey ini ingin menggali lebih dalam mengenai persepsi masyarakat terhadap pemilu 2024 dan hubungannya dengan pertumbuhan ekonomi.

“Saya percaya temuan menarik dari survei ini dapat mendorong masyarakat untuk bijak dalam menggunakan hak pilihnya sehingga ekosistem demokrasi yang sehat dapat terjaga,” kata Sofyan yang juga Director of Public Affairs Praxis PR dalam keterangannya, Jumat (4/8/2023) di Jakarta.

Sofyan memaparkan, hasil survei menunjukkan bahwa lebih dari sepertiga responden ragu pemilu dapat berdampak nyata terhadap perekonomian masyarakat. Sedangkan 34,84% mengaku setuju, dan 26,26% tidak setuju.

Hal senada juga diungkapkan Head of Research DBS Group Maynard Arif.

“Dilihat dari berbagai perspektif, pemilu memiliki dampak nyata terhadap perekonomian masyarakat. Investor cenderung menunggu untuk berinvestasi hingga seluruh capres dan cawapres diumumkan. Hal serupa akan pemerintah alami, karena fokusnya bergeser ke penyelenggaraan pemilu. Berbanding terbalik, konsumsi masyarakat justru meningkat, karena banyak pelaku bisnis yang memberikan promosi pada momentum pemilu, ” paparnya.

Selain menilik korelasi pemilu dan situasi ekonomi masyarakat Indonesia, survei ini juga mendapati bahwa 56,5% responden menggunakan hak pilihnya karena tidak ingin disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Tidak kalah menarik, 62,64% responden memilih debat terbuka sebagai kegiatan kampanye yang paling memengaruhi preferensi responden dalam memilih pemimpin saat pemilu.

Anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) August Mellaz menyampaikan, temuan dari survei Praxis ini menunjukkan bahwa pemilih sudah memiliki kesadaran yang cukup tinggi untuk menggunakan hak pilih dan mampu berpikir kritis mengenai kualitas calon pemimpin.

“Hal ini sejalan dengan salah satu misi kami di KPU, yaitu untuk meningkatkan kualitas pemilu yang efektif dan efisien, transparan, akuntabel, dan aksesibel. Kami ingin mengimbau pemilih untuk mempertahankan hal tersebut, dan bagi para pemimpin untuk menyiapkan kampanye sehat yang berfokus pada kualitas program-program yang berguna bagi kehidupan masyarakat, ” ucapnya.

Survei ini menggarisbawahi pentingnya peran pemerintah dalam mengedukasi masyarakat akan pentingnya menggunakan hak pilih dan menghindari golput. Tidak berhenti di situ, pemerintah juga perlu menggagas program-program yang bermanfaat bagi masyarakat dan mengkomunikasikannya secara tepat agar terbentuk keselarasan pemahaman antara masyarakat dengan pemerintah.

 

STEVY WIDIA

 

Exit mobile version