youngster.id - Gencarnya penebaran terorisme dan doktrin radikalisme di kanal digital makin mengkhawatirkan bagi persatuan bangsa. Kekhawatiran ini mengingat paham radikalisme kini makin kuat mengincar generasi muda Indonesia yang aktif di dunia digital.
Untuk itu Indonesian Digital Association (IDA), sebuah asosiasi bagi para pelaku industri digital Indonesia, menginisiasi kampanye #BersatuIndonesiaku.
“Media mainstream dan media sosial kini tengah dihadapkan dengan penyebaran pesan hoax yang terstruktur dan meluas. Masyarakat perlu menghadapi fenomena ini dengan pesan yang positif, dan berlandaskan spirit Bhinneka Tunggal Ika dari Indonesia,” kata Ronny W Sugiadha, Ketua IDA dalam keterangannya, Senin (14/5/2018) di Jakarta.
Menurut dia, edukasi untuk menghentikan penyebaran paham radikalisme dan terorisme melalui kanal digital sudah sangat penting dilakukan. Untuk itu IDA menyerukan agar masyarakat pengguna media sosial menjalankan semangat dari kampanye ini dengan langkah-langkah sederhana seperti: tidak menjalin keterikatan (follow, like, atau comment) dengan akun-akun yang tidak jelas kepemilikannya, tidak menyebarkan berita yang tidak bisa divalidasi, melaporkan akun-akun yang secara jelas berpihak pada terorisme, dan menyebarkan konten positif mengenai Indonesia dan keberagaman.
Sejalan dengan ide awal dari kampanye #BersatuIndonesiaku, setiap anggota dari IDA sepakat untuk tidak mempublikasi dan berafiliasi dengan kelompok pendukung radikalisme dan terorisme, dengan tidak mengundang mereka sebagai narasumber.
“Kami berharap kampanye #BersatuIndonesiaku dapat memberikan serangkaian dampak positif bagi pemanfaatan media sosial di masyarakat Indonesia. Kami, sebagai pelaku industri digital Indonesia, ingin masyarakat semakin bijak dalam mencari dan menyebarkan informasi di berbagai kanal online, guna meredam suara radikalisme dan terorisme di Tanah Air dan dunia,” kata Steve Christian, CEO KLY menambahkan.
FAHRUL ANWAR
Discussion about this post