youngster.id - Layanan streaming musik milik Tencent, Joox, mengklaim kehadirannya selama tiga tahun beroperasi di tujuh negara cukup sukses, termasuk di Indonesia. International Business Vice President Tencent, Poshu Yeung, mengatakan salah satu kunci keberhasilan Joox yakni berkomitmen memperkuat konten lokal.
Di Indonesia, Joox menjalin banyak kerja sama, termasuk dengan artis dan content creator. “Kami sudah tiga tahun di Indonesia dan mengalami pertumbuhan yang baik. Kami memiliki pengguna yang cukup besar sekarang, bahkan bisa dibilang kami sedikit berada di depan Spotify dan kami senang dengan hal itu,” ungkap Poshu dalam keterangannya belum lama ini di Jakarta.
Dia mengklaim menjadi aplikasi streaming musik yang paling banyak diunduh di Hong Kong, Indonesia, Malaysia dan Thailand. Selain empat negara itu, Joox juga telah melebarkan sayapnya ke Makau, Thailand dan Afrika Selatan.
Menurut Poshu hal itu karena Joox tidak hanya sekedar layanan streaming musik, tapi juga memiliki berbagai konten lain yang dinilai tak kalah menarik, seperti fitur Karaoke dan Live yang berisi beragam video, termasuk program yang diproduksi sendiri.
Oleh sebab itu, Poshu mengungkapkan Joox akan lebih localized, dalam artian membuat produk atau layanannya lebih sesuai untuk target pasarnya, termasuk Indonesia.
Untuk tahun ini sendiri, Joox akan bekerja sama dengan lebih banyak label lokal, termasuk musisi indie, serta menggelar tur ke sekolah-sekolah untuk lebih mengenalkan Joox. Aplikasi musik digital ini pun saat ini tengah mencoba menyiapkan berbagai macam konten untuk memperkuat layanannya.
“Ini adalah bisnis konten, jadi apa yang kami lakukan adalah memperdalam konten lokal dan kami juga punya tim hebat di sini. Kami mencoba bekerja lebih dekat dengan label lokal dan pihak lainnya untuk membuat lebih banyak konten yang sesuai. Seiring waktu, kalian akan lihat lebih banyak varian konten, dan kami juga berusaha menjadi lebih sosial,” tuturnya.
Tantangan lain untuk ekspansi di Indonesia adalah meyakinkan lebih banyak pengguna untuk mendengarkan musik digital. Pasalnya, bajakan masih menjadi masalah penting di Indonesia.
Kualitas musik pun akan menjadi kunci penting untuk menjaring lebih banyak pengguna. “Bajakan masih menjadi masalah di sini, tapi kan kualitas musiknya tidak sama dengan punya kami. Kami memiliki kualitas musik yang bagus, jadi langkah selanjutnya adalah bagaimana kami meyakinkan lebih banyak pengguna untuk mendengarkan musik digital,” ungkap Poshu.
Terlepas dari deretan tantangan, Poshu optimistis Joox masih memiliki peluang besar untuk tumbuh. Joox pun akan berusaha untuk menjadi salah satu aplikasi yang paling sering digunakan di Indonesia.
“Masih ada pertumbuhan di sini, saya tidak khawatir soal itu, tapi bagaimana membuat para pengguna lebih aktif, itu lebih penting,” sambungnya.
Sama seperti layanan online lain, iklan merupakan salah satu sumber pendapatan Joox. Namun, Tencent dan Joox tidak ingin bergantung pada cara tersebut. “Kami ingin coba banyak hal, karena kami tidak ingin bergantung pada iklan untuk menghasilkan uang, itu bukan budaya Tencent. Iklan memang tidak apa-apa, tapi kalau ada cara lain, kenapa tidak?,” jelas Poshu lagi.
Pengguna yang menggunakan layanan online gratis, biasanya disuguhi oleh iklan. Joox sendiri fokus pada iklan banner, splash dan berbagai metode iklan lainnya.
Menurut Poshu, mengeluarkan uang untuk mendengarkan musik adalah hal yang baru, sehingga tidak begitu mengherankan angkanya belum besar, termasuk di Indonesia. Joox pun akan berusaha mencari cara lain, karena saat ini belum bisa bergantung pada pelanggan berbayar.
Poshu menilai jalan Joox masih panjang, mengingat umurnya baru menginjak tiga tahun. Masih banyak cara yang bisa dilakukan untuk menumbuhkan pengguna, hingga memperkuat konten.
Untuk saat ini, Joox lebih memilih fokus pada pengalaman pengguna dan menghadirkan lebih banyak konten. Seiring waktu, Poshu yakin Joox akan mampu seperti para pendahulunya, termasuk Facebook yang baru bisa benar-benar “menghasilkan uang” setelah 6-8 tahun.
“Kami juga ingin memberitahu kepada para mitra kami kalau kami juga mampu monetize, tapi untuk saat ini yang lebih penting adalah pengalaman pengguna,” ungkapnya.
STEVY WIDIA
Discussion about this post