youngster.id - Literasi keuangan dan literasi digital menjadi hal penting bagi tranformasi pelaku UMKM di masa sekarang ini. Untuk mempercepat transformasi digital butuh dukungan fintech pendanaan, yang memiliki kelebihan pada inovasi dan kecepatan dalam menjangkau pelaku UMKM.
Chief Risk and Sustainability Officer Amartha Aria Widyanto menyebut literasi keuangan dan literasi digital harus berjalan beriringan. Untuk PT Amartha Mikro Fintek tengah menyiapkan produk baru bagi para pelaku UMKM. Hal itu guna mendorong literasi keuangan bagi para pelaku UMKM.
“Sebagai penyelenggara P2P lending kami berupaya untuk meningkatkan inklusi keuangan digital melalui penciptaan produk yang sesuai dengan kebutuhan sektor UMKM informal dengan menerapkan framework strategi inklusi keuangan yang terdiri dari tiga pilar,” kata Aria dalam webinar baru-baru ini.
Pertama, menciptakan produk keuangan yang sederhana dan mudah dimengerti oleh pelaku UMKM. Kemudian, mengurangi biaya transaksi dengan menghadirkan layanan keuangan digital di tempat tinggal pengguna, termasuk dengan cara difasilitasi agen di lapangan misalnya. Terakhir, mengurangi barrier of access yang tidak hanya dipengaruhi oleh faktor geografis tetapi juga faktor pengetahuan dan infrastruktur digital.
“Saat ini Amartha sedang mempersiapkan produk keuangan investasi dan asuransi dan lain sebagainya untuk UMKM, ” katanya lagi.
Menurut dia, dalam merealisasikannya, teknologi finansial P2P Lending atau Fintech Pendanaan memiliki peran sebagai penggerak utama dalam mempercepat transformasi ekonomi digital khususnya sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Sementara itu, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Iskandar Simorangkir mengatakan, penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional, Indonesia membutuhkan transformasi digital ekonomi melalui Fintech.
“Fokus inklusi keuangan bukan pada gerakan menabung, namun pada pemberian permodalan kepada sektor UMKM Informal dan cara tercepat adalah dengan mendigitalisasi mereka. Dengan transformasi digital, besarnya potensi digital Indonesia di tahun 2025 kita bisa mencapai US$ 133 miliar,” ujarnya.
Dari 64,19 juta UMKM, 64,13 juta adalah UMKM yang sebagian besar berada di sektor informal, salah satu motor utama untuk mempercepat transformasi digital adalah dengan didukung oleh fintech pendanaan, yang memiliki kelebihan pada inovasi dan kecepatan dalam menjangkau pelaku UMK Informal.
Sedang Senior Ekonom INDEF, Dr Aviliani, mengatakan, harus diakui bahwa fintech saat ini sangat berarti bagi ekonomi Indonesia karena inklusi finansial tanpa adanya fintech tidak akan mungkin terjadi, justru dengan adanya fintek itulah pertama kali UMKM banyak tersentuh di dalam satu peminjaman, khususnya adalah Fintech Pendanaan, di mana sekarang banyak sekali UMKM Formal dan Informal yang dapat pinjaman dari Fintech Pendanaan.
Dalam perkembangannya, Fintech Pendanaan telah menyalurkan Rp 137,66 triliun kepada masyarakat dan sudah memiliki 40 juta pengguna di seluruh Indonesia yang sebagian besarnya adalah pelaku UMKM.
Deputi Direktur Pengaturan, Penelitian, dan Pengembangan Fintech OJK, Munawar Kasan, menyatakan di tahun 2021, tantangannya bagi industri Fintech Pendanaan adalah dalam membangun pangsa pasar dalam ekosistem sangat besar dan menjadi kunci kesuksesan dan kesinambungan bisnis.
“Selain itu platform juga diharapkan dapat memberikan nilai tambah tidak hanya pinjaman, tetapi turut mengatasi persoalan peminjam dan mengembang kan bisnis peminjam,” tambahnya.
STEVY WIDIA