youngster.id - Minat investasi di pasar modal mengalami pertumbuhan signifikan. Minat ini ditunjukkan oleh generasi milenial (25-40 tahun) yang ramai masuk bursa saham. Bahkan kini generasi lebih muda yakni gen Z (18-25 tahun) pun mulai tertarik berinvestasi. Beragam produk investasi pun hadir, salah satunya adalah Reksa Dana Manulife Saham Syariah Asia Pasifik Dollar AS (MANSYAF).
BCA menggandeng Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) untuk menghadirkan produk investasi reksa dana berdenominasi dolar AS ini. Wakil Presiden Direktur BCA Suwignyo Budiman mengungkapkan, BCA mencatatkan pertumbuhan AUM (Asset under Management) investasi nasabah yang tinggi, hingga lebih dari 50% YoY (year on year).
“Kerja sama antara BCA dengan MAMI merupakan bagian dari langkah kami untuk memberikan solusi Wealth Management, khususnya produk investasi bagi nasabah BCA. Melalui kemitraan ini, kami menghadirkan produk investasi yang berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan para nasabah yang ingin memanfaatkan peluang pertumbuhan investasi yang menarik di kawasan Asia Pasifik melalui reksa dana MANSYAF,” kata Suwignyo dalam keterangannya, Senin (21/3/2022).
Dia menegaskan, kerja sama ini merupakan wujud dari komitmen BCA untuk memberikan solusi investasi dan keuangan yang berkualitas. Produk reksa dana MANSYAF ini akan tersedia di cabang BCA yang melayani transaksi reksa dana dan aplikasi Welma.
CEO & Presiden Direktur MAMI Afifa mengatakan, melalui kemitraan ini MAMI dan BCA secara bersama akan menyediakan solusi investasi dan layanan terbaik yang sesuai dengan kebutuhan nasabah BCA, dimulai dengan penjualan reksa dana MANSYAF di BCA saat ini.
“Reksa dana berdenominasi dolar AS ini membuka peluang investasi bagi para nasabah yang ingin menangkap peluang investasi di berbagai pasar di kawasan Asia Pasifik yang memiliki valuasi relatif rendah dan marjin laba yang relatif tinggi. Portofolio MANSYAF terdiri dari berbagai saham milik perusahaan-perusahaan dengan potensi pertumbuhan yang kuat dan memiliki valuasi yang wajar,” ucapnya.
Sementara itu, Chief Economist and Investment Strategist MAMI Katarina Setiawan menambahkan, pemulihan ekonomi global yang lebih merata pada tahun 2022 akan berdampak positif bagi pasar yang sebelumnya tertinggal. Perbedaan valuasi pasar saham Asia terhadap pasar di negara maju cukup lebar, saat ini pasar saham Asia berada di level sekitar 25% lebih murah dibandingkan negara maju. Selain itu, kawasan Asia juga diuntungkan oleh beberapa faktor, diantaranya siklus ekonomi yang masih melanjutkan akselerasi pemulihan dan inflasi yang lebih terjaga dibandingkan kawasan negara maju – sehingga memberi ruang kebijakan bagi bank sentral kawasan ini.
“Faktor lainnya yaitu kinerja pasar saham Asia yang mengalami ketertinggalan di 2021, sehingga membuat valuasi pasar berada pada level yang atraktif,” ujarnya.
Katarina menjelaskan bahwa MANSYAF menangkap potensi pertumbuhan struktural kawasan Asia Pasifik. Tiap negara di kawasan ini memiliki keunggulannya masing-masing yang menarik. Sebagai contoh, Korea Selatan dan Taiwan memiliki kekuatan di sektor semikonduktor, yang merupakan bahan baku untuk berbagai produk elektronik. China memiliki keunggulan pada konsumsi domestik yang besar dan teknologi energi terbarukan. Kawasan ASEAN dan India memiliki potensi ekonomi digital yang besar. Dengan berinvestasi di MANSYAF, investor mendapatkan eksposur pada sektor-sektor tersebut.
Ugahary Yovvy Chandra, Executive Vice President Wealth Management BCA mengatakan, melihat peluang pertumbuhan di Asia Pasifik itu membuat BCA menghadirkan MANSYAF sebagai solusi terbaru dari Wealth Management BCA.
“Layanan ini ditujukan bagi para nasabah yang ingin melakukan diversifikasi investasi untuk memenuhi beragam tujuan keuangannya di masa depan,” ujarnya.
STEVY WIDIA
Discussion about this post