youngster.id - Meningkatkan industri kreatif merupakan salah satu program Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Mendukung hal itu, Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) menargetkan terdapat 1.000 startup atau industri kreatif yang tumbuh di Indonesia hingga 2019.
Deputi Infrastruktur Bekraf Hari Sungkari, mengaku saat ini dirinya tengah menyeleksi hampir 1.000 developer baru di seluruh Indonesia. Nantinya, kata Hari, hanya 100 developer yang akan diambil untuk dibina dan diberi pelatihan dan permodalan hingga mandiri.
“Kami berharap akan muncul banyak developer lokal yang memunculkan ide serta gagasan baru di dunia kreatif. Saat ini kami masih kekurangan banyak developer untuk meningkatkan industri kreatif, program Pak Presiden untuk menyumbang PDB nasional,” ucap Hari dalam siaran pers baru-baru ini.
Data terakhir, industri kreatif menyumbang 7,1 % atau sekitar Rp710 triliun PDB Nasional pada 2014. Dengan menyerap 13 juta tenaga kerja. Bekraf menargetkan hingga 2019 nanti, industri kreatif mampu menyumbang 12 % PDB. Dengan rata-rata pertumbuhan tiap subsektor lima %, kecuali subsektor kuliner dan fashion yang hanya mengalami pertumbuhan 8 %.
Deputi Akses Permodalan Bekraf, Fadjar Hutomo, mengatakan pihaknya terus menggenjot sektor industri kreatif. Selain potensi yang cukup besar, industri kreatif juga mampu menyumpang PDB nasional. Oleh sebab itu, Bekraf mendorong pemerintah untuk intens membentuk sistem perbantuan modal agar industri kreatif terus berkembang. Baik berupa bantuan modal atau dalam bentuk barang.
“Kami juga terus meningkatkan industri kreatif dengan beberapa program. Misalnya memberikan bantuan bagi 100 startup baru atau developer. Mereka akan mendapatkan bantuan permodalan serta bimbingan dari awal hingga mandiri,” jelas Fadjar baru-baru ini.
Menurut dia ada sejumlah kendala bagi industri startup, khususnya dibidang permodalan.
Dari 16 subsektor industri kreatif, baru beberapa saja yang mendapatkan kemudahan permodalan. Di antaranya industri kuliner, industri kerajinan, dan fashion. Sedangkan yang lainnya masih kesulitan. Sesungguhnya , subsektor yang memiliki aset lebih mudah mendapat sokongan dari perbankan, lain halnya dengan subsektor seperti programer, pembuat aplikasi yang mengalami kesulitan permodalan.
“Karena mereka tidak memiliki aset yang berbentuk, dan produk mereka tidak berbentuk barang. Sehingga apa yang mau disurvey oleh perbankan agar bisa mendapatkan bantuan modal, karena aset mereka adalah ide-ide mereka,” kata Fadjar lagi.
Ia menambahkan, hingga saat ini permodalan justru didapatkan dari perusahaan atau korporasi yang mulai melirik industri kreatif. Grafik permodalan mulai membaik hanya untuk subsektor kuliner dan karya seni, dan subsektor pembuat aplikasi programer kesulitan. “Saat ini mereka rela kerja tanpa di bayar sampai akhirnya ada investor yang tertarik dengan program mereka,” katanya.
FAHRUL ANWAR
Discussion about this post