youngster.id - Dalam upaya memajukan industri perfilman di Tanah Air. Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) membentuk Indonesian Creative Incorporated (ICINC) for Film. Program baru Bekraf ini untuk melakukan sinergi dan kolaborasi dalam menyusun kebijakan dan akses Matching Fund, Box Office System, dan Capacity Building terkait dengan rantai nilai kreasi.
“Tujuan terbentuknya ICINC for Film ini agar lebih fokus pada pengembangan film dan program bersama dengan para stakeholder untuk mengembangkan sektor perfilman Indonesia,” ucap Ricky Joseph Pesik Wakil Kepala Bekraf saat ditemui Rabu (7/2/2017) di Gedung BUMN kawasan Merdeka Jakarta.
Mengawali perjalanan program ICINC for Film, kali ini Bekraf berkolaborasi dengan Torino Film Lab melalui program FeatureLab. Hal ini akan menempatkan dua tim pembuat karya film untuk mengikuti residential workshop. Programnya meliputi sejumlah pelatihan dan pendidikan berupa konsultasi untuk berbagai macam aspek pembuatan maupun pengembangan film hingga mengikuti “Torino Film Lab Program FeatureLab-360” yang didukung oleh steakholder antara lain :
Asosiasi Produser Film Indonesia (APROFI), Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF), Sea Screen Makassar, IN-DOCS, KOLEKTIF, sutradara, serta produser yang terdapat di perusahaan, komunitas dan asosiasi.
Menariknya Program kerja sama Bekraf dengan FeatureLab-360 akan memberi manfaat seperti penulisan naskah, penyutradaraan, sinematografi, sistem audio, produksi, pasca-produksi, pendanaan, dan penjualan.
“Selain itu, mereka akan mendapat keuntungan dari network dan kesempatan yang ada karena berpartisipasi dalam TFL Meeting Event di Torino, termasuk public pitching dan pertemuan langsung dengan pembuat keputusan tingkat internasional yang hadir, ” kata Ricky. Bahkan program ini termasuk perihal investasi dengan Project Market dan komersialisasi melalui film market serta festival film.
Sementara itu, Lasya Fauzia sutradara sekaligus Produser mengaku senang dengan terbentuknya program ini. Sutradara sekaligus produser wanita ini berharap, bisa mewujudkan keinginan para pelaku industri sesuai yang diharapkan.
Menurutnya pelaku industri film yang terlibat dalam ekosistem ini tidak terbatas pada akademikus, pemerintah, dan bisnis (triple helix), tapi lebih luas serta melibatkan komunitas kreatif dan masyarakat konsumen karya kreatif, serta media (penata helix).
“Keberhasilan usaha kreatif perfilman tentu akan melibatkan kolaborasi dengan banyak pihak. Intinya dengan ada program ini dan edukasi yang diberikan nanti program ini jugaa bisa mempermudah antara pelaku industri nya dengan para pemilik pemangku kepentingan tadi supaya program ini bisa terwujud sehingga dapat lebih mengembangkan sektor perfilman di Indonesia lebih maju nantinya, ” pungkas Lasya.
FAHRUL ANWAR
Discussion about this post