youngster.id - Isu penerapan teknologi 5G semakin gencar di Indonesia. Untuk itu Qualcomm Technologies Inc bersama PT LAPI Institut Teknologi Bandung (ITB) menggelar “Seminar on Telecommunication in Indonesia on Welcoming 5G Roadmap, Benefit and Challenge” di Jakarta.
Acara ini membahas isu-isu seputar teknologi dan frekuensi 5G, saling berbagi praktik terbaik global, serta menyampaikan perkembangan terkini tentang potensi penggunaan 5G untuk pemain industri di Indonesia.
Nies Purwati, Director Government Affairs for South East Asia & Pasific Qulacomm mengatakan, seluruh dunia tengah bersiap untuk menyambut jaringan telekomunikasi seluler kelima (5G). Bahkan beberapa negara seperti Korea Selatan, Amerika Serikat dan Tiongkok sudah meluncurkan jaringan ini secara komersial bagi masyarakat.
“Pemerintah Indonesia saat ini sedang mempersiapkan kebijakan untuk 5G dan persiapan spektrum, dan akan berpartisipasi dalam Konferensi Radio Dunia (WRC) 2019 pada bulan November, dimana isu spektrum ini akan dibahas. 5G dan beragam teknologi dan pelayanan terdepan yang akan menyertainya akan menjadi penggerak penting untuk strategi Industri 4.0 dan inisiatif pemerintah yaitu Making Indonesia 4.0. Untuk itu kami menggelar seminar membahas mengenai hal ini,” kata Nies kepada media, Kamis (22/8/2019) di Jakarta.
Dengan spesifikasi 5G New Radio (NR) yang telah distandarisasi oleh 3GPP — kumpulan organisasi penetapan standar global yang bertanggung jawab atas teknologi 2G, 3G, 4G dan 5G — para pemimpin teknologi global seperti Qualcomm, Ericsson, Huawei, Nokia dan perusahaan terkemuka lainnya telah bekerja sama dengan pemerintah-pemerintah di seluruh dunia untuk memungkinkan penerapan 5G skala besar sejak awal 2019.
“Dasar teknologi 5G telah dirancang untuk dapat diadaptasi sesuai dengan beragam persyaratan teknis. Dengan kebutuhan penyesuaian teknis yang lebih sedikit untuk menyediakan perangkat dan layanan yang lebih terjangkau bagi pelanggan, maka pelanggan sudah dapat merasakan manfaat 5G segera,” jelas Shannedy Ong, Country Director Qualcomm Indonesia.
Dia mengatakan, Amerika Serikat, Korea Selatan, Cina, Eropa dan Australia telah meluncurkan jaringan 5G komersial, dan banyak negara Asia Tenggara seperti Singapore, Vietnam, Thailand dan Malaysia sedang merencanakan jaringan 5G komersial pada 2019 dan 2020.
“Ketika spektrum telah ditetapkan dan dialokasikan, para pemain industri dapat bekerja lebih lanjut untuk meraih peluang yang dipersembahkan oleh 5G di seluruh vertikal, terutama Industrial Internet of Things (IIoT) untuk memicu revolusi industri 4.0,” kata Shannedy lagi.
Menurut dia, jaringan yang tersedia saat ini memiliki batasan untuk berapa banyak perangkat yang dapat dihubungkan sebelum layanan terganggu. Jaringan 5G sedang dibangun untuk menangani miliaran sensor dan perangkat yang terhubung — tidak hanya smartphone, hotspot, dan PC “Always On, Always Connected,” tetapi juga otomasi industri, kendaraan terhubung, layanan misi penting, dan bahkan kota pintar (smart city).
Dengan mengaktifkan ultra-reliable and low latency communication (URLLC) yang sangat andal dan dapat ditingkatkan dengan enhanced Mobile Broadband (eMBB), 5G akan memainkan peran transformasional, karena peningkatan kapasitas dan jangkauan akan terus diperlukan untuk melayani pengalaman-pengalaman baru bagi pengguna, serta dunia yang lebih terhubung. Asosiasi IoT Indonesia memperkirakan nilai pasar IoT di negara ini akan mencapai Rp 444 triliun (US$ 30 miliar) dengan lebih dari 400 juta sensor terhubung dalam seluruh vertikal pada tahun 2022. 5G adalah landasan untuk penerapan Industri 4.0 dan kebijakan Making Indonesia 4.0, dan dapat mendukung IIoT, industri game lokal, dan lain-lain.
STEVY WIDIA
Discussion about this post