youngster.id - Lonjakan-lonjakan transaksi secara fluktuatif yang berdampak pada terganggunya layanan pada aplikasi-aplikasi e-commerce sering terjadi bersamaan dengan diselenggarakannya festival-festival belanja daring serentak, obral besar, atau ketika terjadi kenaikan kebutuhan terhadap barang tertentu. Ketidaksiapan infrastruktur seperti server down karena kapasitas yang tidak mencukupi acapkali menjadi kesimpulannya.
Teknologi komputasi awan (cloud ) menawarkan solusi untuk masalah ini. Seperti pelaku bisnis ritel Ruparupa.com, yang melakukan antisipasi dengan memilikh Cloud AWS sebagai solusinya.
Chief Technology Officer Ruparupa.com Ronny Winoto mengatakan, Cloud AWS tak hanya mampu menjawab tantangan terkait disrupsi digital, namun juga secara efektif mampu membantu pihaknya terus mampu memenuhi kebutuhan pelanggannya dengan mulus di era pandemi.
“Cloud AWS dengan beragam keunggulan fitur-fiturnya telah membantu mengatasi transaksi pelanggan yang meningkat pesat, termasuk lonjakan-lonjakan fluktuatif yang sering terjadi di masa pandemi ini tanpa bisa diduga kejadiannya,” kata Ronny dalam jumpa pers virtual baru-baru ini.
Ronny menyebutkan bahwa salah satu keunggulan AWS terletak pada fitur AWS Auto Scaling yang mampu memonitor trafik dan melakukan penyesuaian kapasitas secara otomatis. Karena semua ini dilakukan dalam hitungan menit saja dan bahkan mampu mencakup berbagai komponen layanan secara bersamaan, Ruparupa.com tidak mengalami downtime dan aplikasi tetap dapat digunakan dengan nyaman oleh pelanggan tanpa adanya gangguan.
Ruparupa.com juga menggunakan tool Amazon CloudWatch yang disediakan AWS untuk memonitor jika terjadi anomali pada aplikasi maupun sistem. Selain itu, ada AWS Lambda, yakni layanan komputasi tanpa server (alias serverless) untuk mengotomasi berbagai proses ketika ambang batas kapasitas tertentu sudah tercapai.
Manfaat lain adalah efisiensi biaya. Dengan skema pembayaran AWS Reserved Instances dan Compute Savings Plans, Ruparupa.com dapat memesan penggunaan sekian besar kapasitas AWS (diukur dari jumlah kapasitas untuk Reserved Instances serta jumlah dolar yang dihabiskan per jamnya untuk Compute Savings Plans) dalam jangka panjang, dengan total harga per jam yang jauh lebih murah.
“Pasar e-commerce Indonesia telah meningkat sebesar 52% dibandingkan sebelum pandemi COVID-19 dan diproyeksikan akan melambung semakin tinggi lagi hingga mencapai angka 295% pada tahun 2025, bahkan berpotensi menjadi pasar e-commerce terbesar di Asia Tenggara. Pertumbuhan yang demikian pesatnya tentu perlu diiringi dengan infrastruktur teknologi yang mumpuni,” tutupnya.
STEVY WIDIA