Digitalisasi UMKM Indonesia Dapat Tingkatkan PDB Hingga US$164 Miliar

UMKM

UMKM masuk ekosistem digital. (Foto: istimewa/youngster.id)

youngster.id - Data dari Asia Pacific SMB Digital Maturity Study tahun 2020 mengungkapkan bahwa digitalisasi usaha kecil dan menengah (UKM) di Indonesia bisa meningkatkan PDB Indonesia sebesar  US$160 – 164 miliar pada tahun 2024, serta berkontribusi pada pemulihan ekonomi pasca Covid-19.

Studi ini dibuat berdasarkan hasil survei UKM dari seluruh kawasan Asia Pasifik oleh International Data Corporation (IDC) sesuai komisi Cisco. Marina Kacaribu, Managing Director, Cisco Indonesia mengungkapkan, UKM yang lebih matang secara digital bisa menikmati keuntungan lebih tinggi, dalam hal pendapatan dan produktivitas, dibanding UKM yang mengabaikan digitalisasi.

“Sektor UKM telah menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Namun, sektor ini termasuk yang paling terpukul oleh pandemi Covid. Seiring upaya Indonesia untuk mengatasi situasi saat ini, transformasi digital UKM akan memainkan peran penting dalam pemulihan bisnis serta berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi negara secara keseluruhan,” kata Marina dalam keterangannya, Jumat (11/09/2020).

Data itu juga menunjukkan, untuk Asia Pasifik, digitalisasi UKM bisa meningkatkan PDB kawasan pada tahun 2024 hingga US$ 2,6 – 3,1 triliun. Berdasarkan perkiraan IDC, PDB Asia Pasifik akan tumbuh antara 10,6 sampai 14,6 triliun Dolar AS. Digitalisasi UKM dapat berkontribusi sebanyak 25% dari pertumbuhan tersebut.

Studi ini juga menemukan bahwa hampir 70% UKM di Asia Pasifik, mempercepat digitalisasi bisnis mereka akibat pandemi Covid. Sekitar 86 persen responden mengatakan mereka percaya digitalisasi akan membantu meningkatkan ketahanan bisnis terhadap krisis seperti pandemi Covid-19 saat ini.

Terlepas dari tantangan tersebut, UKM di kawasan Asia Pasifik terus menunjukkan kemajuan dalam perjalanan digitalisasi mereka. Menurut studi tersebut, 16% UKM di wilayah ini sekarang berada dalam tahap kematangan digital lanjutan, dibandingkan dengan 11% pada tahun 2019.

Lebih dari setengah UKM telah menggunakan digitalisasi untuk menjadi Pengamat Digital atau Digital Observers. Hanya 31% UKM yang masih reaktif terhadap perubahan pasar dan hampir tidak melakukan upaya apa pun untuk bertransformasi secara digital.

Studi yang berdasarkan survei primer pada UKM ini menunjukkan bahwa 82% UKM di Indonesia memiliki keinginan bertransformasi secara digital agar bisa menghadirkan produk dan layanan baru ke pasar.

Angka ini merupakan lompatan kenaikan besar dibandingkan tahun lalu, di mana hanya 41% UKM yang menyampaikan keinginan yang sama. Selain itu, 59% mengakui bahwa persaingan saat ini sedang berubah dan mereka harus mengimbanginya. Sedangkan 38% mengatakan bahwa mereka bertransformasi karena ada permintaan dari pelanggan.

Namun menurut Marina, UKM juga menghadapi tantangan lainnya. Menurut para responden, kurangnya bakat terampil (20%) dan kurangnya wawasan tentang pelanggan dan data operasional (17%) adalah dua kendala terbesar yang UKM hadapi.

“Meskipun saat ini UKM menghadapi tantangan terbesar dalam operasinya, para pelaku UKM juga memiliki peluang yang belum pernah ada sebelumnya untuk mempercepat transformasi digital mereka. Teknologi tidak hanya membantu memecahkan beberapa tantangan utama dan merevitalisasi operasi UKM, tetapi juga membantu UKM untuk mempertahankan pertumbuhannya dalam jangka panjang,”tambah Marina.

 

STEVY WIDIA

Exit mobile version